Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah terlalu lelah
Kafeel membuka pintu apartemennya dengan kasar, kemudian masuk ke dalam dan langsung melangkah ke arah lemari mengambil sebotol wine dan gelas kemudian duduk di mini bar dengan serampangan.
Kepulan asap mulai terlihat kala Kafeel menyalakan rokok dan mulai menyesapnya berkali kali seperti orang kesetanan, sambil menuang wine ke dalam gelas yang sudah ia ambil tadi lalu meminumnya.
"Heh teman? bisa di jelaskan? kata kata basi!" ucapnya sambil meminum wine tersebut.
Dengan mengambil langkah pelan Kafeel bergerak menuju ke arah balkon apartemennya melihat langit malam yang begitu sepi tanpa adanya bintang bintang yang bersinar di angkasa.
"Bahkan cuaca malam ini saja mendung, benar benar memuakkan!" ucapnya kemudian melangkah kembali masuk ke dalam apartemennya.
Terdengar suara ponsel menggema berulang kali dari mini bar, Kafeel lantas tersenyum sinis kala mengetahui si penelpon adalah Nabila istrinya. Mungkin inilah saatnya Kafeel membuka mata dan berhenti berpura pura menutup mata, hanya kata kata ini yang terus berputar dalam benaknya dan membuat Kafeel mengeluarkan semua unek uneknya kepada Nabila tadi di parkiran hotel, Entahlah kenapa tiba tiba hatinya berubah dan ingin mengakhiri semuanya, padahal sebelumnya meski Nabila melakukannya berkali kali dan menyakitinya hingga ribuan kali pun Kafeel tetap saja berusaha diam dan memaafkan, namun ketika Kafeel bertemu dengan Kinara dan mengamati wanita itu, jalan pikiran Kafeel berubah rasanya ia seperti melihat dirinya sendiri yang bodoh dan mudah untuk dipermainkan saat melihat Kinara.
Bruk
Kafeel membuang ponselnya ke tempat sampah, ia benar benar ingin istirahat kali ini, tidak ada lagi yang bisa mengganggunya walau Nabila sekalipun.
Sementara itu Nabila yang sudah sampai di mansion terus berusaha menghubungi Kafeel lagi dan lagi tanpa jera. Nabila benar benar tidak bisa kehilangan Kafeel dalam waktu sekarang karena baginya Kafeel sangatlah berguna sebagai penunjang karirnya serta ladang emas bagi dirinya. Nabila benar benar sadar apa yang akan terjadi bila ia mengkhianati dan meninggalkan Kafeel, hanya saja rasa cinta dan juga perasaan yang mendalam pada Geffie meruntuhkan segala dinding kokoh yang telah ia buat agar bisa tetap bersama dengan Kafeel.
"Aku tidak bisa kehilangan Kafeel, aku memang mencintai Geffie tapi uang dan kedudukan lebih berarti dari pada hanya sebuah kata kata cinta yang semu." ucapnya dengan nada yang kesal karena Kafeel tak kunjung mengangkat telponnya.
******
Keesokan paginya.
Kinara terbangun dengan badan yang sakit semua, ternyata menangis semalaman benar benar menyiksa dan membuat sakit tidak hanya psikis namun juga tubuhnya. Kinara menatap ke arah ranjang dan ia tak menemukan Delisha di sana.
"Tumben? bukankah hari ini weekend?" ucapnya pada diri sendiri.
**
Kinara menuruni beberapa anak tangga setelah sebelumnya ia pergi mandi dan beberes terlebih dahulu kemudian menuju ke arah dapur. Bau harum masakan kembali tercium dari arah dapur membuat Kinara seakan kembali kepada kejadian ketika Geffie meminta maaf kemarin.
Kinara melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur untuk melihat apakah tebakannya kali ini benar, dan bagaikan dejavu lagi lagi Kinara melihat Geffie sedang memasak di temani oleh Delisha sambil memasang senyum bodoh seakan akan tidak terjadi apapun diantara keduanya.
"Selamat pagi bunda." sapa Delisha yang melihat kedatangan Kinara ke meja makan.
"Pagi" jawabnya singkat.
