Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amukan Sulung
Suara perpaduan benda melayang dan pecah juga berserakan di dalam ruangan berpadu dengan umpatan-umpatan dari seorang perempuan.
Ruangan itu sudah tidak berbentuk, itu bukan tingkah dari sosok ibu yang penyabar dan totalitas selama ini, namun amukan seorang anak sulung yang memergoki kedua orang tuanya tengah di ujung perpisahan.
Anak yang tidak sengaja melihat betapa hancur dunia Bunda tersayangnya oleh Ayah yang sudah membesarkan selama ini. Ayahnya yang sudah selingkuh dan menikah lagi tanpa sepengetahuan semuanya terutama Bundanya.
Padahal selama ini Bundanya adalah wanita terhebat yang selalu sabar dan bisa segalanya di matanya dan adik-adiknya.
"Dasar Laki-laki tidak tau di untung..., Anakmu ini perempuan Yah Intan... Zea.... Zia... itu juga perempuan... apa Ayah tidak bayangin kalau sikap Ayah itu di lakuin laki-laki di luar sana ke kami???? Apa Ayah pengen jadi contoh buruk buat Kean??? Hahhhh mikir Yah..." Teriak Intan di sela amukannya.
"Makin tua itu makin bijak bukan makin buruk kelakuannya!!! Apa dengan nurutin isi celana udah cukup tanpa mikir resiko perasaan semua dan akibatnya.....????" Teriak Intan sambil melempar asbak ke dinding ruang kerja Haris Ayahnya yang terpaku di tempat.
"Kenapa bisa Isi kepala Ayah busuk kayak kelakuan Ayah sih??? Kalau dulu hanya akan nyakitin. istri dan anak-anak ngapain dulu nikah??? Punya kami??? Dulu kenapa Ndak mikir senengnya isi celana sama nafsu ayah terusss?????" Umpatan Intan semakin tidak karuan.
Dada Haris terasa sesak dan terbakar, dengan semua omongan Intan anak sulungnya. Semua kekacauan hari ini semakin bertambah dengan amukan anak sulung kebanggaannya selama ini, yang selalu bisa di andalkan namun kini menyakitkan.
Mutia menutup mulutnya tidak percaya di balik kaca pintu ruang kerja Haris, Sekertaris Haris baru saja mengabarkan kekacauan yang di buat anak sulungnya.
Tak di sangka amukan Intan bisa separah itu, bahkan omonganya sudah amat kasar terhadap Ayahnya. Mutia menahan sesak dan sedih bersamaan hingga Embu di matanya muncul. Ingin menghentikan namun takut semakin menambah kerunyaman di dalam.
"Kak... Ayah... "Haris ingin menjelaskan dan menenangkan amarah Intan namun belum juga selesai di potong Intan dengan cepat dan kasarnya.
"Cukup!!! Kelakuan Ayah itu Ndak ada bedanya sama binatang yang suka nurutin nafsunya saja!! Ayah itu tak pantas jadi Ayah kami dan Ndak pantas jadi suami Bunda sebaik Bunda Mutia." Potong Intan tajam.
Plakkkk
Tamparan Haris mendarat di pipi putri sulungnya untuk pertama kalinya. Mutia dan Haris sama-sama terkejut di tempatnya masing-masing atas apa yang baru saja terjadi di pipi Intan.
"Tamparan ini Ndak lebih sakit dari pada hari ini, terutama hati Bunda. Kalau aja selingkuhan mu tau betapa kasarnya Anda mungkin dia tidak akan rela menjual dirinya untuk jadi selingkuhan Anda." Tekan Intan sambil menahan perih di pipinya yang memerah.
Mutia menahan isaknya yang tak tertahankan, lalu memaksa masuk ke dalam dan memeluk Intan untuk menenangkan.
"Cukup Kak, kita pulang, Bunda tidak papa..." Ucapnya lalu menarik Intan untuk keluar dari ruangan Haris.
Namun Intan bersikukuh di tempat dan sekali lagi melempar foto keluarganya kehadapan Haris, tepat di bawah sepatu Haris sehingga membuat Harus dan Mutia terkejut atas tindakan Intan.
"Lihat....!!! Seperti itu wajah Rumah Tangga Ayah sekarang, Pecah tidak tersisa!!!! Bahkan di hati ini, semenjak Intan lihat dengan mata kepala Intan apa yang sudah Ayah perbuat ke Bunda, hati inipun sama seperti Foto itu dan semakin hari rasa ini tidak akan tersisa untuk Ayah seperti serpihan kaca itu!!! Apa lagi hati Bunda, akan mati rasa ke Ayah!!! Ucap Intan lalu berlalu pergi
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat