Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Banyak pekerjaan yang tertunda, namun hari sudah tidak menampakkan cahaya, Malam pun menjelang. Anna yang sedang beres-beres. Mendengar denting handphone yang diberikan pak Suryo untuknya. Dilayar itu tertulis pesan dari Angga.
[Na tolong kamu bawakan baju ganti buat papa. Sekarang papa lagi dirumah sakit]
Pesan singkat dari Angga untuk Anna. [Mas, pak Suryo dirawat ? Kok bisa? Anna sekarang kesana ya mas] balas Anna cemas.
[ Iya, papa kena serangan jantung. Jangan bilang-bilang orang rumah] balasan Angga.
[Ya udah sekarang Anna kemasin pakaian buat bapak, ya mas.]
[Iya, aku tunggu.]
Setelah beberapa saat mengemas kebutuhan pak Suryo selama dirumah sakit. Anna langsung pergi menggunakan taksi, dia ikut cemas akan kondisi pak Suryo. Pagi ini pria setengah baya itu baik-baik saja malah terlihat begitu fresh dan bersemangat.
Waktu tempuh menuju rumah sakit menghabiskan waktu satu jam. Akhirnya sampai juga Anna disana ia kelimpungan disana banyak orang berlalu lalang. Sehingga sulit baginya menemukan ruangan pak Suryo. Kebetulan Angga berada di luar hingga kedua mata mereka bertemu.
"Mas!"melambai.
"Anna, sini!"panggilnya pelan. Bibir itu tersenyum senang melihat Anna sudah datang.
"Mas Angga. bagaimana keadaan bapak? Bapak gak apa-apa kan?"
"Dia sudah baik-baik aja, cuma butuh istirahat sebentar. Kamu sendirian?"
"Iya, mas. Tadi aku naik taksi soalnya pak Kasim belum pulang dari kampung jadi gak adabyang antar kan?"
"Oh iya juga. Temenin aku makan, yuk?" Setelah menyimpan barang-barang pak Suryo Angga segera menarik tangan Anna keluar. Mereka pergi menuju restoran terdekat dari rumah sakit.
Angga segera memesan makanan kepada waiters dua porsi lengkap dengan minuman nya. Anna menurut saja, karena saat itu ia pun belum makan malam perutnya juga sudah mulai keroncongan.
"An.." panggil Angga memperhatikan Anna sembari menunggu pelayan membawakan pesanannya.
"Iya, mas. Kenapa?" Jawabnya membalas tatapan Angga.
"Menurut kamu, aku baik gak?" Tanya Angga.
"Kenapa nanyain itu? Tentu aja mas Angga baik. Baik banget malah," goda Anna sembari tersenyum.
"Ganteng gak?"
"Ganteng."singkat jawaban Anna terlontar begitu saja tanpa membalas tatapan nya lagi.
"Kalo gitu, kamu mau gak jadi pacar aku?" Tiba-tiba pertanyaan demi pertanyaan yang terucap Angga merasa sangat konyol bagi Anna.
Dia menatap tak percaya apa yang di ucapkan Angga."Mas Angga lagi bercanda? " Tawa Anna pecah seketika.
"Aku serius, na."
"Mas, ini dari tadi nanya nya aneh. Lagian gak akan ada yang percaya, mas. Apa yang mas barusan ucapin, itu malah kedengaran lucu." Anna masih menahan tawanya.
"Kok, lucu sih? Aku serius, na. Coba liat mata aku, apa mata aku lagi berbohong sama kamu." Angga mulai menampakkan keseriusan. Tawa Anna pun terhenti, suasana menjadi hening seketika.
Anna termangu. Dia tidak bisa berkata-kata didepan Angga. Anna memalingkan pandangannya dari tatapan Angga. Tiba-tiba ia di buat terperanjat disaat pria didepannya menyentuh jari jemari nya.
Perasaan nya tidak menentu, namun apa yang ia rasakan tidak sebagaimana yang ia rasakan disaat Damar yang menyentuh nya.
"Mas, malu ini didepan umum." Melepaskan genggaman tangan Angga.
"Maaf. Anna, aku mau ngomong serius sama kamu." Wajahnya begitu menyakinkan.
"Bilang aja, mas."gugup.
"Kalo,.. a..aku..."
Anna memperhatikan, dan menunggu apa yang akan di ucapkan pria didepannya.
"A-.. aku..."
Menyimak.
"Ak...ku.... Bercandaaaa.... Hahahahaha" begitu puas Angga membuat wajah Anna menegang.
Sontak Anna reflek memukul pundak Angga, namun disisi lain ia merasa senang ternyata benar Angga hanya bercanda. Ia pun bisa bernafas lega perasaan yang tidak menentu baru saja pun seketika hilang dalam hitungan detik.
"Mas Angga, iseng banget sama Anna."
