Ditengah hutan yg paling misterius, ada sebuah gubuk kecil, di sana Han Ma d besarkan oleh kakeknya.
Setelah tau bahwa orang yg membesarkan nya ternyata bukan kakek kandungnya, Han Ma turun gunung untuk mencari jati dirinya.
Akankah Han Ma mampu mencari jati diri nya, ikuti kisah Han Ma si Dewa Gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macheyroe El sani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Hua Qia dan menu utama
Dengan menghela nafas dengan wajah pasrahnya Han Ma berkata.
"Baiklah,"
Kemudian Han Ma menyuapi Hua Qia, meskipun ia menolak sebenarnya dalam hatinya mau.
Pemuda mana yang tidak tergiur akan pesona Hua Qia, selain cantik Hua Qia juga gadis yang ceria.
Apalagi lesung Pipinya, menambah daya ketertarikan tersendiri dan juga Han Ma selama ini hidup di hutan.
Ia tidak pernah menemukan seseorang selain kakek dan neneknya.
Beberapa saat kemudian, Han Ma selesai menyuapi Hua Qia.
Dengan wajah cerianya Hua Qia seperti memiliki energinya kembali.
"Gege, kamu jangan menghilang lagi ya," kata Hua Qia.
"Iya," jawab Han Ma singkat.
"Janji," kata Hua Qia sambil memperlihatkan jari kelingkingnya.
Melihat itu Han Ma menghela nafas, ia tidak menyambut jari kelingking Hua Qia.
"Aku tidak mau janji, karena janji akan bisa membuat kekecewaan, aku pun tidak tahu apakah setelah ini akan baik-baik saja, intinya kita tidak tahu kedepannya seperti apa," kata Han Ma.
Mendengar jawaban Han Ma, Hua Qia memasang wajah sedihnya.
Melihat Hua Qia menunjukkan ekspresi sedihnya Han Ma melanjutkan.
"Akan tetapi, aku akan berusaha sebisa dan semampu ku dengan tindakan, bukan hanya sekedar janji, istilah janji ini sudah banyak terjadi, awalnya berjanji, lama kelamaan akan dikhianati juga, dari situlah timbul kata janji palsu," kata Han Ma.
Melihat Hua Qia hanya diam dan tidak menyela pembicaraan nya, Han Ma melanjutkan.
"Sedangkan berusaha sebisa dan semampu ku, itu belum ada istilah palsu," kata Han Ma.
Mendengar perkataan Han Ma, membuat wajah Hua Qia berseri kembali dan menatap ke arah Han Ma dengan kagum.
"Ternyata Gege bijak juga ya," kata Hua Qia.
"Bukan bijak, tapi menurut pandangan aku seperti itu," jawab Han Ma.
"Baiklah, mulai sekarang Gege harus memanggil aku Qia'er," kata Hua Qia.
Mendengar itu Han Ma mengerutkan keningnya, ia memang menyukai Hua Qia, akan tetapi ia belum memikirkannya.
"Apakah Gege tidak mau, apakah Gege tidak menyukai aku, apakah aku tidak terlihat menarik di mata Gege," kata Hua Qia sambil menahan air matanya.
"Bukan begitu," jawab Han Ma dengan panik.
"Jadi apa,," kata Hua Qia.
Mendengar itu Han Ma menghela nafasnya, ia kemudian menghirup udara dan menghembuskan perlahan-lahan.
"Bukannya aku tidak mau, tapi aku belum memikirkannya. pertama, aku harus mencari jati diriku. kedua, aku harus pergi membalaskan dendam kakek dan nenekku, perjalanan ku masih panjang, aku tidak tahu apakah aku selamat atau tidak, aku tidak mau membuat mu kecewa," jawab Han Ma.
Mendengar penjelasan Han Ma, Hua Qia terdiam, ia tidak mengetahui tentang Han Ma sepenuhnya.
Setelah menghapus air matanya Hua Qia berdiri dan duduk di hadapan Han Ma.
"Gege, apapun yang akan Gege lakukan, aku akan tetap berada di samping Gege, menemani setiap perjalanan Gege," kata Hua Qia.
"Bukan itu yang aku mau, aku tidak mau orang yang berada di samping ku satu persatu pergi lagi meninggalkan ku," kata Han Ma.
"Aku tidak akan pergi meninggalkan Gege," jawab Hua Qia tegas.
Perdebatan itu terus terjadi, Han Ma tidak mau orang-orang yang Han Ma sayangi akan pergi lagi.
Pertama neneknya, kedua kakeknya dan ketiga gurunya, Han Ma merasa jika orang yang ia sayangi satu persatu pergi.
Sedangkan Hua Qia bersikeras untuk tetap berada di samping Han Ma.
Setelah perdebatan panjang tersebut, akhirnya Han Ma mengalah.
"Apakah kamu yakin?" tanya Han Ma kepada Hua Qia.
"Sangat yakin," jawab Hua Qia tegas.
"Baiklah, tapi kamu harus menuruti semua permintaan ku," kata Han Ma.
"Siap Gege," Jawab Hua Qia dengan senyum manisnya.
Kemudian Han Ma memeluk Hua Qia, sedangkan Hua Qia hanya diam saat di peluk Han Ma dan tidak menolak.
"Sekarang Gege harus memanggil aku Qia'er," kata Hua Qia.
"Baiklah Qia'er," kata Han Ma.
Mendengar itu Hua Qia sangat senang, akhirnya pemuda yang ia inginkan berada di pelukannya.
Malam pun tiba.
Saat ini di kediaman Patrick Hua bei sedang makan bersama.
Terlihat Han Ma duduk di antara anggota klan Hua dengan di sampingnya Hua Qia.
