Mencintainya adalah sebuah keputusan..
Sifat perhatian padaku menutupi pengalihannya...
Yang dia kira...dia yang paling disayang, menjadi prioritas utama, dan menjadi wanita paling beruntung didunia.
Ternyata semua hanya kebohongan. Bukan, bukan kebohongan tapi hanya sebuah tanggung jawab
.
.
.
Semua tak akan terjadi andai saja Arthur tetap pada pendiriannya, cukup hanya dengan satu wanita, istrinya.
langkah yang dia ambil membawanya dalam penyesalan seumur hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lupy_Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Malam itu, Arthur meninggalkan rumah dengan tim kecil kepercayaannya. Targetnya adalah seorang anggota yang telah berkhianat, mencoba menjual informasi ke organisasi lawan. Meski Arthur biasanya tak turun tangan langsung, kali ini ia tahu bahwa pengkhianatan seperti ini bisa menjadi bencana jika tak ditangani dengan tegas.
.
.
.
.
Arthur berdiri ditengah ruangan gelap, lampu redup yang menggantung memantulkan bayangan tajam diwajahnya. Suasana semakin tegang, namun kali ini tidak hanya kemarahan yang terlihat dimata Arthur. Darah mengalir dari luka² ditubuhnya setelah ia melawan banyak musuh untuk bisa membalaskan amarahnya pada sang pengkhianat, bajunya sudah hampir tak bisa dikenali karena berlumuran darah. Ia terlihat lelah, namun tekadnya tidak pudar.
"Steve.." suara Arthur berat dan penuh ancaman, namun terdengar serak. Hampir seperti suara orang yang baru saja melawan hidupnya. "kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan?"
Steve hanya tersenyum sinis, mengambil pisau dari balik jaketnya, pisau itu memantulkan cahaya yang bersinar tajam, "apa yang anda maksud , Bos? Aku hanya mengikuti perintah"
Dengan cepat Steve melancarkan serangan mendalam, Arthur yang sudah terluka parah tampak goyah, namun dia masih bisa mempertahankan diri. Tangan kanannya menangkis serangan itu, meskipun setiap gerakan terasa lebih berat.
Tapi, Arthur tidak sendirian. Dibelakangnya, Aryan berdiri dengan Tenang, matanya penuh dengan kewaspadaan. Dia menyadari bahwa Arthur kali ini. Berada dalam bahaya besar.
Setelah beberapa belasan serangan, Arthur merasakan nyeri tajam disisi tubuhnya—pisau Steve berhasil menembus kekulitnya. Ia mengerang pelan, namun matanya semakin tajam, menatap Steve penuh dengan kebencian. Darah mengucur deras, membuat bajunya semakin basah.
"jangan mencoba membohongiku, Steve. Kau tidak akan selamat dari ini." Arthur menggeram, meskipun setiap kata yang keluar dari mulutnya terengah² karena rasa sakit.
Steve tak gentar, terus menyerang dengan brutal. Tetapi saat pisau yang lain meluncur kearah Arthur, Aryan akhirnya bergerak. Dengan gerakan cepat, Aryan menangkis pisau yang menuju ke tubuh Arthur.
Namun, Arthur yang sudah kelelahan, masih berusaha melawan. Dengan tangan kirinya yang terluka, ia memegang senjatanya dan dalam satu gerakan cepat menjatuhkan Steve ke tanah.
steve berusaha bangkit namun tubuhnya tak bisa bergerak cepat. Arthur yang terengah², matanya memancarkan kemarahan yang membara meski tubuhnya sudah sangat lemah.
"ini adalah harga yang harus kamu bayar jika bermain² denganku" katanya dengan suara serak.
Aryan berdiri mendekat, mengawasi dengan seksama, siap untuk menghentikan apabila Steve mau melarikan diri atau menyerang lagi. Namun, situasi ini sudah diluar kendali.
Arthur menatapnya dengan dingin, "kau telah memilih jalanmu, Steve. Dan kamu sudah tahu konsekuensinya"
Dengan satu dorongan terakhir, Arthur mengarahkan pistolnya ke kepala Steve, namun kesulitan karena luka²nya. tubuhnya sudah penuh dengan darah, tubuhnya tergantung dan wajahnya terlihat semakin pucat.
"ini pilihan terakhir mu" Arthur berkata, suaranya rendah terpecah antara kelelahan dan kemarahan yang masih menyala. "Jangan harap bisa keluar-hidup."
dengan tembakan yang membelah udara, nasib Steve pun berakhi, dan Arthur terhuyung ke belakang. berlutut dengan Tenaga yang tersisa, Menahan rasa sakit yang begitu hebat. Aryan segera mendekat, menolong nya.
"Bos kita harus keluar dari sini" kata Aryan dengan nada tegas, sebenarnya bukan Aryan tidak mau membantu, tapi Arthur sendiri lah yang melarang nya.
