Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua enam.
Septy kembali memakai pakaiannya saat terdengar ketukan pintu. Karena pintu memang sengaja dikunci oleh Septy dari dalam.
Jika tidak? Maka Garren akan menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dan itu sudah sering kali terjadi.
Septy tersenyum dan menduga jika itu adalah suaminya. Septy pun membuka pintu dengan perlahan.
Dan benar saja, Garren menerobos masuk dan langsung memeluk Septy. "Kamu menggoda ku sayang?"
"Tidak! Ngapain juga aku menggoda mu?"
"Jangan bohong, kamu sengaja, kan?"
Septy tidak menjawab, namun ia membalas pelukan tersebut suaminya. Saat Garren ingin mencium bibir Septy, Septy mengelak. sehingga Garren hanya mencium pipi Septy.
"Boleh ya, bibirmu sangat menggoda," ucap Garren.
"Aku belum gosok gigi, dan mulutku bau."
Garren tidak peduli sama sekali, toh dia juga bau mulut. Kemudian Septy tidak lagi mengelak dengan perlakuan Garren padanya.
Setelah merasa cukup, Garren pun melepaskan nya. Garren pun kembali ke ruang kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sementara Septy, kembali mengunci pintu ruangannya. Karena sering dibuat kaget oleh Garren yang masuk langsung terobos saja.
Garren menghela nafas panjang saat kembali ke ruangannya. Sumpah demi apapun, ia sudah tidak kuat menahan gejolak dihatinya.
Dan dia benar-benar terpancing oleh tingkah Septy yang kadang membuatnya gemas. Jika saja tidak ada halangan, mungkin Garren sudah menerkam Septy saat ini juga. Tidak peduli walau di kantor sekalipun.
Garren melanjutkan pekerjaannya meskipun pikiran kurang fokus. Namun ia harus tetap menyelesaikan semuanya agar cepat pulang.
Hingga sore harinya, jam pulang kerja pun tiba. Tomi mengetuk pintu ruangan Garren dan segera masuk setelah mendengar suara perintah dari dalam.
"Tuan, sudah sore," ucap Tomi.
Garren melihat jam tangannya dan ternyata memang sudah waktunya pulang. Sementara pekerjaan masih tersisa sedikit.
"Apa Septy sudah pulang?" tanyanya.
"Saya tidak tahu Tuan, saya tidak ke ruangannya," jawab Tomi.
Garren pun menyuruh Tomi untuk pulang duluan. Sementara dirinya ke ruangan Septy terlebih dahulu.
Garren membuka pintu ruangan Septy, ternyata dia sudah tidak ada. Garren pun segera menuju lift.
Sementara dilantai bawah, Septy sedang mengobrol dengan Sierra. Ia cepat keluar dari ruangan nya hanya ingin menemui Sierra.
"Terima kasih Nona, saya sudah di naikan jabatan," ucap Sierra.
"Itu berkat usahamu sendiri, kami hanya mempromosikan saja," jawab Septy.
"Justru itu, saya bisa berpeluang menduduki posisi ini."
"Semangat ya, jangan sia-siakan jabatan mu yang sekarang."
Sierra mengangguk, tentu saja ia akan bekerja dengan baik. Karena tidak mudah untuk mencapai posisi yang sekarang.
"Sayang!" Garren berlari kecil menghampiri Septy. "Kamu kok ninggalin aku sih?"
Sierra segera pamit karena tidak ingin menjadi nyamuk diantara mereka. Septy bisa apa jika Garren sudah seperti ini?
"Mas, aku hanya ingin ketemu Sierra sebelum dia pulang. Itu sebabnya aku turun duluan."
Garren tanpa berkata apa-apa lagi langsung menggandeng tangan Septy dan mengajaknya pulang.
Septy menoleh ke suaminya, saat ini mereka sudah berada didalam mobil. Namun saat Garren menoleh, Septy malah memalingkan wajahnya kearah lain.
Garren meraih dagu Septy agar kembali melihat kearahnya. Kemudian Garren mengecup bibir Septy.
"Mas, nanti dilihat orang loh," ucap Septy.
"Tidak akan, kaca mobil ini tidak kelihatan jika dari luar. Tapi jika dari dalam melihat keluar, akan terlihat jelas."
Kemudian Garren pun menjalankan mobilnya keluar dari gedung perusahaan. Penjaga keamanan pun menunduk hormat saat mobil Garren lewat.
Garren melajukan mobilnya dijalan raya, beruntung jalanan tidak terlalu macet, sehingga mereka bisa secepatnya tiba dirumah.
