Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Hari sudah menjelang senja ketika Naura memasuki dapur kecilnya. Suara riuh rendah kendaraan dan orang-orang pulang dari kerja di luar jendela memberi nuansa hangat pada sore itu. Dengan semangat yang membara, Naura melihat bahan-bahan yang telah dibeli oleh Lina di supermarket. Sahabatnya itu telah pulang dari jam lima tadi, dan saat ini sedang membersihkan tubuhnya.
“Jadi hari ini kita akan masak apa ya?” Naura bergumam pada diri sendiri sambil membuka kulkas. Ia melihat tumpukan sayuran segar, bumbu dapur, dan beberapa bahan lainnya yang dia minta belikan walau tadi belum tau menu masakannya. “Ah, bisa jadi Pepes Ikan dan Sayur Asem, sepertinya enak!” tambahnya dengan keyakinan.
Sambil mengatur semua bahan, Naura mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Ia mengambil ikan segar yang sudah dibeli oleh Lina dan mulai membersihkannya.
Ketika Naura akan memulai masak, suara pintu rumah terdengar di ketuk. Baru saja dia akan melangkah, tampak Lina keluar dari kamar dan membukanya. Dia yakin jika itu Rasya.
Tanpa Naura duga, pria itu langsung menuju ke dapur. Melihat wanita itu masak.
“Gimana, ada yang bisa aku bantu?” tanya Rasya.
“Bisa kamu bantu ambilkan panci besar di bawah itu, Rasya," jawab Naura sambil menunjuk ke arah lemari bawah.
“Siap!” Rasya mematuhi dengan sigap. Dia segera mengambil panci besar dan meletakkannya di atas kompor.
Naura segera menuangkan air ke dalam panci dan menghidupkan kompor. “Sedikit lagi ya, aku tinggal masukkan bumbu-bumbunya,” ujarnya sambil mulai mencincang bumbu-bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai.
“Wah, bau harum bumbu ini bikin aku lapar. Kamu bikin apa sih?” Rasya mencuri-curi pandang ke meja makan, di mana bahan-bahan lain sudah terhidang.
“Pepes ikan dan sayur asem. Ini resep menu sederhana dari keluarga,” Naura menjelaskan.
“Kalau begitu, aku ingin membantu. Apa yang perlu aku lakukan selanjutnya?” Rasya menatap Naura dengan antusias.
“Setelah bumbu halus ini siap, kita bisa mulai menyiapkan ikan untuk di pepes. Sementara itu, kamu bisa mulai memotong sayuran untuk sayur asem, ya?” Naura memberikan instruksi dengan lembut sambil tersenyum.
“Baik, Chef Naura!” Rasya menjawab dengan nada bercanda dengan ceria, dan mulai mengambil sayur-sayuran dari lemari es. Ia menuangkan sedikit air ke dalam baskom dan mulai mencuci sayuran tersebut.
Naura melanjutkan pekerjaan memasaknya. Aroma harum mulai tercium dan menggugah selera. “
Naura tersenyum, merasa tersanjung. “Makanya, kita harus selalu saling membantu, kan? Hayuk, ikannya sudah siap. Sekarang kita campur bumbu ini ke dalam ikan!”
Keduanya bekerja sama dengan cekatan. Naura mengoleskan bumbu halus ke seluruh permukaan ikan, sementara Rasya memotong daun pisang agar siap untuk membungkus ikan. Suasana penuh keceriaan dan saling bercanda membuat suasana rumah terasa hangat. Rasya tampak sangat bahagia.
Lina tak ikut membantu karena menjaga Darren. Lagi pula dia melihat keduanya sudah sangat senang, takutnya kehadirannya akan sedikit mengganggu.
“Pasti harumnya bikin Lina ngiler kalau lihat kita memasak ini,” Rasya berkata sambil tersenyum lebar.
“Eh, jangan sampai dia lihat! Bisa-bisa dia ambil jatah makan malam kita,” sahut Naura sambil tertawa.
“Aku yang bertanggung jawab kalau terjadi hal itu!” Rasya melanjutkan, sambil mengikat rapat bungkusan ikan menggunakan daun pisang.
Setelah bungkusan ikan siap, Naura menaruhnya dalam panci yang sudah diisi air mendidih. “Nah, sekarang kita tinggal menunggu. Dan sayur asemnya hampir siap!”
“Biar aku yang aduk!” Rasya menawarkan diri.
“Baiklah, tapi hati-hati ya, jangan sampai tercampur!” Naura memperingatkan, sambil kembali fokus pada kompor.
Beberapa saat kemudian, setelah semua bahan siap, aroma makanan mulai menyebar memenuhi dapur. Naura tak sabar untuk segera menyajikan masakan ini.
