Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.
Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.
Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.
Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....
Happy reading....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
“Panas panas gini emang enaknya minum air kelapa buat nglepasin dahaga”ucap Derandra.
“Benar”jawab Veronica.
Hari yang semakin siang dan panas terik di pantai semakin menyengat, membuat tenggorokan mereka berdua mengering. Meskipun angin pantai masih meniup, namun itu tidak bisa menghilangkan rasa panas yang menyengat ini.
Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk memesan air kelapa. Untuk dahaga tentunya, dan mendinginkan badan.
Hari yang semakin siang ini pula banyak wisatawan yang berdatangan. Walaupun hari ini bukanlah hari libur, namun nyatanya masih banyak orang yang silih bergantian datang ke pantai ini.
Dimulai dari anak remaja yang memakai seragam, rombongan keluarga beserta anak-anaknya yang menggelar tikar, kunjungan pariwisata dari berbagai macam sektor, serta rombongan ibu-ibu yang memakai seragam sama agar terlihat kompak.
Entah mengapa ketika melihat hal seperti ini, mengingatkan Derandra tentang masa sekolah di akhir semester.
“Apa kau mengingat masa sekolahmu dulu ketika akhir semester Veron?”
“Tentu.”
“Melihat mereka, aku jadi mengingat masa sekolah dulu ketika akhir semester. Saat itu sekolahku sedang mengadakan tour di salah satu kota tempat destinasi pariwisata tentunya. Banyak hal yang terjadi ketika saat itu, terutama dalam hal membeli oleh-oleh semua pedagang disana akan mematok harga yang gak masuk akal bagiku. Dan semua siswa saat itu harus bisa menawar untuk membeli oleh-oleh.”
“Benar juga, di tempat pariwisata semua barang harganya mahal. Pedagang di pariwisata akan menaikkan harga yang gak masuk akal juga bagiku.”
“Lalu bagaimana dengan tour pariwisata mu dulu? Pasti ada hal yang menyenangkan untuk diingat ketika masa sekolah dulu?”
“Nggak ada istimewa, lagi pun dulu aku gak ikut wisata seperti itu.”
“Mengapa?”
“Nggak ada gunanya, menurutku tour pariwisata seperti itu hanya akan menghabiskan uang orangtua dan gak ada faedahnya juga pergi ke tempat wisata.”
“Benarkah?! Tapi menurutku ada faedahnya bagiku. Karena setelah ujian yang menguras pikiran dan bikin stres, hingga akhirnya sekolah mengadakan pariwisata untuk merilekskan pikiran dari ujian itu.”
“Itu menurutmu, tapi menurutku mengadakan pariwisata ke tempat-tempat yang akan dikunjungi dan mewajibkan semua siswa untuk ikut serta membayarnya. Itu bukanlah bersenang-senang namanya.”
“Memangnya di sekolahmu dulu mewajibkan semua siswa untuk ikut pariwisata?”
“Ya, semua siswa wajib untuk ikut dan membayar apa yang sudah disesuaikan oleh pihak sekolah. Dulu aku sama sekali gak berminat untuk ikut semacam itu, dan aku juga tidak membayar pariwisata itu.”
“Lalu apa yang terjadi?”
“Pihak sekolah mendatangiku, dan menanyakan alasannya mengapa tidak ikut berpartisipasi. Dan kamu tahu apa yang terjadi?”
“Apa?”
“Mereka tetap menyuruhku membayar dengan dalih ini semua diwajibkan. Jika tidak membayar, ijazahku tidak akan keluar.”
“A ….apa? Kamu serius?”
“Iya, sampai sekarang ijazahku tidak keluar dan akhirnya aku ikut paket C untuk mendapat ijazah.”
Derandra yang mendengar pernyataan Veronica terkejut akan hal itu. Ia tidak menyangka jika ada sekolah seperti itu. Sekolahnya dulu tidak mewajibkan semua untuk ikut pariwisata, niatnya study tour adalah belajar dan bersenang-senang. Jika ada yang tidak senang maka namanya bukan study tour.
Untuk kasus Veronica, sekolahnya itu sangat keterlaluan. Hanya karena dia tidak ingin ikut dan tidak membayar, ijazah tidak keluar. Menurutnya itu sudah masuk ranah korupsi karena mereka memeras harta orangtua siswa dengan dalih wajib membayar pariwisatanya.
Jika saja Derandra berada di sekolah itu, dia tidak akan segan-segan melaporkan hal ini pada orangtuanya. Dan orangtuanya akan menindaklanjuti masalah ini ke hukum.
Setelah mereka bercerita banyak hal tentang pemandangan pantai dan juga kejadian di masa sekolah. Mereka memutuskan untuk pulang karena hari juga sudah semakin malam.
Mereka menikmati sunset yang akan tenggelam di perjalanan. Ada kalanya mereka berhenti untuk menikmatinya dengan lebih lama.
Pemandangan seperti ini akan sangat jarang dilihat oleh Veronica di lain hari, karena dia adalah orang yang malas untuk pergi jauh.
Bercanda dan tertawa bersama dengan pemandangan senja adalah hal yang menyenangkan sekaligus penghilang penat. Ada rasa kebahagiaan di antara keduanya yang tidak bisa diucapkan satu sama lain secara langsung.
Memandang langit senja adalah momen ketika dimana matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya yang lembut dan hangat. Warna-warna indah seperti merah, oranye, dan ungu menghiasi langit, menciptakan pemandangan yang menyenangkan dan romantis.
Suasana yang diiringi dengan kedamaian, dimana suara alam mulai tenang, dan langit mulai berubah dari terang menjadi gelap. Memberikan nuansa transisi yang magis antara siang dan malam.
“Pemandangan langit seperti ini sangat indah juga ketika dilihat di pinggir pantai”ujar Derandra dengan menatap langit.
“Benar, biasanya aku hanya melihat langit senja dari halte bus. Dan tentu pemandangannya tidak seindah disini karena banyak tertutup orang-orang yang pulang kerja”jawab Veronica dengan menyunggingkan senyumnya tipis.
Di kota dengan banyak orang yang baru pulang dari tempat kerja, pasti tidak akan bisa menikmati pemandangan seperti ini. Banyak orang setelah selesai bekerja akan langsung pulang ke rumah dengan terburu-buru. Mereka tidak menikmati proses perjalanan yang menyenangkan di sekitar.
Bagi Veronica menikmati proses selama perjalanan adalah hal yang menyenangkan baginya. Menikmati perjalanan ketika pulang kerja dan melihat kebahagiaan dan kesedihan sekitar yang membuatnya terkadang merasa tertampar dengan apa yang terjadi dengannya.
Kebahagiaan yang dilukis setiap orang dari berbagai strata dan profesi. Mereka seperti membuat kebahagiaan dengan cara mereka sendiri tanpa melihat apa yang akan terjadi dengannya esok hari.
“Yuk kita pulang”ajak Veronica pada Derandra. Derandra mengiyakan ajakan Veronica, hari juga sudah akan malam. Mereka memutuskan pulang mengingat perjalanan ke tempat ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi dengan kemacetan yang akan terjadi nantinya.
Selama perjalanan mereka menghabiskan waktu dengan berbicara banyak hal. Entah itu tentang kuliner, pemandangan sekitar, kelakuan dan sifat manusia, dan hal-hal yang terjadi selama perjalanan.
Berbagai pembicaraan dan candaan saling tertawa untuk menciptakan momen mengusir kebosanan mereka lakukan tanpa henti. Semua hal akan mereka ciptakan dan tanpa disadari mereka juga menciptakan kebersamaan satu sama lain di dalam diri mereka.
“Terima kasih sudah mengantarku sampai di kost”ucap Veronica pada Derandra yang ada di dalam mobil.
Setelah perjalanan yang ditempuh selama beberapa waktu, mereka akhirnya sampai di kota tempat tinggal mereka.
“Sama-sama”jawab Derandra dengan tersenyum manis pada Veronica. “Kalau begitu aku pergi dulu ya, kapan-kapan kita ketemu lagi”pamitnya.
Veronica mengangguk kepalanya sebagai jawaban. Derandra menjalankan mobilnya tak lupa membunyikan klakson sebagai tanda pamitan sekali lagi pada Veronica.
Veronica melambaikan tangannya pada pria itu. Ia pun berbalik dan langsung menuju kamar kost tanpa mempedulikan tatapan penghuni kost lantai bawah yang menatapnya sinis.
Ia masuk ke dalam kamar dan membanting tubuhnya ke kasur dengan tengkurap.