.
.
.
Sementara itu divilla, Livia merasakan firasat buruk. ia mencoba menenangkan dirinya, namun pikiran tentang Arthur terus menghantuinya. ia berjalan mundar-mandir diruang tamu, sedangkan orangtuanya sudah tidur dikamar mereka.
Hingga akhirnya ia mendengar deru mobil didepan rumah. Dengan cepat, ia membuka pintu dan melihat dua anak buah Arthur membawa pria itu keluar dari mobil. wajahnya pucat, bajunya berlumuran darah, tapi ia masih hidup.
"Sayang.." Arthur tersenyum lemah, mencoba meyakinkan istrinya bahwa ia baik-baik saja. tapi tubuhnya limbung saat Livia belum sempat merespon.
Livia langsung mengambil alih, meminta anak buah Arthur membawa suaminya kedalam kamar mereka. dan memanggil seorang dokter bayangan yang biasa menangani keluarga mafia.
Ia duduk disamping Arthur, menggenggam tangannya yang lemah. "aku sudah bilang, aku hanya peduli kamu selamat" bisikan, Menahan tangis.
tak lama dokter pun datang, dokter itu merupakan teman Arthur yang sempat Arthur minta melakukan tes DNA
namanya dokter Melvin, "maaf aku sedikit terlambat" katanya.
...
"Bro... ini luka yang cukup serius, dan aku menyarankanmu untuk melakukan CT Scan dirumah sakit, aku hanya memberi pertolongan pertama." ujarnya setelah selesai mengobati Arthur
"dokter... terimakasih atas bantuanmu yang sudah rela datang kemari untuk mengobati suamiku"
"tidak masalah, bahkan aku pernah mengobati yang lebih dari ini pada suamimu" Melvin tersenyum
"jangan menatap istriku terlalu lama" Arthur berkata dengan suara beratnya
Melvin yang ditemui seperti itu mengalihkan pandangannya...
"baiklah... kalau begitu aku akan pulang.." Melvin mengecek jam ditangannya menunjukkan pukul 12 malam.
"Aryan akan mentransfer uangnya nanti" kata Arthur
"tidak masalah teman... aku pergi dulu" ucapnya lalu melangkah pergi dari sana
"kenapa kamu begitu Ar, dia sudah menolongmu.." protes Livia
"aku tidak suka milikku dipandang lama² oleh orang lain" katanya
"tapi dia hanya bersikap ramah tadi.."
"kenapa membelanya terus? kamu menyukainya?" kenapa Livia jadi serba salah?
"bukan seperti itu.. sudahlah, tidak usah dibahas. apa masih terasa sakit?" Arthur yang tadinya mengeraskan rahangnya tidak jadi karena perhatian istrinya
"hm... tidak begitu sakit.. hanya terasa perih" Livia mengusap kening suaminya yang berbaring sementara Livia berbaring menyamping
Aryan yang sejak tadi menjadi obat nyamuk pun keluar, tidak ingin mengganggu sepasang suami istri itu.
Livia mengambil sebaskom air dan handuk kecil untuk membersihkan sisa darah ditubuh suaminya
Livia membersihkan tubuh suaminya dengan kain basah.. tubuh itu dipenuhi luka sayatan disekitar lengan dan perut sixpacknya, Arthur berbaring hanya mengenakan kain segitiga yang menutupi asetnya. benda itu terlihat menonjol saat Livia membasuh bagian paha suaminya. Livia dengan hati² mengelap luka yang baru saja diobati
Livia tahu itu, namun ia lebih memilih melanjutkan kegiatannya.. setelah selesai Livia mengeringkan tubuh Arthur dengan handuk kering
menaikkan selimut dan ikut berbaring disamping suaminya.. wadah air itu sudah ia letak kembali.
"terimakasih" ucap Arthur..
"tidak masalah, itu tugasku. aku mengantuk sekali" Livia menguap kemudian perlahan memejamkan matanya.
pantas saja livia sudah mengantuk, ini sudah waktunya tidur.. tapi ia rela menunggu kepulangan suaminya sampai larut malam padahal ia tahu sedang hamil muda, harus istirahat banyak-banyak.
Livia tampak gelisah, melihat itu Arthur mengusap perut istrinya dan benar saja... Livia kembali terlelap.
'sayang.. jangan membuat mommy kesulitan tidur... mommy harus banyak istirahat ya' Arthur berbicara pada anaknya melalui batin..entah anaknya mengerti atau tidak. tapi setelah mengatakan itu Livia terlihat nyenyak ditidurnya, Arthur pun menyusul tidur istrinya.
.
.
.
.
.
.
hai guys...senang jumpa lagi dengan kalian...
jangan lupa tinggalkan jejak komentar, like, subs, beri video dan gift
sampai jumpa lagi....
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
btw aku bacanya sehari 1 bab aj ya...