Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Tamparan dari Naira
Klotak klotak klotak...
Astin berlari dengan cepat ke arah toilet pria, dan dengan nafas yang tersengal ia tiba di depan toilet pria.
Sambil menunggu pintu toilet dibuka dari dalam, Astin berusaha mengatur nafasnya yang tak karuan.
Pikirannya saat ini melayang-layang mengingat pertemuannya dengan suaminya di lift.
Keningnya berkerut, 'gawat, dia pasti akan semakin dingin padaku,' gerutu Astin sambil mengangkat paper bag di tangannya, dia memijat keningnya sambil mendesah kesal setelah melihat logo pada paperbag itu.
Awalnya dia membeli pakaian itu untuk dihadiahkan pada suaminya, namun karena dia telah membuat kesalahan besar di sini, maka dia tidak bisa tidak bertanggung jawab sehingga pakaian itu sekarang harus diberikan pada Irman.
Ketika Astin sedang berada dalam situasi yang kalut, tiba-tiba saja dari belakangnya suara hak sepatu tinggi dari dua orang terdengar hingga Astin berbalik dan mendapati Chika bersama Naira mendekatinya.
"Bagus ya!" Naira melototkan matanya ke arah Astin, "bagus sekali kau diam-diam menerkanku dari belakang. Bagaimana rasanya bersentuhan dengan Irman? Tak cukup hanya satu pria saja, kau ingin menggoda semua pria ya?" Bentak Naira benar-benar kesal pada perempuan di hadapannya.
"Naira tenanglah, Astin pasti tidak sengaja melakukannya, Astin itu menyukai Kak Erik, bukan menyukai Irman. Dia bahkan selalu berharap bisa segera bercerai dengan suaminya supaya bisa bersama-sama dengan Kak Erik. Jadi jangan salah paham padanya," ucap Chika menjadi penengah diantara kedua perempuan di sana.
Astin pun merasa kesal mendengar ucapan Chika, namun dia benar-benar sudah kehabisan energinya untuk kembali bertengkar dengan 2 perempuan itu, sebab bagaimanapun pikirannya saat ini sedang kalut memikirkan suaminya, Apa yang akan terjadi kemudian?
Tetapi Naira yang mendengar ucapan Chika, dia sama sekali tidak percaya, "Kalau kau memang tidak berniat untuk menggoda Irman, berikan paper bag itu padaku dan tinggalkan tempat ini, biar aku yang memberikannya pada Irman!" Tegas Naira.
Astin memandang paper bag di tangannya, kalau dia memberikannya begitu saja pada Naira maka dia akan terkesan tidak sopan.
Chika yang melihat keragu-raguan astin pun kemudian berkata, "berikan padanya."
"Baiklah," ucap Astin mengangkat paper bag itu untuk diberikan pada perempuan di depannya bersamaan dengan pintu toilet yang terbuka memperlihatkan Irman muncul bertelanjang dada.
Mata Naira melotot sempurna, dia benar-benar menikmati pemandangan di hadapannya, dada yang bidang itu,,, impian semua wanita!
Sementara Astin, dia dengan tenang membungkuk sambil menyerahkan paper bag di tangannya, tidak berani menatap pria di hadapannya.
Keindahan seperti itu hanya ingin Ia nikmati pada suaminya saja, bukan pada pria lain.
Irman bisa memperhatikan ketiga orang di hadapannya, yang satu tampak bersikap sopan dengan membungkuk, sementara yang lainnya melotot memperhatikannya, tampak hendak memakannya, sama seperti wanita-wanita lain yang sering dia temui.
Sementara perempuan yang terakhir, dia mengenal perempuan itu sebagai perempuan yang sering berada di dekat Arga, tampak bersikap polos dengan kepala agak tertunduk.
Irman pun mengambil paper bag dari tangan Astin.
Astin dengan cepat berkata, "Saya sungguh meminta maaf."
Irman tidak mengatakan apapun, dia kembali menutup pintu dan langsung masuk tanpa memperdulikan ketiga perempuan di hadapannya.
Astin mengelus dadanya merasa lega, namun ketika dia berbalik untuk menatap dua perempuan, tiba-tiba saja sebuah tamparan langsung mendarat di pipinya.
Plak!
Tamparan yang berasal dari Naira tersebut membuat Astin seketika merasakan perih dan sakit yang menusuk di pipinya.
Ini pertama kalinya dalam dua kehidupannya dia ditampar!
"Dasar perempuan murahan! Cepat pergi dari sini sekarang juga!" Bentak Naira benar-benar marah pada Astin.
"Ini,," Chika merasa senang, namun Di luar dia tampak merasa cemas melihat Astin, "Kenapa kau menamparnya? Sangat kasihan,,, Ayo kita obati dulu," Ucap Chika langsung menarik Astin pergi dari sana.
Astin tidak berkata apapun lagi, namun dia hanya memicingkan matanya melirik Naira yang ada di belakangnya.
Dia mengertakkan giginya sesaat, tekadnya untuk membalas perbuatan Naira hari ini menjadi semakin besar.
Sementara Naira yang menunggu, dia dengan gugup berdiri di depan toilet sampai beberapa menit kemudian akhirnya pria yang ditunggu-tunggu keluar dari toilet.
"Syukurlah pakaiannya pas," ucap Naira dengan perasaan lega ketika melihat Irman keluar dari toilet telah berganti pakaian dan pakaiannya tampak sangat pas di tubuhnya.
Irman menatap perempuan yang ada di hadapannya itu, benar-benar merasa kesal, apalagi ketika dia tidak mendapati Astin di sana.
Irman langsung berjalan mengabaikan Naira membuat Naira dengan cepat mengikuti Irman dan berusaha mensejajarkan langkah mereka, "dalam paper bag itu pasti pakaian kotor, biarkan aku mencucinya untuk--"
"Buang!" Kata Irman dengan dingin melemparkan paper bag itu ke tangan Naira membuat Naira terkejut.
Dia menghentikan langkahnya dan dengan dada naik turun memegang paper bag di tangannya. Beberapa saat melihat langkah Irman semakin menjauh darinya, dia meramas paper bag tersebut dan melemparkannya ke lantai lalu menginjak-injak paper bag itu dengan penuh amarah.
"Sial sial sial! Ini semua gara-gara perempuan jallang itu! Astin sialan!!!" Geram Naira.
dasar ular kadot