Pertarungan, pertumpahan darah, air mata, itu adalah peristiwa yang biasa terjadi di dunia kultivator.
Dunia kacau oleh perang setelah Kaisar Manusia menghilang dalam waktu yang sangat lama.
Suatu waktu, sebuah meteor melesat ke arah sebuah dunia di sudut Alam Semesta.
Lin Yan, bayi yang terjatuh dari langit dan ditemukan oleh pasangan tua yang sedang mengembara.
Takdir apa yang akan membawanya?
Dari mana asalnya?
Siapa yang mengirimnya?
Semua itu adalah misteri untuk sosok Lin Yan.
Dengan tombak ditangannya, Lin Yan akan memulai jalannya mencapai puncak, mencari identitas sejatinya serta mengukir namanya dengan gelar, Raja Naga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaLova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 - Menggunakan Tombak
Lin Yan membawa tombak kembali ke lantai satu. Ia menghampiri Tetua yang menjaga bangunan tersebut untuk menukar poin merit untuk senjata yang dipilih olehnya.
“Tetua.. aku ingin menukar poin merit dengan tombak ini.” Lin Yan menaruh tombak di atas meja beserta token identitasnya.
“Oh? Apakah kau yakin mengambil tombak ini Lin Yan?” Tetua pria yang tampak mendekati usia tua bertanya dengan heran. Ia tentu mengenal Lin Yan karena setiap hari pemuda itu akan membersihkan bangunan tempat yang di jaga olehnya.
Lin Yan bingung sedikit karena tampaknya Tetua tersebut tidak begitu setuju ia mengambil tombak.
Melihat wajah bingung Lin Yan, Tetua itu menjelaskan. “Tombak ini sudah berada di tempat ini selama puluhan tahun tanpa pernah diambil oleh murid manapun. Alasannya adalah karena berat tombak ini, akan sangat sulit untuk bergerak jika bertarung dengannya. Alasan lainnya karena terlalu mahal, banyak murid yang ingin membelinya tetapi dengan harga 500 poin merit paling tinggi.”
“Tidak masalah Tetua. Aku ingin menggunakannya.” Lin Yan bertekad yang membuat Tetua itu hanya bisa menghela nafas.
Tetua itu pun langsung memproses token milik Lin Yan. Harga tombak itu adalah 1.050 poin merit. Ia sebenarnya tau bahwa harga asli tombak itu melebihi harga tukar saat ini, tetapi karena tidak ada murid yang mau menukarnya, harga tukar semakin menurun setelah puluhan tahun.
Lalu Lin Yan pergi ke tempat berikutnya. Itu adalah tempat untuk menukar poin dengan salinan teknik.
Sesampainya di bangunan tersebut, Lin Yan langsung membeli teknik dasar menggunakan tombak. Ia memiliki buku keterampilan untuk seni pedang dari kakek dan neneknya. Tetapi ia tidak terlalu tertarik menggunakan pedang.
Setelah menukar teknik dasar tombak seharga 50 poin merit, Lin Yan pun pergi ke tempat pelatihan yang jarang di isi oleh murid.
Zona latihan untuk murid pelantara luar ada puluhan. Namun Lin Yan pergi ke zona pelatihan yang telah rusak karena para murid tidak akan datang ke tempat itu.
Sesampainya di zona pelatihan, Lin Yan duduk bersila dan mulai membaca dasar-dasar menggunakan tombak.
“Kunci menggunakan tombak ternyata tidak sulit walaupun mungkin banyak orang yang tidak akan memahaminya. Kuda-kuda kaki sangat diperlukan dan pengguna tombak harus memiliki lengan yang kuat.” Lin Yan paham seketika hanya dengan sekali baca. Ia pun langsung mengayunkan tombak di tangannya. Ia merasakan lumayan berat.
Karena tau agak sulit menggunakan tombak berat seperti itu, Lin Yan pun membuat porsi latihannya dengan cara mengayunkan tombak dalam satu gaya sebanyak 1.000 kali dalam sehari. Ia yakin dengan melakukan itu, penguasaannya terhadap gerakan dasar akan menjadi sempurna.
Dan saat ini, Lin Yan tau bahwa walaupun kakek dan neneknya mengatakan tubuhnya sudah kuat, ia merasa itu belum cukup sama sekali. Kekuatan tubuhnya saat ini diperkirakan mencapai level yang sangat dekat dengan kultivator Xiantian. Perbedaan mereka hanyalah di basis qi saja.
Setelah mengayunkan tombaknya selama 1.000 kali, Lin Yan pun duduk untuk berisitirahat. Ia merasakan kebas di otot-otot tangannya. Namun ia tersenyum kecil karena yakin dengan cara seperti ini kekuatan lengannya akan meningkat ke level yang sama sekali baru.
Setelah latihan mengayunkan tombak, Lin Yan pun pergi ke hutan wilayah pertama untuk mencari sumber daya lagi. Tentu ia tidak akan bersantai ketika memilliki waktu luang.