“Seharian pergi dengan pria itu ternyata cukup melelahkan”gumamnya. Veronica bangkit dari tidurnya dan duduk di kasur, ia menyentuh dadanya yang berdetak kencang.
“Apa yang terjadi padaku?”
Dia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya terutama dengan lawan jenis. Namun entah mengapa jantungnya berdetak ketika mengingat pria yang akhir-akhir ini bersamanya.
“Apa yang terjadi dengan diriku? Mengapa pikiran ku terus mengingat pria itu?”
ΠΠ
Bertemu dengan pujaan hati seperti ini adalah momen yang ditunggu Rejandra setiap harinya. Waktu yang terus terkuras oleh pekerjaan dan juga jadwal tak menentu untuk bertemu, adalah hal yang membuatnya resah ketika tidak bisa bertemu dengan kekasihnya.
Perbedaan pekerjaan yang dilakoni keduanya, dan juga tempat tinggal yang terbilang jauh dari rumahnya. Membuatnya harus menempuh perjalanan beberapa menit untuk menghampiri kekasihnya.
Ingin sekali ia mengikat kekasihnya itu menjadi pasangan seumur hidupnya. Namun karena restu yang tak kunjung ia dapatkan dan juga keresahan hati kekasihnya, membuat ia tak bisa melakukan ikatan itu dengan segera.
Sudah berkali-kali ia berbicara dengan kekasihnya itu agar menikah tanpa restu dari keluarga tertuanya, dan tentu wanita itu menolaknya. Entah apa yang membuat wanita itu menolaknya.
Rejandra berpikir bahwa penolakan Azrina tentang keinginannya itu karena kehidupannya dulu. Azrina adalah anak yatim piatu yang dititipkan di panti asuhan. Saudara dari orangtuanya termasuk kakek neneknya tidak ingin merawatnya lantaran karena pernikahan yang dilakukan orangtuanya tanpa restu.
Mungkin itulah yang membuat Azrina menolak keinginannya. Azrina ingin dihari pernikahan mereka, semua orang menyambutnya dengan bahagia tanpa ada wajah masam nantinya.
Sebenarnya peristiwa yang dialami Azrina sama persis dengan yang dialami kedua orangtuanya. Bedanya orangtuanya masih hidup dan membiarkan tatapan sinis yang diberikan kakek neneknya ketika berkumpul.
Orangtuanya juga lebih berusaha dalam memantaskan diri dan membuktikan bahwa ucapan dari kakek neneknya tidaklah benar.
Sesampainya di tempat yang dituju Rejandra melihat kekasihnya sedang menunggunya di pos ronda. Ia bisa melihat kekasihnya yang sedang celingukan menunggu dirinya datang.
Rejandra keluar dari mobilnya dan memanggil kekasihnya itu. “Azrina!”
Azrina yang namanya dipanggil pun menolehkan kepalanya untuk melihat seseorang itu. Dia berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri kekasihnya yang menuju ke arahnya.
Rejandra melihat kekasihnya dengan seksama. Pakaian sederhana yang terbalut di tubuhnya serta rambutnya yang terurai dengan angin berhembus di sela-sela rambutnya. Membuat kekasihnya itu cantik dengan apa yang ada di dalam dirinya.
Rejandra tak berhenti memandang kekasihnya itu dengan seksama, ia benar-benar beruntung bisa mendapatkan wanita cantik di depannya ini.
“Kenapa?”tanya Azrina.
“Kamu cantik”puji Rejandra pada kekasihnya.
Pujian Rejandra membuat Azrina tersipu malu, dia memukul dada kekasihnya itu pelan sebagai bentuk kekesalan.
“Aku tidak berbohong sayang, kamu cantik”pujinya sekali lagi.
“Sudah ah kita berangkat aja”ajak Azrina untuk menyudahi pujian Rejandra. Ia tahu pria itu tak akan berhenti memujinya tanpa memedulikan tempat yang disini.
“Kamu benar-benar cantik sampai membuat mataku gak berkedip.”
“Diam Rejandra.”
“Entah kenapa aku selalu ingin bertemu denganmu setiap hari, rasanya tidak bertemu denganmu membuat rasa rinduku padamu semakin bertambah. Kecantikan yang kamu punya membuatku ingin terus berada di dekatmu.”
“Berhenti menggombal Reja!”