Saat tiba di rumah, Garren melihat mobil orang tuanya terparkir didepan rumah mereka. Garren dan Septy segera keluar dari mobil.
"Kalian baru pulang?" tanya Lita saat melihat keduanya baru masuk.
"Iya Ma, jawab Garren.
Septy langsung menyapa dan mencium tangan sang mama. "Mama sudah lama?" tanyanya.
"Baru beberapa menit," jawab Lita.
Kemudian Garren pun melakukan hal yang sama pada mamanya. Garren celingukan mencari seseorang, karena biasanya sang papa selalu ikut.
Tidak berapa lama Carel keluar dari dapur, sepertinya tadi ia ke toilet yang ada dekat dapur.
"Baru pulang son?" tanya Carel.
"Iya Pa," Garren mencium tangan papanya baru kemudian Septy menyusul.
Kemudian Lita meminta mereka untuk beristirahat. Dan Lita hendak memasak untuk mereka makan malam.
Septy yang tidak ingin membiarkan mertuanya sendiri pun segera membantunya. Tapi sebelum itu, ia membuatkan minuman untuk suaminya dan mertuanya.
"Apa kalian masih tidur terpisah?" tanya Carel.
"Tidak lagi, Pa. Tapi masih belum bisa ...."
Carel tertawa, meskipun Garren tidak melanjutkan ucapannya ia sudah mengerti. Carel hanya menyemangati nya agar bersabar.
Garren hanya mengangguk mengiyakan. Sudah pasti ia akan bersabar menunggu saatnya tiba. Walaupun sebenarnya ia sudah tidak sabar.
Sementara di dapur ...
"Sayang, apa kamu masih ingin terus bekerja?" tanya Lita.
"Aku bosan Ma kalau tidak bekerja. Nanti ada saatnya aku resign dan hanya mengandalkan uang suami," jawab Septy.
Lita hanya tertawa mendengar kejujuran Septy. Menurutnya Septy benar-benar polos dan jujur.
Lita pun meminta Septy untuk selalu sabar dalam menghadapi Garren. Belum lagi para wanita yang dulu tergila-gila pada Garren.
Septy tentu tidak akan mau kalah, dan kata-katanya begitu menohok. "Ma, semuanya tergantung pada prianya. Jika pria tidak memberi celah, maka tidak akan terjadi perselingkuhan dan semacamnya."
Lita membenarkan ucapan Septy, seperti suaminya dulu yang banyak sekali menginginkan nya. Sehingga ada yang nekat merusak hubungan mereka.
Lita tidak ingin kejadian itu terulang pada putranya, karena yang menjadi korban adalah Septy.
"Kamu belajar beladiri dari Carla dan Carlos, betul?"
"Iya Ma, jadi kangen mereka."
"Mereka lompat kelas, sekarang sudah kelas 6 SD."
Septy tersenyum, anak didiknya itu benar-benar jenius. Jadi tidak heran jika mereka lompat kelas. Bahkan pelajaran yang sulit sekalipun mampu mereka kerjakan.
Septy dulu sempat shock saat mengetahui jika Carla dan Carlos mampu mengerjakan berkas perusahaan.
Lita kemudian meminta Septy untuk mandi, karena tugasnya sudah selesai. Hanya tinggal menghidangkan nya saja.
Jam tujuh lewat, merekapun makan bersama. Untuk pertama kalinya Lita dan Carel berkunjung ke rumah Garren. Jadi mereka berencana untuk menginap.
Lita menoleh ke suaminya saat melihat Garren makan begitu lahap. Kemudian keduanya tersenyum. Mereka bahagia melihatnya.
"Gunung es sepertinya sudah mencair," bisik Carel.
Namanya yang berbisik, tapi masih bisa didengar oleh Garren dan Septy. Namun Garren tidak peduli dengan omongan papanya itu.
Setelah selesai makan, mereka kembali ke ruang tamu untuk mengobrol sebentar. Mereka akan membincangkan pesta pernikahan Garren dan Septy.
"Apa kalian setuju jika pesta pernikahan kalian diadakan bulan depan?" tanya Lita.
"Jangan dulu Ma, lagi pula menurutku pesta pernikahan tidak terlalu penting," jawab Garren.
Lita menghela nafas, ia hanya ingin mengabadikan momen tersebut. Tapi Lita tidak kehabisan akal, ia akan tetap mengadakan pesta pernikahan tersebut.
berjuta indah ny.. 😀😀😀