Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Sejak kapan gundik menggantikan peran nyonya di mansion ini?"
Sosok Lyra muncul diikuti Lusi di belakang, sedikit gerakan kepala darinya membuat Lusi dengan patuh mengikuti arahan. Mantan orang suruhan Myra itu bergegas menuju lantai dasar, melepas cekalan dua orang laki-laki yang menahan Nira.
"Beraninya kalian menentang Nyonya! Kalian sudah bosan bekerja di sini!" sentak Lusi membuat kedua pengawal itu segera berlutut di hadapan Lyra.
"Lusi, kau sudah berkhianat. Akulah yang mempekerjakan mu di mansion ini, kau tidak seharusnya berada di sisi dia!" ucap Myra tak terima pelayan yang dia bawa sekarang memihak pada Lyra.
"Anda memang yang membawa saya ke sini, Nona. Itu karena saya tidak tahu jika Anda sebenarnya adalah seorang gundik. Sekarang, saya adalah pelayan Nyonya dan akan tetap setia kepada Nyonya untuk selamanya," balas Lusi dengan tegas. Sama sekali tidak ada keraguan di sana.
Lyra tersenyum puas mendengar itu, sedikit keraguan di hatinya terhadap Lusi terkikis. Sementara Myra mengepalkan tangan geram. Tak lagi dapat menahan diri.
"Apa yang kalian lakukan? Akulah tuan kalian! Aku calon nyonya di mansion ini. Dia hanyalah seorang istri yang tak lama lagi akan diceraikan Xavier. Aku perintahkan kalian untuk berdiri!" teriak Myra.
Lyra tersenyum sinis, menatap remeh pada wanita gila yang menginginkan kedudukan nyonya di mansion itu.
"Kau masih belum mengerti juga sepertinya," cibir Lyra sembari melangkah turun ke lantai dasar.
Ia memeriksa keadaan Nira, memastikan tidak ada goresan sedikit pun di tubuhnya. Sementara Myra menahan segala emosi yang memenuhi hatinya.
"Kau yang tidak mengerti sepertinya, Lyra. Semua pelayan tahu siapa nyonya sebenarnya di mansion ini. Meskipun kau berstatus istri sah Xavier, tapi tidak ada yang mengakui mu. Akulah satu-satunya nyonya yang diakui di mansion ini," ujar Myra dengan bangga.
Dia mengangkat tinggi-tinggi dagunya untuk memandang rendah sosok Lyra. Beberapa pelayan juga mendukungnya karena Xavier memang terlalu memanjakan gadis itu.
"Oh. Kau pikir aku butuh pengakuan kalian? Secara hukum negara mengakui ku sebagai istri sah, dan semua warga di kota Cendana tahu bahwa akulah nyonya di mansion ini. Apa lagi yang aku butuhkan dari kalian yang hanya pelayan rendahan?" balas Lyra mendekati Myra yang tak lagi bersikap angkuh.
Gadis itu melayangkan tatapan tajamnya menghujam manik Lyra, mengintimidasi istri lemah Xavier yang begitu bodoh. Namun, justru sebaliknya yang terjadi, aura dingin Lyra yang menggetarkan hati Myra. Demi apapun, untuk meneguk ludah saja, dia kepayahan.
"Kau tahu, mertuaku sangat menyayangi aku. Jika mereka tahu bahwa selama ini kau dan semua pelayan di mansion ini menyiksaku, maka apa yang akan mereka lakukan? Apa kau bisa membayangkannya?" desis Lyra semakin membuat tubuh Myra bergetar.
Membayangkan lelaki tua itu yang begitu membencinya, penjara bawah tanah adalah hukuman paling ringan karena membuli menantu kesayangannya.
"Kau pikir aku takut? Ada Xavier yang akan membelaku? Aku tidak takut apapun!" sahut Myra bergetar.
Rasa takut yang tak dapat dia tutupi itu mengundang gelak tawa Lyra. Ia terlihat puas saat wajah putih Myra memucat karena rasa takut.
"Xavier? Dia bahkan tidak berkutik di hadapan mereka? Apa yang bisa dia lakukan untukmu? Selama ini kau selalu bersembunyi saat mertuaku datang, bukan? Kenapa Xavier menyuruhmu untuk bersembunyi? Hatimu sendiri tahu jawabannya." Lyra menunjuk dada Myra dan menekannya.
Menunjukkan pada dirinya bahwa dia tidak diinginkan.
"Xavier hanya berterimakasih kepadamu karena kau telah menyelamatkan hidupnya. Bukan berarti dia akan menjadikanmu sebagai nyonya di mansion ini karena ... kau tentu tahu jawabannya," tandas Lyra seraya berbalik hendak pergi.
Myra yang terbakar emosi, melirik sebuah pisau buah di atas meja. Ia menyambarnya dengan cepat, menatap tajam punggung Lyra yang semakin mendekati anak tangga.
Kau sudah melewati batasanmu, Lyra. Jangan salahkan aku jika malam ini kau harus kehilangan nyawa!
Myra mengancam di dalam hati, dia berjalan cepat mendekati Lyra dengan pisau terangkat ke atas.
"Mati kau!"
"Nyonya!"
Argh!
makin greget jadinya /Hey//Hey/
ayo up lagi thor.. tar kl kelamaan nahan napas bs pingsan nih.. 😂😂😍😍