Seperti yang sudah sudah Geffie datang dari arah dapur membawa nampan berisi makanan dengan jus buah naga kesukaannya.
"Sebenarnya aku ingin..." ucap Geffie kemudian namun terpotong oleh Kinara.
"Minta maaf?" ucap Kinara dengan nada dingin.
"Ra tolong jaga ucapan mu ada Delisha disini." ucap Geffie lirih sambil memberi kode kepada Kinara untuk menjaga sikapnya.
"Mas apa kamu gak capek terus terusan berakting seperti ini? jika mas tanya aku... aku benar benar lelah mas... sangat sangat lelah." ucapnya tak kalah lirih.
Mendengar hal itu Geffie hanya diam tak menanggapi ucapan Kinara.
"Ning nining!" teriak Geffie kemudian.
"Iya tuan." ucap Nining dengan langkah terburu buru mendekat ke arah mereka.
"Bawa Delisha ke kamarnya." ucap Geffie yang di balas anggukan oleh Nining.
"Aku sudah mencoba yang terbaik ya Ra, apa ini balasan mu?" ucap Geffie dengan nada penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Aku gak nyuruh mas jadi perfeksionis dan mencoba segalanya, hanya saja aku bilang aku capek mas, capek tau gak? terus bertengkar dengan topik yang sama, lalu ujung ujungnya minta maaf dan ngulang lagi kesalahan yang sama, apa kamu gak capek?" ucap Kinara dengan nada menyindir.
"Aku tahu aku salah mangkanya aku minta maaf, apa kamu tidak malu terus bertengkar di depan Delisha?" ucap Geffie tak mau kalah.
"Stop it, stop gunain Delisha sebagai tameng, dia hanya anak kecil mas yang gak ngerti apapun, jangan libatkan dia dengan kesalahan yang kamu buat. Bukankah sudah ku katakan kalau kamu masih cinta sama Nabila kamu boleh memilikinya asalkan lepaskan aku." ucap Kinara dengan nada yang emosi.
Mendengar hal itu tentu saja membuat Geffie naik pitam dan membanting nampan berisi makanan tadi hingga menimbulkan bunyi nyaring dan pecah berserakan.
"Kamu benar benar kelewatan Ra, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan mu kecuali kau ingin kehilangan Delisha untuk selamanya." ucap Geffie memberi peringatan kemudian melangkah pergi meninggalkan Kinara di sana.
Kaki Kinara mendadak lemas hingga ia langsung mendudukkan bokongnya di kursi meja makan seakan tidak kuat mendengar ucapan Geffie barusan.
"Mengapa jadi begini? aku tidak bisa kehilangan Delisha, tapi aku juga tidak bisa untuk tetap terus tinggal dalam rumah tangga ya penuh dengan kepalsuan." ucap Kinara dengan sedikit terisak pada setiap kalimatnya.
****
Sementara itu posisi kamar Delisha yang memang dekat dengan ruang makan membuat seluruh pertengkaran orang tuanya terdengar di telinga gadis kecil itu dengan jelas meski Delisha tak mengerti dengan pasti apa yang membuat kedua orang tuanya ribut. Nining yang juga ikut mendengar pertengkaran itu lantas secara spontan menutup kedua telinga Delisha agar tidak mendengar segalanya dan merusak gadis kecil itu.
"Apa ini salah Delisha mbak?" tanyanya dengan nada yang terdengar polos.
"Enggak sayang ini bukan salah Delisha, kamu gak boleh berpikir seperti itu." ucap Nining meyakinkan gadis kecil itu.
"Lalu jika bukan Delisha, kenapa ayah dan bunda bertengkar?" tanyanya lagi.
"Terkadang semua hal tidak berjalan sesuai yang kita inginkan, itulah sebabnya akan ada pertengkaran pertengkaran kecil dalam ruang lingkupnya, jadi Delisha gak bisa menghakimi Delisha salah karena ini bukan sepenuhnya salah Delisha." ucap Nining lagi. "Bagaimana kalau ibu dan bapak benar benar berpisah? aku tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa nasib Delisha." ucapnya dalam hati.
Bersambung