“Rasya, cepet deh! Harum banget!” Suara Lina terdengar dari ruang tamu sambil berjalan menuju dapur. Darren telah tertidur dan telah diletakan di box bayi.
“Lina, kamu tepat waktu! Kami baru saja selesai masak!" seru Naura.
“Wah, ini ada apa? Kenapa baunya menggoda sekali?” Lina menatap penuh penasaran.
“Ini adalah hidangan makan malam spesial dari kita berdua,” jawab Rasya sambil menunjuk ke arah panci. “Ayo, dan bersiap-siap untuk menikmati!”
Lina duduk di meja makan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh hidangan yang sudah siap. “Kalian berdua luar biasa! Ini pasti sangat enak. Kenapa aku tidak ikut memasak?”
“Kamu sudah menjaga Darren dengan baik, jadi kami buatkan kejutan!” jawab Naura dengan bangga, lalu menyendok sayur asem ke mangkok.
Dan begitulah, ketiga sahabat itu berkumpul di meja makan, memulai sebuah ritual yang penuh kehangatan dan tawa. Naura menghidangkan makanan hasil masakannya, dan setiap hidangan disambut dengan senyuman lebar.
“Pepes ikan ini luar biasa! Kalian berhasil!” Lina berkomentar sambil menikmati suapan pertama.
“Rasa dalam pepes ini sangat khas. Kamu memang jago, Naura!” puji Rasya sambil mengepalkan tinjunya.
“Terima kasih! Tanpa kalian, tidak akan pernah jadi seperti ini,” Naura membalas dengan rasa syukur yang dalam.
Setelah beberapa suapan, mereka pun terlibat dalam diskusi yang hangat sambil menikmati hidangan. Gelak tawa, cerita keseharian, dan candaan satu sama lain membawa suasana menjadi semakin ceria. Rasya sambil menggendong si bayi di sampingnya mengajukan pertanyaan lucu.
Malam itu berakhir dengan penuh kebahagiaan. Meski lelah, Naura merasa sangat puas melihat kedua orang itu yang menikmati makan malam yang telah disiapkannya. “Ras, terima kasih banyak ya sudah membantu. Ini adalah malam yang tak terlupakan,” Naura mengucapkan terima kasih tulus.
“Aku yang harus berterima kasih karena disuguhkan makanan yang lezat," balas Rasya.
Lina pun ikut terlibat, sambil mengulum senyum, “Bagaimana kalau kita mengulang momen ini lagi dan lagi. Biar jadi tradisi?"
“Setuju!” kata Naura dan Rasya bersamaan, sambil tertawa. Suara tawa ceria di rumah Naura menjadi penutup indah untuk malam itu.
Dari situ, kebersamaan mereka semakin erat, menciptakan kenangan yang akan menghangatkan hati di tengah kesibukan hidup. Dan tentu saja, makan malam tradisional adalah salah satu momen yang akan terus mereka ingat.
Setelah selesai makan malam, Lina mengatakan jika gilirannya mencuci piring. Naura dan Rasya mau membantu tapi wanita itu tak mengizinkan.
Naura lalu masuk ke kamar memastikan putranya masih tertidur dengan lelap, setelah itu baru gabung dengan dua orang temannya di ruang keluarga.
"Naura, sekarang sudah saatnya kamu keluar rumah. Mengambil hakmu lagi. Aku akan membantumu," ucap Rasya memulai obrolan.
"Menurut kamu apa yang sebaiknya Naura lakukan?" tanya Lina.
"Kamu sebaiknya merubah penampilan, cara bicara dan bersikap. Biar Alex sedikit ragu denganmu, antara percaya kamu istrinya atau orang yang berbeda. Biar dia nanti jadi berpikir sendiri, apakah kamu orang yang sama atau berbeda!" seru Rasya.
"Aku terserah denganmu saja, Rasya. Aku akan lakukan jika itu memang yang terbaik untukku," jawab Naura.
"Kalau begitu, mulai besok kita akan persiapkan dirimu untuk kembali lagi. Kamu harus secepatnya balas semua perbuatan mereka."
"Aku siap, Rasya," balas Naura.
Dia akan membalas semua perbuatan suami dan mertuanya. Di mulai dari hal kecil.
untuk weni rasain kmu bkalan di buang oleh kluarga alex.....kmu tk ubahnya sperti sampah tahu gak wen.....bau busuknya sngat mnyengat dan mnjijikan /Puke//Puke//Puke//Puke//Puke/
Lina jodoh sdh ada yng mengatur jd tetap lah 💪💪
lanjut thor 🙏
karna memang cinta tak harus memiliki
Alex selamat terkejut ya semoga jantung aman aman saja