Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 ~ Bolos Demi Ayahanda ~
Ny. Maria kesal karena Anna membuatnya kembali menunggu. Ny. Maria yakin Dean telah menyampaikan pesan bahwa dirinya akan membawa Anna untuk mengurus konsep pernikahan yang baru. Ny. Maria berubah pikiran, sekarang pesta pernikahan Dean dan Anna hanya dilaksanakan untuk orang-orang terbatas saja.
Setelah mengetahui Dean tidak sungguh-sungguh ingin menikahi Anna. Harapan Ny. Maria pada pernikahan Dean dan Veronica kembali muncul. Justru semakin bersemangat melaksanakan pesta pernikahan Dean dan Anna agar putranya itu segera melepaskan tanggung jawabnya.
“Kurang ajar gadis kampung itu. Dia pikir siapa dirinya hingga berani abaikan aku,” ucap Ny. Maria sambil melangkah mondar-mandir dengan emosi di ruang kerja Dean Monteiro.
“Aku rasa dia berhalangan datang Mom atau jangan-jangan jatuh sakit lagi?” jawab Dean mencoba meredakan kemarahan ibunya.
“Dia bisa beri kabar pada kita, kan?” tanya Ny. Maria.
“Aku rasa dia tidak punya hp Mom,” jawab Dean mencoba membela.
“Tetap saja! Harusnya dia usahakan datang jika tidak bisa memberi kabar. Jangan sampai membuat orang menunggu!” seru Ny. Maria semakin kesal.
Beruntung hari ini Tn. Monteiro tidak ikut bersamanya. Ny. Maria dengan bebas meluapkan kekesalannya pada Anna. Sekarang Dean yang merasa dilema. Dean sendiri yang putuskan tidak memberi tahu Anna pesan dari ibunya karena gadis itu sedang bersedih.
Karena kesalahannya yang menganggap remeh permintaan Anna. Dengan seenaknya mengungkit tentang pernikahan itu pada Pak Achryan. Kini Anna terpaksa menunggui ayahnya yang harus dirawat di RS.
“Malam ini biar ibu yang jaga bapak. Kamu pulanglah, Nak. Besok harus berangkat kerja," ucap Bu Rahayu di RS.
“Aku mau bolos lagi aja, Bu,” jawab Anna.
“Jangan begitu, Nak. Jaman sekarang cari pekerjaan itu susah. Jika kamu dipecat, bagaimana kita biayai pengobatan bapak?” tanya Bu Rahayu.
Mendengar itu air mata Anna langsung mengalir. Anna merasa bersalah. Merasa dirinyalah penyebab ayahnya terkena serangan jantung. Anna tahu Pak Achryan tidak bisa mendengar kabar yang mengejutkan.
Belum mendengar alasan Anna menikah karena diperkosa, baru rencana pernikahan saja ayahnya telah syok. Terlebih lagi Dean yang tiba-tiba perkenalkan dirinya sebagai putra dari Ny. Maria. Sosok nyonya angkuh yang sempat membuat tubuh ayahnya gemetar. Belum sempat Anna persiapkan mental ayahnya, Dean lebih dulu memperkenalkan diri.
“Baiklah Bu, aku pulang tapi Ibu baik-baik ya di sini. Jangan sampai kurang istirahat,” ucap Anna.
“Maafkan Bapak ya, Nak. Bapak selalu menyusahkan kalian,” ucap Pak Achryan lirih dan bersedih.
Pak Achryan yang telah sadar dari pingsannya tapi masih belum boleh beraktivitas. Pak Achryan masih harus beristirahat dan masih dalam pantauan paramedis. Mendengar itu Bu Rahayu langsung menghibur suaminya.
“Jangan ngomong seperti itu Pak. Jangan berpikir macam-macam. Anna semakin sedih mendengarnya,” ucap Bu Rahayu.
“Ya, Pak. Bagiku yang terpenting di dunia ini hanya Bapak dan Ibu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, kan? Aku ikhlas melakukan apa saja untuk Bapak dan Ibu. Jangan merasa terbebani. Jika Bapak sedih, justru itu yang membuat aku sedih, Pak,” jelas Anna dengan berurai air mata.
“Bapak nggak boleh banyak pikiran agar Bapak cepat sembuh jika tidak ingin membebani Anna,” tambah Bu Rahayu.
Pak Achryan mengangguk. Air mata meleleh di pipinya yang kurus dan penuh dengan kerutan. Segera Pak Achryan menghapus air mata itu dan tersenyum. Semuanya agar putrinya tak lagi merasa sedih.
“Aku pamit pulang ya, Pak. Besok pagi aku berangkat kerja. Mungkin nanti aku bisa atur jadwal kerjaku dengan teman-teman,” jelas Anna.
“Ya Nak, semoga bapak bisa cepat diizinkan pulang. Kalau keadaan bapak tetap stabil. Bapak dibolehkan istirahat di rumah, itu lebih baik, kan?” tanya Bu Rahayu.
“Ya Bu,” jawab Anna sambil tersenyum. “Bapak istirahat aja yang tenang. Bener kata Ibu. Kalau udah membaik Bapak bisa istirahat di rumah, lebih nyaman. Ya, kan Pak?” tanya Anna.
“Ya, Nak. Pulanglah! Jangan sampai pulang kemalaman. Hati-hati di jalan ya, Nak,” ucap Pak Achryan.
Anna mengiyakan nasihat ayahnya. Setelah berpamitan Anna pun melangkah keluar dari bangsal rumah sakit itu. Dengan langkah yang lelah dan tatapan mata yang letih. Gadis itu melangkah dengan tatapan yang kosong.
“Kalau jalan jangan melamun!” ucap seseorang yang telah berdiri di hadapannya.
Anna teringat pada ucapan itu. Kata-kata yang telah dua kali diucapkan oleh Nick Rush. Tamu hotel yang bertemu dengannya saat Anna sedang atau selesai mengerjakan tugasnya bersih-bersih kamar hotel.
Tuan Nick? Batin Anna.
Anna segera mengangkat wajahnya. Ingin menatap wajah dari pemilik tubuh tinggi tegap dihadapannya. Laki-laki dengan setelan jas layaknya kalangan eksekutif muda.
Entah mengapa, terselip harapan bisa bertemu dengan Nick Rush lagi. Pemilik mata yang teduh itu. Pemilik bibir yang tersenyum begitu manis itu dan suara yang begitu lembut setiap kali memanggil namanya.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...