Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dirga Cemburu
Denok tidak menyangka kalau Dirga membelikan kakaknya kebun yang begitu luas. Dirinya mulai berpikir. Apakah memang benar jika Dirga ini anak orang kaya.
Karena sedari awal Dirga menikahi Mentari dengan memberikan mahar yang begitu fantastis. Namun Denok dan kedua saudaranya itu mengelak tentang fakta ini.
"Siapa sebenarnya kamu?" pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Denok.
Namun Dirga hanya mengulas senyum saja. Dia tak berminat untuk menjawab pertanyaan Denok. Karena mereka akan tahu semuanya diwaktu yang tepat.
**************
Mentari berbinar saat mendengarkan cerita ayahnya yang di belikan kebun oleh Dirga. Mereka terharu dengan kebaikan Dirga dan kedua orangtuanya.
Setelah menikah Dirga menunjukkan sikap dingin pada istrinya. Namun ia sangat peduli pada keluarganya.
Mentari memasang telinga saat Bagas menceritakan jika Denok sampai pucat mendengarkan rencana menantunya.
Pasti Denok akan menceritakan pada saudara ayahnya yang lain.
selama ini kedua orangtuanya selalu dihina. Bahkan dirinya, serta kedua saudaranya itu menjadi bahan cacian dan makian. Sebab hidup di bawah garis kemiskinan. Namun, kedatangan Dirga dengan menjadikan dirinya sebagai istri, kehidupan Mentari berubah hingga bisa mengangkat derajat orang tuanya.
kini mereka sudah memiliki rumah yang mewah. Mau beli apapun tinggal beli, makan enak pun tiap hari. Ditambah Dirga sekarang membelikan kebun sawit yang sangat luas.
Mentari saja tidak pernah membayangkan, mereka bahkan memiliki kebun sawit sendiri. Mentari memang tidak mau menjadi cewek matre. Akan tetapi perempuan mana yang tidak bahagia mendapatkan suami seperti Dirga? Walaupun dia lumpuh. Mentari masih tetap bersemangat untuk membujuk suaminya agar mau terapi lagi.
Mentari ingin melihat Dirga bisa berjalan. Dia siap selalu mendampingi sang suami. Dita selalu berkomunikasi dengan menantunya itu.
Dita meminta Mentari untuk berusaha meluluhkan hati suaminya. Sikap lembut, penuh perhatian, yang mungkin bisa membuat Dirga tertarik pada dirinya.
***************
"Tidak us__" ucapan Dirga terpotong saat dirinya hendak mengambil charger untuk mengisi daya ponselnya.
Namun Mentari dengan sigap, menyodorkan kabel itu terlebih dahulu.
"Aku, bisa mengambilnya sendiri!" ucap Dirga yang membuat Mentari tertunduk.
Mentari berpikir, apakah sikapnya tadi membuat Dirga tersinggung karena kondisinya yang lumpuh saat ini, yang bisa mempengaruhi emosionalnya. Mungkin Dirga tidak mau dia anggap pria yang lemah.
"Maaf Mas, Aku tadi hanya reflek membantumu saja. Tidak bermaksud apa-apa", ucap Mentari yang terdengar seperti menahan tangis.
Dirga merasa bersalah. ia mungkin sudah keterlaluan pada istrinya.
Meskipun ini adalah pernikahan yang terpaksa ia lakukan. Dirga merasa tak adil juga untuk Mentari. Jika ia selalu bersikap arogan. Meskipun ini sulit bagi Dirga. Sebab ia belum bisa mencintai sang istri.
"Ya, tidak apa!" hanya itu yang bisa di ucapkan Dirga.
Mentari menatap suaminya yang berlalu, mendorong kursi rodanya dengan kedua tangannya sendiri.
...****************...
...Rumah Denok ...
Reza sudah dua hari tidak pulang kerumah mertuanya.
Semenjak ia bertengkar dengan Gendis.
Mereka bertengkar hebat makam itu. Gendis sangat murka karena ia tidak terima suaminya memberikan uang kepada Mama mertuanya, yang digunakan untuk membeli mobil baru.
Gendis merasa ditipu oleh Reza. Yang katanya mau di belikan rumah sama mobil, namun nyatanya hingga sekarang ia masih tinggal bersama kedua orangtuanya.
Tapi perbuatan itu membuat Gendis menyesal. Reza sama sekali tidak menghubunginya, seharusnya suaminya itu meminta maaf dan kembali.
"Dis, makan dulu!" panggil ibunya.
