Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Tunggu Aku Kembali Ke Dalam Tubuhmu.
Di lantai atas rumah besar milik Dokter Ramdan, di atas ranjang berukuran sedang terbaring lah tubuh Divya asli. Ada alat seadanya yang terpasang di tubuh Divya, bahkan denyut jantung terdengar lemah.
Di samping tempat tidur terdapat ECG, alat yang digunakan untuk memantau kondisi jantung, bahkan Divya memakai alat bantu napas.
"Karena kondisi masih sama, saya hanya memberi obat untuk membantu menopang denyut jantung. Apa mau di bawa ke rumah sakit besar? Bisa kita jaga keamanan nya?" Tanya Dokter Ramdan.
Karena hanya Wina, Fatir dan Sisil yang tau jika roh Divya yang mengisi tubuh Ellia yang bersama mereka disana dan Ellia hanya menjadi wali sebagai keluarga namun belum dewasa. Jadi Fatir lah yang terus mengambil keputusan tentang apapun yang berhubungan dengan Divya.
"Saya rasa titip disini aja dulu ya, Dok. Untuk biaya karena sekarang ada kami keluarganya, silahkan Dokter berikan nota biaya selama Divya dirawat di rumah ini." Ujar Fatir.
"Gimana El?" namun Fatir tetap meminta pendapat Divya di tubuh Ellia.
"El ikut Om Fatir aja," Divya menatap penuh keyakinan pada teman lelakinya itu dan Fatir pun mengangguk mengerti.
"Wah, saya murni menolong jadi tidak usah ada biaya." Tolak Dokter Ramdan.
"Tidak Dok, saya akan tetap membayar biayanya. Apalagi alat-alat kedokteran yang ada disini pasti mahal semua," ujar Fatir.
"Saya hanya menyewa," Dokter Ramdan tetap tidak ingin dibayar tapi melihat wajah teguh Fatir akhirnya sang Dokter mengangguk. "Baiklah, saya akan rinci terlebih dulu."
"Terima kasih, Dok."
Sedangkan Divya sejak tadi terus memeluk tubuhnya sendiri, mengelus kepala.
'Sabar ya tubuhku, kamu harus kuat. Ayo, kamu bisa bertahan, tunggu aku kembali ke dalam tubuhmu. Tapi jika kamu sudah lelah menungguku, maka pergilah. Aku ikhlas...' Divya mengusap air matanya.
Fatir maju mendekat, mengelus kepala Divya dengan lembut seolah memberikan kekuatan. Wina yang masih berpura-pura marah pun, ikut menepuk-nepuk punggung. Sisil malah sudah menangis sesenggukan. Suasana di kamar itu seketika melow, bahkan Hengky ikut menyusut sudut matanya.
Mereka bersiap akan kembali pulang, namun tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Divya.
"Maaf, Dok. Boleh saya meminta sesuatu?" ujar Divya dengan tubuh Ellia.
"Iya Dek, tadi siapa namanya saya lupa?"
"Ellia, Dok."
"Ya, apa yang ingin diminta Dek? Saya bisa bantu tapi jangan minta hati saya ya, Dek. Soalnya hati saya masih saya gembok dan kuncinya belum ketemu masih hilang, jadi saya nggak bisa berikan hati saya sama Adek."
Wow! Semua orang mengerjapkan mata mereka, karena tidak menyangkan Dokter Ramdan nan tampan itu bisa gombal juga.
"Aduh!" teriak Wina seraya memegang dadanya.
"Ada apa, Win?" tanya Fatir curiga bukannya cemas pasalnya dia tau si Wina selalu banyak tingkah anehnya.
"Dok, jantung saya sakit. Tolong..." Wina berakting lebay terus memegang dadanya.
"Perasaan tadi nggak papa deh luh!" senggol Fatir pada lengan Wina.
"Dih, luh aja nggak perhatian sama gue. Jantung gue sakit tau, karena cahaya ketampanan Dokter terus menusuk-nusuk jantung gue!" bentak Wina melotot ke Fatir.
Semua terbahak.
"Dok," Divya kembali membuka suara.
"Eh iya, Dek El. Saya jadi sedikit teralihkan, tadi mau minta apa?"
"Saya boleh nggak di ijinin tinggal disini? Saya mau jaga Tante saya, Dok. Saya bayar sewa hidup sekalian masukin ke biaya Tante Divya. Boleh, Dok?"
Wina dan Fatir saling lirik, apa nggak salah? Mereka berpikir sama.
"Saya pikir dulu ya, Dek. Saya harus rembukan sama orang tua saya dulu, besok saya kasih kabar... gimana? Apalagi bukannya Adek ini kelas 12 ya, ini waktunya ujian kan?"
'Yah, susah nih jelasin nya.' Pikir Divya berusaha mencari jawaban.
"Iya sih, Dok. Saya mau ujian, hehe..." Divya garuk-garuk ujung hidung.
"Kalau gitu selesai ujian aja tinggal disini nya, gimana Dek?"
'Kapan ujiannya, aku aja nggak tau'. Pikir Divya.
"Ujiannya seminggu lagi, kayaknya." Ujar Sisil yang tau jadwal Ellia, karena sepertinya Divya tidak tau dan malah bengong.
"Oke, Dok. Abis ujian, ya. Tapi besok-besok saya boleh jenguk Tante kesini, kan?"