Saat ini Hua Qia sedang mengambil makanan untuk Han Ma, dengan penuh semangat dan senyum Hua Qia terlihat sangat berbeda dari sebelumnya.
Melihat itu Patrick Hua Bei dan Xiehua saling pandang, mereka melihat anak mereka saat ini sangat ceria.
Tanpa memperdulikan itu mereka makan dengan tenang, beberapa saat kemudian mereka selesai makan.
Saat ini Han Ma sedang duduk santai bersama Patrick Hua Bei, tetua pertama Hua Cuan dan tetua kedua Hua Mo.
Sedangkan Hua Qia pergi ke kamar bersama ibunya Xiehua, entah apa yang akan mereka bicarakan, yang jelas itu masalah perempuan.
"Nak Han, gedung liontin M sudah selesai, besok tinggal acara peresmiannya," kata Patrick Hua Bei.
"Benar tuan muda," sahut tetua Mo.
"Terima kasih banyak Patrick dan tetua karena sudah membangunkan gedung tersebut," kata Han Ma.
"Tidak masalah nak Han, kami senang bisa membantu nak Han," jawab tetua Cuan.
"Tapi masalahnya, menu apa yang akan kita buat besok nak Han," kata Patrick Hua Bei.
"Jika masalah itu, kalian tidak usah khawatir, aku sudah menyiapkan menu nya," kata Han Ma.
Kemudian Han Ma mengeluarkan ratusan daging monster dari cincin penyimpanannya.
Melihat itu membuat Patrick dan kedua tetua melotot kan matanya, monster-monster tersebut semuanya berada pada tingkat bintang 🌟 2.
Meskipun kekuatan monster tersebut berada pada tingkat bintang 🌟 2 atau sama dengan tingkat ahli.
Dengan jumlah sebanyak itu membuat mereka bergedik ngeri, jika itu di posisi mereka, mungkin hanya mampu membunuh beberapa puluh saja.
Jika mereka mengetahui jika Han Ma hanya mengeluarkan sebagian kecil dari yang ia buru, mungkin mereka akan muntah darah.
"Daging monster tersebut yang akan menjadi menu utama dalam restoran nantinya," kata Han Ma mengembalikan mereka ke kesadarannya.
"Ini.... Sangat banyak tuan muda," kata tetua Mo.
"Apakah daging monster ini bisa di makan?" tanya tetua pertama.
"Apa salahnya, itu juga daging, perlu Patrick dan tetua ketahui, bahwa daging tersebut bisa menambah sedikit energi Qi pada tubuh," jawab Han Ma.
Mendengar itu mereka membulatkan mata, mereka selama ini belum pernah membuat daging monster menjadi makanan.
Bahkan di seluruh dunia menengah ini belum ada yang mencoba daging monster.
Karena mereka merasa bahwa daging tersebut mungkin sudah memiliki rasanya dan dagingnya mungkin juga keras.
Melihat keraguan mereka dengan cepat Han Ma mengambil sepotong daging dan membersihkannya.
Setelah bersih, Han Ma bakar dengan elemen api nya dengan menambahkan sedikit resep.
Beberapa saat kemudian, daging tersebut sudah matang, kemudian Han Ma meletakkannya di hadapan Patrick dan tetua klan Hua.
Melihat daging monster yang sudah matang di hadapan mereka, membuat Patrick Hua Bei dan tetua Cuan saling pandang.
Berbeda dengan Patrick dan tetua Cuan, tetua Mo dengan sigap langsung mengambil daging tersebut lalu menyantapnya.
Sedangkan Patrick Hua Bei dan tetua Cuan, menatap ke arah tetua Mo yang hendak menyantap daging monster.
Nyam..... Nyam..... Nyam.....
"Iiii.... Ini," kata tetua Mo dengan mata melotot,
Dengan rakus tetua Mo menyantap daging monster kembali.
Melihat itu membuat Patrick dan tetua Cuan menelan air ludah.
Mereka melihat tetua Mo sangat lahap menyantap daging monster tersebut, Membuat mereka juga ingin mencicipinya.
"Silahkan di coba Patrick dan tetua Cuan, nanti akan di habiskan oleh tetua Mo," kata Han Ma.
Dengan ragu mereka meraih daging monster tersebut, lalu memasukkan kedalam mulut mereka dengan memejamkan mata.
Nyam..... Nyam..... Nyam.....
Tiba-tiba mata mereka terbuka dan melotot seakan-akan mau keluar.
Sama seperti tetua Mo, mereka makan daging tersebut dengan lahap.
Beberapa saat kemudian.
"Bagaimana Patrick dan tetua?" tanya Han Ma.
"Sungguh sangat luar biasa," kata Patrick Hua Bei.
"Benar Patrick, aku kira dagingnya hambar dan keras, ternyata sangat lembut dan rasanya sangat enak," sahut tetua Cuan.
"Bahkan setelah memakannya, aku juga merasakan energi Qi masuk kedalam tubuh ku," kata tetua Mo.
"Dengan menu utamanya ini, akan membuat pengangguran di kota pelangi berkurang. pertama akan menjadi pelayan, penjaga dan yang terakhir menjadi pemburu monster, dengan begitu, kota pelangi akan maju," kata Han Ma.
Mendengar itu membuat wajah Patrick Hua Bei dan kedua tetua menjadi sangat senang dan semakin kagum terhadap Han Ma.
Semisal,
bla bla bla si kakek dan ternyata bla bla bla
Misal.
"Ma-er, waktunya untuk makan."
contohnya seperti ini:
Pada suatu hari.... Anniv pergi ke kota Jakarta...
ya ya seperti itu
buat author nya untuk berkarya.
dan jangan lupa mampir di karyaku pertama ku ya./Smile//Smile/