NovelToon NovelToon
Room Service

Room Service

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Selingkuh / Model / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Karir
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yeppeudalee

Emily seorang model yang sukses dan terkenal. Namun, kesuksesan itu tidak dia dapatkan dengan gampang dan berjalan mulus. Mimpi buruk terjadi disaat dia menjadi boneka *** pribadi milik presedir di agensi tempat dia bekerja. Mulut terbungkam saat dia ingin berteriak, namun ancaman demi ancaman terlihat jelas di depan matanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeppeudalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan Yang Nyata

📍Hotel

-Restaurant-

Malam itu, Yubin melangkah dengan ragu menuju hotel tempat Mr. Tano menginap. Tujuannya jelas, meski dadanya terasa berat memikirkan apa yang harus ia sampaikan. Di depan pintu ruang VIP restoran hotel, ia berdiri terpaku.

Mr. Tano, yang duduk santai di salah satu meja, segera menyadari kehadirannya.

“Hai, Yubin,” sapa Tano dengan senyum ramah.

“Selamat malam, Mr. Tano,” jawab Yubin pelan. Tubuhnya tetap kaku, bahkan setelah disapa.

Melihat sikap Yubin, Tano mengangkat dagunya sedikit, memberi isyarat agar Yubin mendekat. “Masuklah. Aku yakin kamu belum makan malam, kan?” ujarnya sambil menyandarkan punggung di kursi. “Pasti pekerjaanmu menumpuk, dan sekarang baru sempat keluar untuk makan.”

Yubin menggigit bibirnya sejenak, tampak canggung. “S-saya sebenarnya datang ke sini untuk menyampaikan sesuatu, Pak.”

Belum sempat ia melanjutkan, suara pelan menyela dari samping.

“Duduk dulu. Makan malam bersama bos saya.” Nano, asisten Tano, berbicara dengan nada halus namun tegas.

Tano hanya tersenyum mendengar ucapan asistennya. “Dengar dia,” katanya sambil menunjuk kursi di hadapannya.

Mau tak mau, Yubin pun menuruti. Ia menarik kursi perlahan, duduk berhadapan langsung dengan Mr. Tano. Tapi hatinya tetap gelisah.

“T-tapi… saya sebenarnya ingin—”

Tano mengangkat tangannya, memotong kalimat Yubin. “Saya tahu. Kamu pasti ingin membahas alasan kenapa saya membatalkan kerja sama itu, kan?”

“Iya, Pak,” jawab Yubin sambil menunduk, suaranya nyaris berbisik.

Tano menghela napas panjang, lalu menatap Yubin dengan mata tajam namun tidak mengintimidasi. “Tenang saja. Ucapan kamu kemarin, bukan satu-satunya yang buat saya menarik diri untuk kerjasama itu.” Ia berhenti sejenak, menyesap kopi di depannya sebelum melanjutkan. “Hanya saja, saya butuh validasi lebih. Saya perlu memastikan bahwa saya tidak bekerja sama dengan seseorang yang tidak menghargai orang-orang yang mendukungnya di belakang layar. Itu, Yubin, adalah hal yang lebih penting dari sekadar keuntungan.”

Dan Yubin pun diam, setelah mendengarkan pernyataan dari Mr. Tano. Tapi tetap saja, ada perasaan tidak enak hati yang terselip.

Pelayan masuk, ketika Nano memanggilnya. Yubin pun memesan makan dimenu yang ada di atas meja itu.

****

📍Apartement

Apartemen itu hening, seperti menyerap semua suara dari luar. Emily, yang malam itu sendirian, melangkah perlahan menuju kamar. Baby, meimeinya, sedang menginap di tempat temannya untuk menyelesaikan tugas kampus.

Di dalam kamar mandi, Emily menyalakan lampu temaram, menciptakan suasana tenang. Ia memutar kenop kran perlahan, membiarkan air mengalir dan memenuhi bathtub marmer putih. Suara gemericik air menjadi satu-satunya bunyi yang mengusik keheningan apartemen.

Emily melepas penatnya dengan berendam. Wajahnya tampak lelah, matanya kosong menatap ke depan tanpa fokus. Sesekali, ia menghela napas panjang. Di tepi bathtub, sebotol wine merah sudah menemaninya. Ia menuangkan sedikit ke dalam gelas, lalu menyeruputnya perlahan. Perutnya yang kosong tak lagi jadi prioritas—wine itu cukup untuk mengalihkan rasa lapar dan pikirannya yang kacau.

Cahaya redup dari lampu kamar mandi membuat suasana semakin damai. Perlahan, tubuhnya tenggelam dalam kehangatan air. Rasa nyaman itu membuatnya terlelap, meski hanya untuk sejenak.

Satu jam berlalu. Ponselnya bergetar di meja kecil di samping bathtub. Deringnya memecah kesunyian. Emily terbangun dengan mata sedikit berat, tubuhnya bergerak malas meraih ponsel itu.

