Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar
****
Sharine berdiri di hadapan pintu masuk saat Andrew baru saja datang. Pria itu datang cukup malam, karena urusannya memang sedikit memakan waktu. Saat pria itu keluar dari dalam mobil, Sharine melihat Andrew membawa banyak makanan. Cepat-cepat Sharine mengahampirinya.
"Biarkan aku membantu membawakan ini," ujarnya sembari meraih satu plastik besar berisi bahan makanan yang sepertinya Andrew beli di supermarket.
"Apakah Velicia sudah tidur?" tanya Andrew setelah pria itu berhasil menutup bagasi mobil.
"Kau datang terlalu malam. Jadi, dia beristirahat sejenak di dalam kamarnya," jawab Sharine sembari bergegas masuk ke dalam rumah.
Andrew tidak berbicara lagi. Ia membawakan bahan makanan, buah, serta vitamin untuk keperluan Velicia dan janinnya. Meskipun Velicia tidak meminta membawakan semua itu. Jika perempuan itu tahu, pasti akan sedikit mengomel padanya.
"Kenapa kau belum tertidur?" tanya Andrew, lagi.
"Aku belum mengantuk. Sekalian menunggumu, jadi aku duduk di kursi rotan yang ada di depan sampai kau datang. Kau juga akan menginap di sini, kan?"
"Kau juga?"
Sharine mengangguk, kemudian perempuan itu muali menata beberapa bahan makanan yang sudah Andrew belikan untuk Velicia. Saat datang, Sharine juga sempat membawakan beberapa cemilan untuk Velicia. Akan tetapi, cemilan itu justru dihabiskan oleh dirinya sendiri. Bukan oleh si penerima. Alih-alih marah, Velicia justru sangat senang saat melihatnya.
"Aku membawakan pizza untukmu dan juga Velicia. Jika Velicia sudah tertidur, makan saja olehmu."
"Aku tidak terbiasa memakan makanan enak seorang diri. Lagi pula, dia juga akan terbangun lagi. Katanya, perutnya mengalami keram itu saja, sih."
"Keram? Kenapa kau tidak bilang sejak tadi?"
"Aku be—" Belum sempat Sharine menyelesaikan pembicaraannya, Andrew sudah bergegas pergi ke arah kamar Velicia yang memang tidak ditutup rapat olehnya.
Dari arah dapur, Sharine hanya bisa memperhatikan bagaimana Andrew yang sangat peduli terhadap Velicia. Seandainya saja Sharine bisa mengambil alih posisi Velicia di hati Andrew. Meskipun ia tidak pernah memikirkan hal seburuk itu. Sedikitpun.
****
"Perutmu masih merasakan keram?" Andrew nampak khawatir, sementara Sharine yang berdiri di bingkai pintu pura-pura mengalihkan tatapannya.
"Aku baik-baik saja. Kenapa kau membangunkanku di saat aku sudah terlelap? Kenapa juga kau mempercayai perkataan Sharine? Kau tidak takut dia bohongi?"
Andrew hanya diam tanpa mengatakan apa pun lagi. Sementara itu, Velicia mulai menurunkan kedua kakinya ke atas lantai. Beranjak perlahan dari atas ranjangnya.
Sejujurnya ia belum terlelap sejak tadi. Rasa keran di perutnya sedikit menyiksa Velicia. Entah apa yang salah padanya sehingga ia harus merasa keram secara tiba-tiba, padahal sebelumnya tidak pernah merasakan itu selama kehamilannya.
Saat Andrew mengetuk pintu kamarnya tadi, Velicia hanya bisa menghela napas dalam. Ia tahu, Sharine pasti telah memberitahukannya kepada Andrew. Padahal sejak awal Velicia sudah berpesan kepada Sharine untuk tidak memberitahu pria itu, sebab ia tahu apa yang akan terjadi jika Andrew mengetahui perutnya sedang keram.
"Kalau kau masih merasakan sakit, kita pergi ke rumah sakit terdekat sekarang juga, Velicia. Jangan memaksakan dirimu seperti ini. Memangnya aku tidak bisa melihat bagaimana wajahmu yang pucat itu?" Andrew mengoceh sembari mengikuti langkah Sharine yang berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum di dalam kulkas.
"Kau yang membelikan semua ini? Buah-buaha dan makanan ini? Kenapa kau melakukannya? Aku sama sekali tidak memintamu untuk melakukan ini." Velicia menghadap Andrew yang berdiri di hadapannya.
