NovelToon NovelToon
PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?

Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14: PENCARIAN DI DUNIA BARU

Dunia yang terbentang di depan mereka adalah tempat yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Alam yang luas dan penuh misteri ini seakan menyambut kedatangan mereka, namun juga menantang mereka dengan ancaman yang tidak terlihat. Di sekitar mereka, pepohonan tinggi menjulang, dengan daun-daun yang berkilau seperti kristal di bawah cahaya lembut yang datang entah dari mana. Tanah di bawah kaki mereka terasa seperti bergetar halus, seperti dunia ini hidup dan merespons setiap gerakan mereka.

"Di sini kita tidak sendirian," kata pria tua itu dengan suara berat. Dia memimpin mereka dengan langkah perlahan, seakan menilai keadaan di sekitar mereka dengan hati-hati. "Dunia ini penuh dengan makhluk dan kekuatan yang lebih besar daripada yang kalian bayangkan."

Vera merasa ketegangan yang mulai menebal di udara. Dunia ini terasa sangat asing dan mengancam. Setiap pohon, setiap hembusan angin, terasa seperti menyembunyikan sesuatu yang lebih gelap. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang memanggil mereka untuk terus maju, seperti sebuah panggilan tak terelakkan yang mengarah pada sesuatu yang lebih besar.

"Apa yang kita cari di sini?" tanya Raka, matanya menyapu seluruh pemandangan, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Kita bisa bertahan hidup di sini, tapi apa yang sebenarnya harus kita lakukan?"

Pria tua itu berhenti dan menatap mereka semua. "Apa yang kalian cari adalah kekuatan untuk menghentikan para penjaga bayangan. Kalian sudah melewati gerbang itu, dan sekarang kalian harus siap menghadapi apa yang akan datang."

Vera menggigit bibirnya. Dia masih teringat akan kejadian-kejadian yang menegangkan sebelumnya—Dimas yang tertinggal di hutan, para penjaga bayangan yang mengejar mereka. "Bagaimana kita bisa menghentikan mereka? Apa yang kita butuhkan untuk mengalahkan mereka?" tanyanya, penuh kebingungan dan ketakutan.

Pria tua itu hanya menggelengkan kepala. "Kalian tidak bisa mengalahkan mereka dengan cara biasa. Mereka bukan makhluk yang bisa dibunuh dengan senjata atau kekuatan fisik. Untuk mengalahkan mereka, kalian harus menemukan sesuatu yang lebih kuat—sebuah artefak kuno yang bisa menutup gerbang antara dunia ini dan dunia kalian."

"Artefak?" Maya bertanya, suaranya sedikit terkejut. "Apa itu dan di mana kita bisa menemukannya?"

"Itu adalah sebuah kristal—Kristal Kehidupan," jawab pria tua itu, matanya tajam. "Kristal itu disembunyikan di tempat yang sangat terlindungi. Kalian harus melewati ujian-ujian yang sangat berat untuk mendapatkannya. Dan tidak semua yang mencari kristal itu akan kembali hidup-hidup."

---

Dengan penjelasan itu, ketegangan di antara mereka semakin besar. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan sangat berbahaya, tetapi tidak ada pilihan lain. Jika mereka ingin mengalahkan penjaga bayangan dan menghentikan bencana yang akan datang, mereka harus melangkah maju, meskipun itu berarti mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka.

Pria tua itu melanjutkan perjalanan, diikuti oleh kelompok itu. Setiap langkah mereka terasa semakin berat. Di kejauhan, mereka bisa melihat pegunungan besar yang menjulang tinggi, seakan menjadi penghalang antara mereka dan tujuan mereka. "Kristal itu berada di puncak Gunung Gelap," pria tua itu menjelaskan. "Di sana, kalian akan menghadapi ujian pertama."

Mereka tidak tahu persis apa yang dimaksud dengan "ujian pertama", tetapi mereka sudah siap untuk menghadapi apapun. Mereka terus berjalan, memasuki hutan yang semakin lebat, di mana cahaya matahari hampir tidak bisa menembus rimbunnya pohon-pohon besar.

Di sepanjang jalan, suara-suara aneh mulai terdengar. Gemerisik di antara semak-semak, suara burung yang terdengar sangat berbeda dari yang mereka kenal, dan suara desiran angin yang membawa sesuatu yang asing. "Ada sesuatu di sini," Arjuna berbisik, suaranya tegang. "Aku merasa seperti kita sedang dipantau."