"Tentu saja, rumah saya terbuka untuk kalian semua."
Mereka pun pergi dari rumah berlantai dua di ujung kota itu, menuju tempat Hengky selama ini sembunyi.
Setelah sampai, hanya Fatir yang turun. Tadi di dalam mobil Divya sudah memberikan uang pada Fatir untuk diberikan pada Hengky.
"Aman disini ya, Mas Bro. Hubungi kami terus, kalau ada apa-apa jangan sungkan. Ini ada sedikit uang buat beli rokok, terima ya." Fatir memberikan segepok uang nominal seratus ribu satu lembar nya. Kira-kira uang itu ada 20 juta, karena memang Divya sering menarik uang cash dari tabungan nya untuk jaga-jaga.
"Waduh, Mas Fatir. Ini kayaknya kebanyakan, Mas. Aduh!" ingin menolak tapi Hengky emang butuh, jadi dia membagi uang itu dan mengembalikan sebagian pada Fatir. "Segini cukup Mas buat saya, buat saya kirim ke kampung. Terima kasih, Mas."
Fatir menghela nafas, lalu menerima sebagian uang yang dikembalikan. "Saya yang harusnya berterima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan Mas Hengky. Aamiin."
"Aamiin, Mas."
Tak lama mobil meninggalkan tempat Hengky sembunyi.
"Baek ya si Hengky, duit aja dibalikin separo." Ujar Wina.
"Iya, Win. Emang nggak setiap orang mata duitan, atau mungkin Hengky masih nggak enak hati karena pernah ingin berbuat jahat. Dia ambil duit tadi katanya buat dikirim ke kampung, mungkin selama bersembunyi Hengky nggak kerja." Timpal Fatir.
"Eh katanya Hengky sembunyi, terus luh tau alamat itu dari mana? Bukannya dari pihak rumah duka kasih alamat kontrakan dia?" tanya Divya.
"Ingat nggak pas gue nggak pulang semaleman, nah gue lagi intai kontrakan si Hengky. Pas jam 1 malem, ada yang mengendap-endap. Ternyata itu dia dan gue langsung ajak dia pergi dari sana untuk bicara."
"Oh."
.
.
Di Perusahaan nya, Finn sedang mendengarkan laporan dari seseorang yang ia kirim untuk menghancurkan Ayahnya yang sudah meninggalkan nya sejak bayi.
Dendam yang terus lelaki itu pupuk setiap harinya, itu juga lah yang membuatnya menjadi orang yang silau akan harta. Bekerja dengan penuh keteguhan sebagai babu kampus, hanya demi ia bisa lulus kuliah dan menjadi sukses demi membalas dendam pada sang Ayah. Bukannya dirinya tidak malu menjadi seorang pesuruh, namun tekad balas dendamnya lebih besar dari rasa malu itu sendiri.
Saat Divya datang padanya dengan menawarkan cinta dan harta, siapa yang bisa menolak bahkan itu adalah sebuah keberuntungan yang tidak ia sangka-sangka. Mendapatkan wanita yang bucin padanya, sungguh hidupnya yang berada di bawah seketika terangkat ke atas.
"Tuan Finn, Anda mendengar saya?"
Finn tersentak dari lamunannya tentang kilasan masa lalu, "Ya, Tuan Tian. Lanjutkan."
"Jika kita menarik investasi besar ini, bisa dipastikan Perusahaan Tuan Rendra akan bangkrut. Kita juga bisa menekan investor lain dengan menyebar fitnah jika bahan baku yang Perusahaan itu pakai adalah bahan baku Fake Stuff."
"Lanjutkan semuanya hari ini, aku ingin besok sudah berakhir. Aku ingin Ayahku melarat dan akhirnya merangkak di kakiku meminta pertolongan."
"Baik, Tuan Finn. Saya akan segera bertindak." Tuan Tian pun pergi.
Mata Finn menajam, "Kau akan habis, Rendra Robinson."
.
.
Esoknya di kediaman Maxime, keluarga Robinson terjadi badai. Berita tentang Perusahaan Robinson yang akan bangkrut sudah terdengar di telinga Maxime, bahkan berita-berita alasan dari kebangkrutan pun sudah tersebar.
"Papa, apa yang aku dengar itu benar? Perusahaan kita memakai bahan baku palsu demi meraup untung besar, para investor mencabut dana mereka karena tidak mau ikut terkena dampaknya?"
"Max, jika orang lain nggak percaya sama Papa. Harusnya kamu percaya pada Papa, apa menurutmu... Papa adalah Pemimpin Perusahaan yang akan berbuat curang seperti itu. Sepertinya ada yang menjebak Papa, permainan nya sangat rapih sepertinya direncanakan sudah sejak lama." Papa Rendra meraup wajah frustasi.
"Apa Papa punya musuh selama ini?" tanya Maxime.
"Nggak ada, Max. Selama ini Papa selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan siapapun, meskipun itu saingan bisnis Papa."
"Papa yakin?"
"Yakin, Papa juga sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya. Kamu jangan khawatir, semua akan baik-baik saja."
Namun setelah dua hari kemudian, keadaan Perusahaan semakin terancam.
____
Ada yang bisa nyimpulin situasi Maxime? Apa hubungan Maxime dan Finn? 🤭
, terimakasih ya Thor,