"Tapi, kamu harusnya liat muka kamu barusan, muka kamu tuh tegang banget.haha" lagi-lagi Angga tertawa kecil.
"Tau ah.."cemberut.
Sementara mereka yang tengah bersenda gurau. Pelayan menghampiri mereka dengan membawakan sebuah nampan berisi makanan yang sudah dipesan beberapa menit lalu.
...
...
Setelah perut mereka terisi Anna dan Angga kembali keruangan pak Suryo. Ternyata di sana sudah ada Damar yang sedang menunggu mereka. Damar menatap dingin kearah kami. Sorot matanya seolah olah tengah merendah kan kami dengan seringai yang tidak bisa dijelaskan.
"Mas Damar, ada disini juga." Sapa Anna melihat keberadaan Damar di sebuah sofa disamping ranjang pak Suryo.
"Kenapa? Kamu merasa terganggu karena ada saya disini. Apa kamu tidak nyaman karena gak bisa berduaan sama Angga?" Ujarnya tidak beralasan.
Anna hanya bisa diam ternganga heran. Ocehan Damar tidak dapat diterka olehnya apa yang dimaksud Damar yang tengah menuding nya, ingin bersama Angga. "Maksudnya, mas Damar apa?"heran.
"Kalo ngomong gak usah ngelantur deh,"sahut Angga tak terima.
"Terus ? Buktinya lu tinggalin bokap lu di ruangan sendiri. Lu bisa nasehatin gue tapi lu sendiri malah asyik sama pembantu." Ucapnya begitu menusuk dijantung Anna.
"Jaga mulut Lo, ya." Menarik kerah baju Damar.
"Mas, ini rumah sakit. Jangan buat keributan, kasihan istirahat pak Suryo nanti keganggu mendengar kalian ribut."menahan tangan Angga yang hendak memukul Damar.
"Pukul !!"tantang Damar. Menunjukkan wajahnya yang masih sedikit membiru bekas bogem mentah yang dilayangkan Angga.
"Rupanya pukulan gue tadi siang, belum cukup? Lagi pula sejak kapan lu peduli sama papa?"
"Mas, sudah ini dah malem."
Damar menyeringai. Ia mendekati Anna dan berkata sesuatu ditelinga gadis itu. "Jadi perempuan gak usah murah-murah banget. Kamu deketin Angga dan saya hanya karena uang kan?"
Plak!
Tamparan keras mendarat diwajah Damar saat itu juga. Pipinya terasa begitu panas, pria itu beku sesaat setelah Anna menjatuhkan tamparan pada wajahnya yang terlihat begitu kalem. Anna tidak bisa membendung air matanya lagi seketika bulir bening itu lolos begitu saja dari kedua pipinya.
"Kamu keterlaluan, mas! Saya memang pembantu tapi saya masih punya harga diri!" Anna pergi berlari meninggalkan rumah sakit dengan keadaan menangis.
"Anna!" Panggil Angga pada Anna, yang berlalu keluar ruangan. "
"Lu ngomong apaan sama Anna? Kenapa dia nangis?!"kembali emosi.
"Ngomong apaan. Gue cuma ngomong apa adanya, kalo dia gak usah murahan buat deketin cowok kaya. Apa salah ?" Datar tanpa merasa bersalah Damar mengungkapkan nya .
"Anj*nqqq..!!! Lu bener-bener keterlaluan!! Gak punya hati lu! Minta maaf gak Lo. "
"Kenapa gue harus minta maaf. Itu kenyataan kan? Perempuan seperti dia cuma ngejar harta."
"Diem gak lu, Atau gue bikin lu nyesel." Sembari melangkah pergi menyusul Anna.
Ada luka yang tidak sanggup diutarakan oleh Damar namun, dia pun tidak tahu luka macam apa ini. Dia hanya melihat kepergian Angga keluar mengejar Anna, perempuan yang baru saja ia hina.
Jelas egonya terlalu tinggi bahkan ia tidak sadar, jika sudah melukai orang yang sangat peduli padanya. Damar hanya bisa menghela nafas panjang, ia segera beringsut mengikuti Angga. Mencari keberadaan Anna, ia sadar jika ucapannya mungkin sudah keterlaluan sekali.
Damar menelusuri setiap sudut rumah sakit, namun belum juga ia temukan keberadaan nya. Akhirnya ia memutuskan untuk mencarinya diluar rumah sakit. Pria itu khawatir jika Anna pergi ke tempat sembarangan, belum lagi dia masih orang baru belum tahu seluk beluk kota ini.
[Cari Anna sampai ketemu kalo gak gue abisin Lo.] Pesan singkat dari Angga.
Damar mencengkram kuat benda pipih itu. Ia menyesal karena rasa tidak sukanya melihat Anna bersama Angga ucapannya terlontar begitu saja. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya.
Shit...!!