"Kita memang sedang dipantau," kata pria tua itu dengan nada berat. "Namun, tidak ada yang bisa kita lakukan selain terus maju. Hanya mereka yang memiliki tekad kuat yang akan berhasil melewati ujian-ujian ini."

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah lembah yang sangat luas, dipenuhi oleh bunga-bunga aneh yang berwarna cerah namun tampak menakutkan. "Jangan sentuh bunga-bunga itu," peringat pria tua itu. "Mereka bukan hanya berbahaya, tetapi juga bisa menjerat kalian dalam ilusi yang tak akan berakhir."

Vera memandang bunga-bunga itu dengan hati-hati. "Ilusi?" dia bertanya, rasa ingin tahu membuatnya tergerak untuk lebih memahami.

"Mereka bisa menggoda pikiran kalian," pria tua itu menjelaskan. "Bunga-bunga itu akan menampilkan hal-hal yang kalian inginkan, yang kalian takutkan, atau bahkan kenangan masa lalu yang telah lama hilang. Namun, semua itu hanya tipuan. Jika kalian terperangkap dalam ilusi itu, kalian akan kehilangan diri kalian sendiri."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, menghindari bunga-bunga itu, dan tiba di sebuah jembatan yang tampaknya dibangun dari batu besar yang licin. Jembatan itu terbentang di atas jurang yang dalam, dengan air yang mengalir deras di bawahnya. "Ini adalah ujian pertama," pria tua itu berkata dengan serius. "Kalian harus melewati jembatan ini tanpa terjatuh. Namun, ujian ini tidak hanya tentang ketangkasan kalian. Ini juga tentang keputusan yang harus kalian buat."

Tiba-tiba, suara yang menggema datang dari jurang, memanggil nama mereka satu per satu, dengan suara yang penuh dengan godaan. "Vera... Arjuna... Raka... Maya..." suara itu terdengar seperti suara seseorang yang mereka kenal, namun begitu asing dan menakutkan. Vera merasa hatinya berdebar hebat, dan tanpa sadar, langkahnya mulai melambat. Suara itu memanggilnya dengan penuh harapan, seakan meminta dia untuk kembali ke dunia yang telah dia tinggalkan.

"Jangan dengarkan suara itu!" teriak pria tua itu, melihat Vera hampir terjebak dalam ilusi. "Itu adalah perangkap! Kalian harus tetap fokus pada tujuan kalian!"

Vera mengatupkan giginya, berusaha untuk tidak menoleh. "Kita harus melangkah terus," katanya dengan suara tegas, meskipun hatinya bergetar.

Namun, ujian ini belum selesai. Begitu mereka melangkah lebih jauh, tanah di bawah mereka mulai bergetar, dan tiba-tiba muncul bayangan besar yang menggantung di atas mereka. "Ini adalah ujian terakhir sebelum kalian sampai di puncak," pria tua itu berkata. "Kalian harus menghadapinya bersama. Jika tidak, kalian akan terperangkap di sini selamanya."

---

Bayangan itu semakin mendekat, mengerang dan berdesir, membawa hawa dingin yang menusuk. Makhluk besar dengan tubuh hitam legam muncul di hadapan mereka. Wajahnya kabur, seakan terbentuk dari bayang-bayang yang terus berubah. "Kalian yang mencari Kristal Kehidupan... Kalian yang telah mengganggu keseimbangan dunia ini... Harus membayar dengan nyawa."

Makhluk itu mengangkat tangan besar dan melontarkan energi hitam ke arah mereka. Vera berteriak, "Lari!" Namun, saat itu, mereka semua tahu bahwa lari bukanlah pilihan. Mereka harus bertarung.

Pria tua itu mengangkat tangannya, "Kalian harus bersatu! Hanya dengan kekuatan kalian bersama, kalian bisa mengalahkan makhluk ini!"

Vera menatap teman-temannya, matanya penuh tekad. "Kita bisa melakukannya," katanya, merasa kekuatan dalam dirinya bangkit. Mereka semua berdiri tegak, bersiap untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Di depan mereka, bayangan itu bergerak, siap untuk menghabisi mereka—namun, mereka tidak akan mundur.

1
Airin Livia
bagus. semangat thor! 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!