Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang Yang Alot
Aleandro kekeh melanjutkan proses cerai dengan Michelle. Bukti-bukti perselingkuhan sebelumnya telah dikantongi oleh pengacara Aleandro.
"Tuan, semua bukti sudah saya pegang. Apa anda yakin dengan keputusan ini?" pertegas sang pengacara.
"Hhhmmm," jawab Aleandro dengan wajah dinginnya.
Andine setelah keluar rumah sakit untuk sementara diungsikan ke mansion tuan Pollin dan dijaga ketat para pengawal Aleandro. Karena disinyalir ada orang tak bertanggung jawab ingin mencelakai keluarga Pollin.
Kejadian tabrak lari dengan Andine menjadi korbannya, diduga karena faktor kesengajaan.
Aleandro melangkah ke dalam ruang pengadilan. Sudah ada Michelle menunggu dengan pengacaranya.
"Kamu akan menyesali keputusan kamu sayang," bisik Michelle.
"Bukti-bukti yang kamu bawa akan kupatahkan dengan bukti yang aku punya," sindir Michelle.
"Akan kupikirkan ulang permintaan kamu, asal sesuai dengan yang aku minta," urai Michelle untuk melakukan penawaran.
Aleandro diam dengan wajah datar nan dingin.
Untuk diketahui, Michelle pernah bilang akan menyetujui perceraian asalkan Aleandro memenuhi apa yang dia minta. Yaitu tiga puluh persen saham perusahaan keluarga Pollin di atas namakan dirinya.
Sampai kapanpun Aleandro tak akan menyetujui permintaan gila itu.
"Gimana? Setuju nggak?" muka Michelle dibuat semanis mungkin di hadapan Aleandro.
'Enak saja minta pisah tapi tak mau kasih gono gini. Enak di wanita jalang itu, nggak enak di aku dong,' batin Michelle kesal.
Aleandro malas membalas ucapan Michelle.
Di tengah persidangan, Michelle membawa sesuatu yang tak diduga oleh pihak Aleandro.
Michelle membawa sebuah hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa dirinya positif hamil dilengkapi dengan hasil USG pula.
Aleandro terkejut dengan hal itu.
Pengacara Michelle mengatakan bahwa kliennya mengandung benih dari Aleandro dan bukti-bukti yang dibawa pihak Aleandro tidak sah karena Michelle punya saksi yang mengatakan bahwa tuduhan perselingkuhan Aleandro tidak berdasar.
Aleandro gusar dengan situasi sidang hari ini. Aleandro tak menyangka jika Michelle hamil.
Karena belum menemukan titik temu, sidang ditunda sampai batas waktu yang tak ditentukan.
Michelle mendekati Aleandro dengan senyum penuh kemenangan.
"Halo sayang, kita nggak jadi berpisah kan? Aku hamil anak kamu loh," bilang Michelle membuat Aleandro menatap tajam wanita di hadapannya itu.
"Aku tak yakin itu benihku," tandas Aleandro.
"Wow, kamu meragukannya?" Michelle tersenyum sembari menutup mulut seakan kaget karena Aleandro menghinanya.
"Ini anak kamu sayang, aku pastikan itu," Michelle mengedip genit sebelah matanya.
"Cih, setelah apa yang kamu lakukan. Kamu masih bisa seyakin itu?" sindir Aleandro.
"Aku akan menggunakan segala cara agar kamu mengakuinya. Camkan itu!" ucap Michelle.
"Dan setelah anak ini lahir, maka seluruh harta kamu akan kupastikan jatuh ke anak yang kukandung ini," ancam Michelle.
"Tak ada sedikitpun harta waris untuk anak yang dikandung jalang itu," Michelle terus saja mengoceh.
Aleandro tak bergeming dengan ucapan yang mengandung ancaman dari Michelle.
"Tuan, anda sudah ditunggu tuan Pollin," beritahu Martin menghampiri.
"Sembunyi saja di balik ketiak pria tua itu, sampai aku bisa menguasai semua hartanya," teriak Michelle sarkas.
Aleandro berlalu tanpa mau berdebat.
Semakin diladeni, maka Michelle akan semakin menggila.
"Apa perlu kita lakukan tes DNA tuan?" tanya Martin yang berjalan di samping Aleandro.
"Tanyakan Jerome," suruh Aleandro.
