Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunda?
Renata pergi ke arah dapur setelah mendudukkan Violetta di ruang tamu menyetel tv ke kartun kesukaannya, dia pergi memasak untuk saralan Violetta karena Violetta tak ingin masakan hasil orang lain selain dirinya. Renata merutuki dirinya sendiri mengingat kejadian memalukan bagi dirinya, dia masih bertanya-tanya bagaimana bisa ia tidur dan memeluk Bram bahkan dengan usilnya Violetta malah memotret aibnya.
"Mau ditaruh dimana muka ini? Hufft, ngundurin diri aja kali ya jadi pengasuh? Eh, tapi gimana dengan Vio?" ucap Renata dengan keresahannya.
Di pikir-pikir semakin pusing Renata lebih memeilih fokus kembali kemasakannya, dia menyiapkan makanan sehat untuk Violetta seperti sayuran hijau kesukaan Violetta yaitu tumis brokoli dan ada juga lauk lainnya. Selesai memasak Renata menuangkan hasil masakannya kedalam piring, dia membawanya keatas meja makan.
"Vio nanti dilanjutin lagi ya, kita makan dulu." ucap Renata.
"Yeay, mamam." seru Violetta.
Violetta berjalan menggandeng tangan Renata, dia sangat antusias jika Renata yang memasak makanannya. Renata menyendokkan nasi beserta lauknya kedalam piring Violetta, untuk hari ini Violetta tidak mau disuapi jadi ia makan sendiri.
"Wah pinter banget Vio, sekarang Vio bisa makan sendiri." puji Renata.
'Dali dulu Vio emang udah pintel tatak, cuman tataknya aja yang ndak tahu' batin Violetta tersenyum.
"Iya tatak, Vio belajal cendili." ucap Violetta.
Violetta makan dengan lahapnya membuat Renata tersenyum senang, tiba-tiba datanglah Bram yang duduk disamping Violetta yang masih sibuk dengan makannya.
"Bagi dong, kayaknya enak banget mamnya?" ucap Bram pada Violetta.
"Ndak boyeh ini punya Vio, kalau daddy mau minta aja cama Bunda tatak." ucap Violetta.
Bola mata Bram dan Renata membulat sempurna, mereka menajamkan telinganya takut ada masalah pendengaran atau salah dengar.
"Vio bilang apa?Bunda?" tanya Bram beruntun.
"Iya, bunda tatak. Sekalang kan tatak jadi bundanya Vio, tatak yang lawat Vio." jawab Violetta dengan polosnya.
"Vio dengarkan kakak, kakak itu pengasuhnya Vio bukan ibu Vio. Seburuk dan sejahat apapun ibu kandung Vio tetap saja ia ibu Vio, darah yang melekat dari tubuh Vio itu adalah sebagian darinya." ucap Renata.
"Vio tahu, hanya saja Vio duga mau punya Bunda yang baik sepelti tatak yang sayang sama Vio, apa itu salah tatak?" ucap Violetta melontarkan pertanyaan pada Renata.
'Ya ampun ini anak kok mikirnya jauh kek gitu, udah kayak orang dewasa aja' batin Violetta.
"Vio habisin dulu ya makannya, kalau udah Vio minum obat terus kita main." ucap Renata mengalihkan pembicaraanya.
Bram terdiam mendengar ucapan Violetta, dia mengerti bagaimana perasaan Violetta saat ini. Meskipun ia trauma akibat ulah ibunya sendiri namun di sisi lainnya ia juga butuh figur seorang ibu disampingnya, ia sendiri juga butuh pendamping hidup disisinya.
'Vio benar, aku butuh pendamping hidup sedangkan dia butuh sosok seorang ibu' batin Bram.
"Vio sekarang daddy sudah sehat, daddy mau kerja lagi Vio jangan nakal ya? Harus nurut sama kakak ya?" ucap Bram.
"Bunda daddy." ralat Violetta.
"Ehh, emm oke bu-bunda." ucap Bram kaku.
Renata menghela nafasnya panjang, dia bingung kenapa Violetta bersikeras ingin memanggil namanya dengan sebutan ibu. Bram mengecup kepala Violetta sekilas kemudian ia menghampiri Renata, dia berbisik di telinga Renata sampai tubuh Renata mematung di tempatnya.
"Bunda mau di sun juga gak?" goda Bram.
Deg!!