🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥
———
"Mendesah, Ruka!"
"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.
"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"
"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"
———
El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.
Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.
Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Sampai kapan kita berjemur dan jadi tontonan gini?" keluh Damar lagi, mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Matahari sudah tinggi, dan jam istirahat pertama baru saja berbunyi. Namun halaman belakang masih jauh dari kata bersih. Rumput liar yang mencuat di sana-sini dan sampah-sampah yang tersebar seperti menertawakan usaha mereka yang setengah hati. Delapan orang, namun benar-benar tidak maximal bekerja.
"Jangan ngoceh mulu, Mar. Udah, ikutin aja si bos," sahut Rico, mencoba menenangkan temannya. Ia sendiri sudah merasa kesal, tapi gengsinya sebagai salah satu orang terdekat El membuatnya enggan terlihat lemah.
Damar melirik Rico, matanya menyipit dengan kesal. "Ikutin si bos? Lo liat nggak? Dia sendiri juga kerja ala kadarnya. Ini kerja bakti apa drama main-main?"
Sean, yang duduk malas di bawah pohon sambil memeriksa kuku jarinya, ikut angkat bicara. "Sumprit, gue malu banget. Lihat anak-anak lain tuh, pada lihatin kita dari jauh. Muka gue mau ditaro di mana?"
El, yang sedang berjongkok mencabut rumput liar di sudut halaman, akhirnya mendongak. "Dari pada ngoceh terus, mending lo kesini cabutin nih rumput, sebelum gue cabut nyawa lo!"
Sean gegas bangkit dari ngaso nya, "Iya, iya. Bos!" gumamnya, lalu mengambil plastik sampah dan mulai memungut sampah-sampah kecil di sekitar.
"Bos, lo nggak merasa bu Ketos keterlaluan? Kayak punya dendam pribadi sama kita. Hukuman ini terlalu kejam. Kita jadi bahan ledekan. Lihat tuh, anak-anak cewek di lantai dua pada ketawa-tawa sambil ngerekam."
El mendongak ke arah yang ditunjuk Damar. Memang benar, beberapa siswi terlihat asyik mengintip dari balik jendela, sesekali tertawa dan mengangkat ponsel mereka seolah merekam. El hanya menghela napas pendek, lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya.
"Udah sih biarin aja, buruan cabutin rumputnya, sebelum gue cabut nyawa lo!" ancam El lagi, membuat Damar langsung berjongkok, mencabuti rumput dengan gerakan kilat seperti sedang memainkan jurus ala-ala ninja.
Melihat itu, Rico tertawa kecil sambil menepuk bahu El pelan. "Gini nih akibat bucin. Siapa yang bucin, kita semua yang kena getahnya."
El menanggapi dengan senyuman tipis, tetapi fokusnya langsung teralihkan saat melihat dua sosok mendekat dari kejauhan. Ruka, dengan wajah dinginnya, berjalan perlahan bersama Hana yang tampak lebih bersemangat.
Ketika mendekat, Hana langsung berlari kecil ke arah Rico "Ayang...," panggilnya manja sambil mengeluarkan tisu dari kantong. Dengan gerakan lembut, ia mulai menyeka peluh di kening Rico.
"Minum dulu, yang." Hana menyodorkan sebotol jus jeruk dingin ke tangan Rico. Ia kemudian berbalik menatap Ruka yang berdiri tak jauh darinya. "Ih, lo tega banget sih, Ruka! Lihat nih, ayang gue jadi kayak gini, keringetan parah!" protesnya sambil menunjuk Rico dengan ekspresi memelas.
Ruka hanya melipat tangan di depan dada, tatapannya tajam seperti biasa. "Lo pikir gue peduli? Mereka semua dihukum karena kelakuan mereka sendiri. Kalau gak mau capek, ya gak usah bikin masalah."
"Tapi kan... gak harus dihukum berat kayak gini."
"Jangan terlalu dramatis. Rico itu cowok, bukan porselen. Dia gak bakal pecah cuma karena kerja begini."
"Tapi nanti gosong, Ruka... matahari makin terik."
Alih-alih menanggapi, Ruka menoleh ke arah El yang sedang jongkok di dekat kumpulan rumput liar. Sosok pria itu tampak santai, seolah hukuman ini hanya permainan baginya. El yang menyadari tatapan Ruka, tersenyum kecil dan tiba-tiba berkata dengan nada menggoda.
"Lo gak bawain suami lo ini minum, hm?" bisiknya dengan suara rendah, cukup untuk membuat Ruka mendengarnya.
Ruka berdecih, "Sebelah sini masih kotor, jangan malas! Kalau sampai jam sepuluh belum bersih juga gue laporin ke pak Feri kalau kalian malas-malasan biar kena skorsing lagi!" Ruka mengalihkan topik pembicaraan dengan ancaman.
"Ya elah, lo mau bunuh kita-kita bu Ketos?" Damar langsung berdiri sambil merentangkan tangan dengan dramatis.
"Iya, mau bunuh kalian... perlahan."
Mendengar jawaban Ruka yang penuh ancaman, El hanya tersenyum kecil. Lalu tiba-tiba berdiri dan menyeka tangannya yang kotor pada celana jeansnya. "Eh Bu Ketos," Panggilnya santai, suaranya cukup lantang untuk menarik perhatian Ruka.
Ruka menoleh dengan tatapan waspada, alisnya terangkat. "Apa?" tanyanya dengan nada dingin, namun matanya jelas mengawasi gerakan El yang mendekatinya.
El mengambil sesuatu dari saku—sebuah kotak kecil yang berisi obat. Dengan santai, ia menyodorkannya ke arah Ruka. "Minum ini, kalau bisa secepatnya."
Ruka mengerutkan kening, menatap kotak berisi obat itu seolah benda tersebut benda terlarang. "Apa ini? Lo mau racunin gue?"
El mendekat dengan langkah santai, hingga jarak antara mereka berdua nyaris hilang. Ruka spontan memundurkan kepalanya ketika El menunduk, membawa wajahnya lebih dekat. Namun, El tidak berhenti. Tepat di depan telinga Ruka, ia berbisik dengan nada rendah yang membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.
"Kalau mau hamil, gak usah diminum."
Ruka tersentak, wajahnya memerah seketika. Tangannya refleks mendorong dada El dengan kekuatan penuh, membuat pria itu mundur selangkah sambil tertawa kecil.
"Keputusan ada di tangan lo, Ruka." ujarnya santai sambil melempar kotak berisi obat itu kearah Ruka.
***
Kata-kata terakhir dari El terus terngiang-ngiang di kepala Ruka, ia merogoh saku dan mengeluarkan kotak obat kecil berwarna putih dengan semburat warna pink ke unguan dan menatapnya seolah benda itu adalah bom waktu. Dahinya berkerut, mencoba membaca tulisan kecil di kemasan dengan seksama. Matanya kemudian berhenti pada satu kalimat,
"Minum 2 tablet sekaligus, lebih baik dalam waktu 12 jam tidak lebih dari 72 jam setelah hubungan seksual tanpa perlindungan."
"Gue minum gak ya?"
Bersambung...
Kira2 Ruka bakalan minum obat itu gak ya?
Double Up, kasih vote yg banyak ya 🙏