"Baik tuan," Martin minta janji temu dengan Jerome untuk membahas masalah barusan.
.........
"Baik. Akan aku sampaikan ke tuan muda," jawab Martin sambil mengakhiri panggilan dengan Jerome.
Martin menoleh ke arah Aleandro.
"Sore ini, tuan Jerome akan mampir ke mansion sepulang dari rumah sakit," beritahu Martin.
"Hhhmmm," gumam Aleandro dengan wajah dingin.
Sampai di mansion, didapatinya Andine sedang melamun di balkon.
Aleandro menangkup tubuh Andine dari belakang.
"Kok melamun sayang? Ada yang dipikirkan?" sebisa mungkin Aleandro tak membawa masalah ke rumah.
"Gimana kabar kak Michelle?" tatap Andine penuh tanya.
"Ngapain nanyain dia?" Aleandro duduk di samping sang istri.
Sebagai wanita, Andine tetap saja merasa bersalah. Apalagi dengan kehadirannya, Aleandro menggugat cerai Michelle.
"Sayang nggak usah dipikirkan. Ini bukan kesalahan kamu," jelas Aleandro.
"Tapi tetap saja, aku nggak enak dengan kak Michelle," tukas Andine.
Aleandro memeluk Andine.
Sejak memutuskan tinggal di kediaman tuan Pollin, banyak sekali kenyataan buruk tentang Michelle yang baru diketahui oleh Aleandro. Hal itu lah yang memantabkan hati Aleandro untuk berpisah.
"Kita jalan-jalan aja, biar kamu nggak suntuk di rumah terus," ajak Aleandro.
Andine menggeleng.
"Iya kali jalan-jalan? Kepala penuh perban gini," tolak Andine tersenyum, merasa lucu.
Aleandro terkekeh, "Nah, senyum gitu dong," goda Aleandro.
"Ayo masuk, ntar masuk angin loh," ajak Aleandro.
Terdengar ketukan pintu.
"Iya," sahut Aleandro.
"Maaf tuan muda, dokter Jerome menunggu di bawah," beritahu bibi.
Tatapan tanya minta penjelasan didapat Aleandro dari Andine.
"Aman sayang, Jerome cuman mampir," kata Aleandro yang tahu arti tatapan itu.
Netra Andine mengantar punggung Aleandro sampai balik pintu.
.
"Aku sudah dengar semua dari Martin. Akan bahaya jika saat ini kamu ambil sampel buat tes DNA," beritahu Jerome.
"Apa aku harus menunggunya sampai dia lahiran? Itu nggak mungkin Jerome," sanggah Michelle.
"Aku tahu. Tapi kita juga tak boleh gegabah. Itu akan sangat membahayakan nyawa janin," imbuh Jerome.
Aleandro masih saja mendebat. Karena tak mungkin baginya untuk menunggu lebih lama lagi. Dia sudah jengah dengan kelakuan Michelle.
"Sabar... Kita beri kesempatan calon mantan istri kamu itu berbuat ulah dulu," ucap Jerome.
"Issshhhh... Aku inginnya cepat selesai Jerome," tukas Aleandro.
"Berapa minggu sih usia kehamilannya? Ntar aku pikirin deh kapan harus tes DNA," kata Jerome menjadi oase bagi Aleandro.
"Hhhmmm berapa ya tadi?" Aleandro tak begitu memperhatikan saat sidang tadi.
"Siapa yang hamil?" Andine hadir di antara keduanya.
Aleandro dan Jerome saling tatap.
Jika Andine diberitahu, maka Andine lah yang akan pertama kali menolak jika Aleandro menceraikan Michelle.
"Nggak ada sayang. Kita sedang bicara kerjaan kok. Itu tadi Jerome cerita, kalau pasiennya yang program insem berhasil hamil," kata Aleandro mengarang cerita.
"Ooohhhh... Kirain kak Michelle hamil," tanggap Andine.
"Emang kenapa kalau Michelle hamil?" pancing Jerome.
"Proses cerai nggak berlanjut lah. Kan sekarang sudah ada anak," jawab Andine enteng.
Aleandro bengong.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Sore hari hujan lebat, habis itu terbitlah pelangi
Ketik-ketik terus dengan cepat, biar bisa up lagi
Hawa dingin habis hujan, datanglah bakpao hangat
Jangan lupa tuk kasih dukungan, ayo cepat-cepat merapat