Sharine yang berada tak jauh dari jarak mereka hanya bisa diam. Perempuan itu merasa sedikit bersalah karena ia telah membuat Andrew dan Velicia beradu mulut di dapur hanya karena perkara keram perut yang ia adukan pada Andrew. Jika tahu begini, mungkin Sharine tidak akan mau melakukannya. Padahal niat perempuan itu baik. Dia tidak ingin Velicia kenapa-kenapa.
"Kau pikir aku tidak tahu jika kau sedang mengalihkan topik? Aku tahu perutmu masih sakit. Kenapa kau harus berpura-pura kuat? Apakah jika kau berpura-pura kuat, semua masalah akan terselesaikan?"
Sharine yang mendengar nada suara Andrew sedikit menaik, dengan segera meraih salah satu lengan pria itu. Menahannya, kemudian menariknya sehingga tubuh Andrew sontak menoleh padanya.
"Hentikan. Jangan bertengkar. Ini sudah malam. Tetangga di sini bisa terganggu karena pembicaraan kalian. Jadi, hentikan pertengkaran kalian sekarang juga."
****
"Apakah kau sama sekali tidak pernah merasakan kesepian setelah kepergian Velicia di rumah ini?" tanya Jeremy.
Sekarang, mereka sedang berada di luar. Di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumah Jericho tepatnya. Setelah mereka makan malam, Jeremy mengajak pria itu keluar sejenak. Berharap jika Jericho bisa sedikit menenangkan pikirannya saat mereka di luar tanpa pekerjaan.
"Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tetapi hatiku sejujurnya sangat kehilangan Velicia. Tapi, mau bagaimanapun, aku memang kesulitan untuk memaafkan kesalahannya. Kau juga tahu, kan? Bagaimana hubungan-hubunganku yang lalu, yang selalu berakhir dengan pengkhianatan?"
Jeremy sebagai teman dekat Jericho, tentu paham bagaimana keadaan hati Jericho sekarang. Ada trauma yang kembali harus ia rasakan. Sebelum bertemu Velicia, Jericho memang kerap selalu dimanfaatkan oleh para kekasihnya dulu. Mungkin karena Jericho yang terlahir dari keluarga kaya raya dan terkenal royal.
"Ya. Tentu aku masih ingat saat-saat itu. Kau juga sedikit takut untuk mendekati Velicia, karena kau merasa takut jika hal yang sebelumnya terjadi bersama orang lain, terjadi kembali saat bersama Velicia."
"Faktanya, dia sama saja dengan mantan-mantan kekasihku dulu. Bedanya, dia sudah memiliki status istri, bukan sebagai hanya kekasih saja."
Jeremy meneguk minuman sodanya. Tubuhnya bersandar pada kepala kursi dengan wajah yang ia tengadahkan ke atas langit. Mereka kebetulan berada di kafe bagian outdoor. Jadi, Jericho bisa dengan bebas melihat langit di atas sana.
"Lalu, bagaimana caranya kau akan mengurus soal perceraianmu, di saat orang tuamu sedang tidak sehat?"
"Entahlah. Semuanya terasa semakin rumit. Aku jadi sangat malas menemui kedua orang tuaku sekarang. Setiap kali aku mengunjungi mereka, mereka pasti menanyakan di mana Velicia. Wajar saja, orang tuaku memang sangat menyayangi Velicia dibandingkan anak kandungnya sendiri."
Mendengar perkataan Jericho, Jeremy tertawa. Velicia adalah satu-satunya perempuan yang di mana saat Jericho memperkenalkannya kepada kedua orang tuanya, mereka langsung merestui. Meskipun Jericho sudah menjelaskan jika Velicia adalah seorang perempuan yang hidup di panti asuhan.
Itu lah alasan mengapa Jericho sangat takut ketika membawa Velicia ke hadapan orang tuanya. Ia takut jika mereka tidak merestui hubungannya bersama perempuan itu. Akan tetapi, semuanya justru terbalik. Kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan latar belakang Velicia. Bahkan setelah mereka resmi bertunangan, kedua orang tua Jericho memberikan sumbangan kepada panti untuk memperluas area di sana dengan fasilitas-fasilitas mewah yang mereka tambahkan.
"Aku tidak memiliki saran apa pun."
"Tentu. Karena kau juga belum menikah dan belum memiliki kekasih," sindir Jericho yang membuat Jeremy mendecih dalam detik itu juga.
"Ya. Kau memang selalu menang saat meledekku dengan apa pun. Kau adalah raja."
****
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