Meskipun Lin Yan tidak mengambil misi, hutan wilayah pertama adalah tempat pelatihan yang sangat cocok untuknya saat ini yang memiliki kultivasi tingkat Yayasan Qi tahap kedelapan. Pertarungan nyata dengan binatang roh sudah pasti akan meningkatkan kemampuan tempurnya. Apa lagi saat ini ia sedang mempelajari cara menggunakan tombak.
Lin Yan terus bergerak ke dalam hutan dengan tombak berada di punggungnya. Ia sengaja tidak menyimpannya agar ada beban di tubuhnya ketika sedang bergerak. Dengan begitu, ketika ia bertarung, beban yang ia terima tidak akan lagi terasa.
Beberapa kali Lin Yan berpapasan dengan murid lainnya tetapi ia hanya mengabaikannya. Murid yang bertemu dengannya pun melakukan hal yang sama.
Setelah bergerak jauh ke dalam hutan, Lin Yan akhirnya menemukan mangsa pertama.
“Kelabang Racun Hijau..” gumam Lin Yan saat menatap binatang roh yang sedang merayap di sekitar tebing yang tidak terlalu tinggi dengan ukuran panjang 5 meter.
“Jika tidak salah, ukuran itu memiliki kekuatan sekitar Houtian tahap kelima.” Lin Yan menaikkan sudut bibirnya dan langsung mengambil belati kecil lalu melemparnya ke arah Kelabang Racun Hijau.
Merasakan ada yang memprovokasinya, Kelabang Racun Hijau langsung bergerak ke arah Lin Yan untuk memangsanya.
Ketika mencapai jarak sekitar 10 meter dari Lin Yan, Kelabang Racun Hijau langsung membuka mulutnya dan menyemprotkan gas tajam berwana hijau ke arah Lin Yan.
“Mata Raja.”
Lin Yan yang melihat serangan itu pun langsung menghindar ke samping sedikit. Saat cairan hijau tajam itu melewatinya dan mengenai pohon, itu langsung melelehkannya.
Tanpa membuang waktu, Lin Yan bergerak dengan kecepatan tinggi menuju Kelabang Racun Hijau dengan kecepatan penuhnya.
Kelabang Racun Hijau merasa marah. Ia juga bergerak dan mencoba menangkap Lin Yan dengan tubuhnya. Biasanya Kelabang Racun Hijau akan melilit mangsanya lalu dengan tubuhnya. Kaki-kaki kecilnya akan mengeluarkan racun dan melumpuhkan mangsa.
“Apa kau pikir bisa menangkap ku?” Lin Yan tersenyum kecil saat menghindar ke samping sedikit. Saat Kelabang Racun Hijau gagal menangkapnya, ia langsung mengayunkan tombaknya.
Srak!
Bilah tombak Lin Yan langsung memotong tubuh Kelabang Racun Hijau. Darah berwana hijau yang mengeluarkan uap menyemprot sangat banyak. Tetapi binatang roh itu belum mati.
Ketika Kelabang Racun Hijau berteriak kesakitan, Lin Yan langsung melompat ke atas dan mengarahkan tombaknya ke kepala binatang roh itu.
Jleb!
Tombak Lin Yan langsung bersarang di kepala Kelabang Racun Hijau. Walaupun racunnya kuat, itu belum bisa melelehkan tombak Lin Yan yang memiliki kekerasan lumayan tinggi.
“Tidak terlalu sulit.” gumam Lin Yan mencabut tombak lalu mengibaskannya agar darah Kelabang Racun Hijau jatuh. Ia pun mengeluarkan pedang biasa untuk menggali inti binatang roh tersebut. Pedang itu tampak meleleh sedikit dan Lin Yan yakin bahwa jika seorang kultivator terkena, kulitnya pasti meleleh dan meninggalkan bekas semur hidup.
Lin Yan tidak membawa mayat Kelabang Racun Hijau karena ia tau tidak bisa memakan daging binatang roh itu. Walaupun mungkin tubuhnya bisa dijual, itu hanya berharga sekitar 3 koin emas yang membuatnya tidak tertarik sama sekali.
“Satu inti binatang roh. Ini tidak akan cukup untuk membuatku menerobos. Setidaknya aku membutuhkan dua puluh Jamur Bumi.” Lin Yan hanya menghela nafas karena sangat sulit mencari Jamur Bumi. Ia ingin membelinya tetapi tidak akan ada murid yang mau menjualnya.
Jikapun ada, harganya mungkin sangat mahal. Tidak ada cara lain untuk mendapatkannya selain dengan berburu.
“Aku bertanya-tanya, dari mana sekte Naga Langit memiliki begitu banyak Jamur Bumi.” gumam Lin Yan dan langsung bergerak ke arah jalan kembali karena hari sudah sore.
Namun, saat dalam perjalanan kembali, Lin Yan menemukan sesuatu yang membuatnya sangat bersemangat.