“Gak akan, gombalan yang aku punya akan terus terngiang di telingamu.”
Azrina menatap jengah ke pria disampingnya ini. Kekasihnya benar-benar tampan.
“Kita jalan Reja dan berhenti untuk menggombal terus!”
Rejandra yang melihat kekasihnya merajuk terkekeh pelan. Sangat lucu ketika melihat kekasihnya seperti itu. Ia sangat suka melihat kekasihnya merajuk seperti itu daripada bersedih karena ucapan kakek neneknya.
Rejandra melajukan mobilnya untuk pergi ke tempat yang akan dituju. Tempat ini adalah tempat yang ditinggali kekasihnya ketika kecil. Kekasihnya menghabiskan masa kecilnya di tempat ini. Perjalanan kesana membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai.
Mereka berdua menghilangkan kebosanan dengan mendengarkan musik yang diketahui, dan juga berbicara tentang aktivitas masing-masing. Komunikasi yang terjalin dengan erat, serta perasaan yang sama-sama tidak ingin lepas. Membuat kedua pasangan ini tidak goyah dengan berbagai rintangan.
Sering kali Rejandra mendapat godaan dari rekan bisnisnya. Mengingat pekerjaan pria itu sering bertemu dengan wanita yang lebih cantik dari Azrina. Yang terkadang membuat Azrina terbakar cemburu ketika Rejandra menceritakan aktivitasnya.
Hal serupa yang dialami Rejandra juga sama, terkadang ia juga cemburu dengan cerita Azrina yang sering digodain anak didiknya.
Azrina mengajar di salah satu SMA swasta di kota ini. Apalagi kekasihnya ini masih muda dan juga cantik, tak jarang kekasihnya ini akan mendapat hadiah dari anak didiknya. Dengan sifatnya yang baik dan ramah. Terutama guru muda laki-laki yang masih gencar mendekati kekasihnya.
Rejandra juga tak bisa melarang kekasihnya berhenti mengajar, jika pun itu dilakukannya. Dia belum berhak melarangnya, karena mereka belum memiliki ikatan yang lebih. Satu-satunya yang bisa menghentikannya untuk mengajar adalah menikah.
Keinginannya untuk mengikat kekasihnya itu sangat besar. Secara materi dan kemapanan, ia sudah siap. Dirinya tinggal menunggu jawaban dari kekasihnya siap atau tidaknya.
Satu hal yang membuat mereka kuat dalam menjalani hubungan sepasang kekasih adalah kepercayaan satu sama lain. Dan juga menurunkan ego ketika sedang bertengkar agar tidak terus-terusan.
Hal inilah yang kadang membuat kedua temannya iri dengan hubungannya. Tak jarang kedua temannya sering menggodanya ketika ia mengajak kekasihnya bertemu dengan kedua temannya.
“Kita sudah sampai”ucap Rejandra.
Mereka pun keluar dari mobil. Azrina melihat anak-anak panti yang berlarian dan bermain dengan berbagai permainan yang ada di panti asuhan ini.
Dia seperti kembali ke tempat dimana ia dibesarkan untuk menjadi lebih kuat dan dewasa di tempat ini. Tempat yang dipenuhi banyak orang dengan kasih sayang yang tak terhingga. Kebaikan dan ketulusan yang diberikan oleh penghuni panti ini, yang membuat dirinya kuat dan tangguh untuk menjadi manusia.
“Yuk kita masuk”ajak Rejandra. Azrina menganggukkan kepalanya. Mereka berdua masuk ke dalam panti dan disambut oleh anak-anak yang ikut membantu membawa barang yang dibawa mereka berdua.
Rejandra dan Azrina menemui ibu panti terlebih dahulu sebelum bermain dengan anak-anak panti. Mereka bersalam dan saling menukar kabar, terutama Azrina. Dia memeluk ibu panti dengan erat untuk menyalurkan kerinduannya.
“Rejandra aku keliling panti dulu ya”izin Azrina ada kekasihnya yang masih berbicara dengan ibu panti.
Azrina memutuskan untuk berkeliling panti, untuk bernostalgia tentunya. Banyak hal yang ia kenang di tempat ini, teman-temannya yang sudah pergi karena diadopsi lalu dirinya yang memutuskan untuk tetap berada di panti sampai dewasa.
salam hangat dari saya👋
jika berkenan mampir juga🙏