-In Calling-

“Hm?” gumam Emily dengan suara serak, masih setengah mengantuk.

“Emily, kamu baik-baik saja, kan?” suara Yubin terdengar cemas dari seberang.

Emily melirik layar ponsel, nama Yubin tertera jelas. Ia mendekatkan ponsel ke telinga, menyesuaikan posisi duduknya di dalam bathtub.

“Aku baik-baik saja, eonnie. Jangan khawatir,” jawabnya pelan, suaranya tenang namun terasa lelah.

“Hanya saja… aku takut kamu sendirian,” kata Yubin, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Emily tersenyum kecil mendengar nada itu. Bibirnya melengkung, meski matanya masih menunjukkan bayangan rasa sakit.

“Aku baik-baik saja, eonnie,” ulangnya. Kemudian ia menghela napas. “Perlakuan Pak Presedir yang… yang melecehkanku bukan hal baru, kan? Aku sudah berkali-kali mengalami ini. Hari demi hari, aku seperti bersahabat dengan rasa sakit, ketakutan, dan kegelisahan itu.”

Di seberang telepon, Yubin terdiam. Ketika ia berbicara lagi, nadanya terdengar penuh rasa sedih. “Emily…”

Emily menegakkan tubuhnya sedikit, mencoba terdengar lebih kuat. “Aku baik-baik saja, eonnie. Sudahlah, jangan khawatirkan aku. Ah! Bukannya tadi eonnie ingin bertemu seseorang? Apa sudah bertemu?”

“Sudah,” jawab Yubin, suara sedikit lebih ringan. “Baru saja selesai.”

Emily tersenyum lagi. “Baguslah. Aku senang mendengarnya.”

****

Berikut adalah revisi teks Anda dengan narasi dan dialog yang lebih mendalam menggunakan tag dan aksi:

📍Rai’s House

-Ruang Kerja-

Larut malam menyelimuti rumah itu, namun Reymond masih sibuk di ruang kerjanya. Lampu meja yang temaram menerangi wajahnya yang serius. Matanya tajam, fokus menatap dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja. Pena di tangannya berhenti sesaat, namun pikirannya tetap sibuk—bukan pada pekerjaan, melainkan sesuatu yang lain.

Sore tadi kembali melintas di benaknya.

Reymond mengingat saat ia berdiri di lobi kantor, hanya untuk melihat Emily melintas di depannya tanpa sepatah kata atau bahkan sekilas pandang. Tatapannya waktu itu lurus ke depan, seakan dirinya tak ada.

Reymond menghela napas panjang. Ia menunduk, jari-jarinya meremas rambutnya sendiri. Perasaan bersalah menguasai dirinya, perasaan yang sudah membayangi sejak kemarin. Ia tahu, keputusan untuk menjauhi Emily adalah pilihannya sendiri, tapi kenapa bayangan wanita itu terus mengganggunya?

Tangannya bergerak meraih ponsel di meja. Ia membuka layar, menatap nama Emily dalam kontaknya. Jempolnya melayang sejenak sebelum akhirnya menekan tombol panggil.

“Calling Emily…”

Nada sambung terdengar beberapa kali, namun panggilan itu tidak diangkat.

****

Di sisi lain, Emily duduk di depan meja rias di kamar dengan pencahayaan yang minim. Lampu kecil di sudut ruangan memancarkan cahaya samar, memantulkan wajahnya di cermin.

Ponselnya bergetar di meja. Nama Reymond muncul di layar. Emily menatap ponsel itu dengan ekspresi datar. Matanya kosong, tak ada emosi yang terlihat di sana.

Ia tidak bergerak untuk menjawab. Ia hanya diam, membiarkan dering itu memenuhi ruangan sejenak sebelum akhirnya berhenti dengan sendirinya.

Emily menatap bayangannya di cermin. Mata itu kini menunjukkan rasa lelah, bukan hanya fisik tapi juga emosional. Ia menghela napas panjang, lalu berbisik kepada dirinya sendiri.

“Bodoh. Kenapa aku harus mengejarnya?” gumamnya, suaranya rendah namun terdengar getir.

Ia memalingkan pandangan dari cermin, seakan tak sanggup lagi melihat dirinya sendiri, lalu memejamkan mata. Dalam keheningan kamar itu, perasaan yang sama-sama mereka coba hindari justru semakin nyata.

1
Alfi Syahfira
/Smile//Smile//Smile/
Kairawu
Motifnya rey itu apa ya ke emily aduh tapi susah ditolak juga
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
Kairawu
Hidupnya emily maju kena mundur kena kasian 😭
Pandagabut🐼
pak Presdir, kamu mengerikan...
Miralee
🫶🏻🫶🏻🫶🏻
Kairawu
Yeay aku baca disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!