Sedari pagi Gendis hanya mengurung diri di kamar hingga sore hari, dia tidak mau keluar kamar. Ia menunggu kedatangan Reza, namun tak kunjung datang.
"Gendis, sampai kapan kamu begini? Ibu khawatir dengan kondisi kehamilan mu. Pikirkan kamu itu sedang hami!" ucap Narti memperingati.
"Aku tidak mau makan, Bu. Mas Reza saja sudah tidak peduli padaku. Seharusnya dia meminta maaf padaku, sedangkan aku tengah mengandung anaknya. akan tetapi tidak ada itikad baik darinya!" ucap Gendis yang ketika mengusap airmata yang lolos. Gendis sudah seharian ini menangis. Air matanya seakan hampir habis.
Gendis sudah berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Itulah sangat sulit, ia masih terbayang saat Mentari melihat dirinya yang tidak bisa membayar belanjaannya di mall. Sedangkan Mentari membayar menggunakan black card.
"Nanti ibu, akan telepon Reza, agar kembali kerumah. Kamu, jangan menangis lagi. Yang terpenting sekarang adalah kamu harus makan, pikirkan nasib bayimu sekarang. ibu yakin Reza akan segera minta maaf padamu ", ucap Narti meyakinkan putrinya.
"Ayo Dis! kenapa kamu masih bengong saja di sana? Atau makanannya ibu bawa kesana, agar kamu bisa makan. Ibu disini sangat khawatir dengan kondisimu", imbuh Narti.
"Iya, Bu. Makanannya bawa kesini saja, aku tidak mau makan di luar", jawab Gendis.
Ketika Narti menyiapkan makanan kedalam piting untuk putrinya. ia di kejutkan dengan kedatangan adiknya yaitu Denok.
"Ada apa?" tanya Narti yang sudah hafal jika Denok datang menemuinya pasti ada masalah.
"Aku ada informasi penting, Mbak! Tapi yakinkan dulu kalau kamu tidak akan kaget mendengarnya",
"Ada masalah apa?" tanya Narti lagi.
"Tadi aku bertemu dengan Mas Bagas dan menantunya. Kamu tahu gak, ternyata mau beli kebun sawit yang ukurannya sangat luas", jawab Denok.
"Kamu ini ngomong, apa? Seperti orang ngelindur . Cuci muka dulu sana!" perintah Narti sambil tertawa.
"Ini informasi benar, Mbak, aku menyaksikan dan den mendengarnya sendiri dari mulut Dirga kalau dia mau membelikan kebun sawit untuk mertuanya!".
"Mana mungkin! Suaminya Mentari itu dari mana mendapatkan uang? Sedangkan dia hanya anak sopir dan pembantu. Lumpuh lagi!" sahut Narti menyertakan.
"Mbak kalau tidak percaya, bisa tanya sendiri sama Pak Lurah. Aku tahu tentang Dirga yang mau membelikan kebun sawit untuk mertuanya saat dia datang kerumah Pak Lurah", jelas Denok.
Narti jadi semakin penasaran, setelah apa yang diceritakan oleh adiknya. Benarkah keponakannya alias Mentari Sekarang sudah menjadi anak orang kaya.
...****************...
...Rumah Mentari ...
orang tua Mentari sibuk mencatat siapa saja nanti tetangga yang akan datang di acara syukuran rumah baru mereka.
Dirga menuju halaman depan, mencari udara segar. Gerbang rumah itu hampir terbuka separuh. Tampak Mentari sedang membeli roti cokelat yang biasanya keliling.
Mereka tampak mengobrol seakan sudah saling mengenal.
Dirga gegas masuk kedalam rumah mewah
Mentari merasa ada yang janggal dengan sikap suaminya. Ia segera menyusul Dirga kedalam kamar.
"Kamu tampaknya asyik mengobrol dengan tukang roti", ucap Dirga.
Mentari mengernyitkan dahinya.
"Sekarang kamu itu sudah menjadi istriku. Seharusnya kamu itu bisa menjaga diri!" sambung Dirga.
"Maksudnya apa, menjaga diri? Aku tadi hanya membeli roti, kebetulan penjualnya itu adalah temenku dulu sewaktu SMA", jelas Mentari.
"Tadi itu temanmu, pantas saja kelihatan akrab banget", ucap Dirga.
Mentari menunduk, ia justru tersenyum simpul. Apakah Dirga sedang cemburu padanya?
pikir Mentari.
aku mampir yah, kayanya ceritanya menarik.
sukses selalu