Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Bianka syok saat Andrian meninggikan suaranya kepadanya. Dia terus diam membeku dengan menatap Andrian dengan penuh ketidak percayaan.
" Kalau kamu hanya mau mengacau di kantor ku. Aku perintahkan kamu untuk keluar!" Tegas Andrian.
" Ti-tidak, aku akan diam." Balas Bianka.
Dia yang tidak mau terusir dari sini memilih untuk duduk di kursi lagi.
" Masalah papa, kamu balas saja aku sudah baca pesannya. Jika dia masih menghubungimu bilang kalau aku sangat sibuk." Perintah tegas Andrian.
Salsa hanya bisa mengangguki. " Baik tuan, akan saya laksanakan."
" Kami permisi." Bastian berpamitan.
Dia langsung mengajak Salsa keluar dari sana.
Bastian menutup pintu ini kembali dan menggeret Salsa ke ruangan Salsa.
" Jangan pedulikan bentakan dia." Ucapnya. Bastian pergi begitu saja.
Sedangkan Salsa menatap bingung Bastian. Dia masih belum percaya jika Bastian mengatakan hal sedemikian.
" Aku butuh kopi." Ucap Salsa lemah. Dia duduk di kursinya, menekan tombol telepon dan memanggil OB.
Bianka menggigit bibir atasnya. Netranya melirik Andrian dengan ragu.
" An..." panggilnya dengan suara mendayu.
Walau tidak mendapatkan balasan, Bianka memberanikan diri mendekat.
" Andrian.." Panggilnya ulang. Dia sudah mengusap manja punggung Andrian tanpa malu atau pun sungkan.
" Kamu kenapa sih, marah-marah? Apa istrimu di rumah tidak bisa muasin kamu."
Andrian melirik Bianka. Senyuman di wajah Bianka seketika merekah lebar. Dia tebak apa yang di katakan tadi BENAR.
" Kamu tuh tidak perlu marah-marah An. Kalau kamu tidak puas dengan servis istrimu, kamu kan bisa minta sama aku."
Helaan napas berat di keluarkan oleh Andrian. Dia mengusap sebelah tangan Bianka dan menuntunnya meminta duduk di atas pangkuan.
" Dari dulu kamu tidak pernah berubah. Kamu selalu tau apa yang bisa menyenangkan ku."
" Tentu saja. Aku adalah belahan jiwa mu. Tapi sayanya om Hendrik malah menikahkanmu dengan wanita lain." Bibir Bianka langsung mengerucut. Wajahnya berpaling dari pandangan Andrian.
" Hahh.. aku juga tidak paham apa sebenarnya mau papa. Bisa-bisanya dia malah menikahkanku dengan wanita culun itu." Tak kalah lemasnya. Andrian juga malas jika mengingat Lasya.
" Ini salah ku juga sih karena aku pergi ke korea! Tapi kamu kan tahu sendiri, aku pergi karna aku mengejar cita-citaku."
Bianka kembali mengarahkan tatapannya menghadap Andrian.
" Ya.." balas Andrian singkat.
" Udah jangan lesu kayak gini dong. Gimana kalau aku nyenengin kamu!" Ke dua tangan bianka ia kalungkan ke leher Andrian. Membuat senyum Andrian tertarik sedikit.
Bianka perlahan-lahan menundukkan wajahnya.
•
Lasya dengan tertatih-tatih turun dari tangga.
Dia berniat untuk makan. Terlihat berbagai menu sarapan sudah tersaji di meja makan.
" Sekarang aku harus sarapan sendiri." Gumamnya dengan sedih.
" Nona, anda ingin sarapan? Anda mau di buatkan minum apa?" Tanya pelayan di sana.
" Bisa tolong buatkan jus. Aku tidak tau tubuhku rasanya lemas sekali." Jawab Lasya.
" Tentu saja bisa. Anda mau jus apa?"
" Apa saja."
" Baiklah."
Pelayan itu pergi dari sana. Lasya mulai mengambil makanan. Perutnya sudah keroncongan. Walau dia tidak tau apa yang terjadi pada malam pertamanya tadi malam. Tapi dia masih mengingat bagaimana rasa sakit yang menyerangnya hingga dia menjerit.
Tiba-tiba dia merasakan nyeri di bagian bawah nya lagi. Terpaksa dia menunduk demi menahan rasa sakit yang kembali menderanya.
" Nona, anda tidak apa-apa?" Suara pelayan kembali menyapa. Memaksa Lasya untuk kembali menegakkan wajahnya.
" Tidak apa-apa kok." Kilahnya. Dia rela berbohong demi menutupi hal yang sebenarnya. Akan sangat malu jika ada yang tau kalau dia kesakitan karena malam pertama yang baru saja dia lakukan.
" Ini jus nya. Saya membuatkan anda jus apel." Pelayan ini meletakkan gelas berukuran besar ke samping Lasya.
" Saya permisi." Pamitnya dengan sangat sopan.
" Iya terima kasih."
Lasya mulai menyeruput minumannya menggunakan sedotan. Rasa segar manis seketika dia rasa. Perasaannya seketika merasa sedikit lega.
" Ini akan lebih bagus kalau Andrian sarapan di sini juga." Keluhnya. Dia mulai menyesali karena sudah bangun terlambat.
••
" Andriaaannn...." panggil Bianka mendayu-dayu lagi. Panggilannya yang secara khas ini selalu berhasil menyentuh hati Andrian.
" Ada apa." Balas Andrian dengan membenarkan jas nya.
Bianka memandangi postur badan Andrian yang terlihat sempurna dari belakang. Mengingat apa yang baru saja mereka lakukan Bianka langsung tersenyum.
" Kamu selalu saja gagah. Kamu tidak pernah gagal membuat ku senang, aku sangat mencintaimu." Puji Bianka dengan posisi masih tiduran di kursi.
" Tapi... sayangnya kamu suami orang lain." Imbuh Bianka dengan nada mencibir.
" Diamlah, itu juga salah mu." Balas Andrian yang tak kalah mencibir juga.
" Cih..." Bianka langsung saja berdecih pelan. Dia lantas duduk dan membenarkan pakaiannya.
" Oh ya, aku pergi dulu ya. Aku harus spa, badan ku rasanya remuk meladeni nafsu mu sayang." Ucap Bianka.
" Jangan panggil aku sayang." Balas Andrian ketus. Tanpa memalingkan wajahnya, dia terus menatap laptop yang menyala.
" idiihhh.. gak mau di panggil sayang tapi di embat juga." Bianka menggoda dengan berlalu pergi. Dia terkekeh geli melihat ekspresi Andrian yang langsung menatap tajam.
Bianka sudah ada di luar ruangan Andrian. Dia berhenti sesaat menatap ruangan Salsa.
Tok..
Tok..
Dengan sangat sengaja Bianka mengetuk meja Salsa, dia menunjukkan seringainya.
" Kamu, lihat saja. Kamu akan menjadi orang pertama yang aku pecat." Ucap Bianka dengan menunjuk Salsa.
Salsa kali ini memilih tidak menjawab apa-apa. Dia sangat tahu kalau wanita di depannya ini adalah wanita dekat tuan Andrian, atasannya.
Walaupun kesal, dia memilih untuk tidak membuat gara-gara.
" Jawab dong! Kenapa diam saja. Udah jadi bisu ya." Goda Bianka. Dengan sangat sengaja dia melayangkan hinaannya.
Salsa hanya bisa menghela napas pelan, sangat pelan.
Bianka yang melihat ke terdiaman ini langsung tertawa. Dia langsung merasa menang.
" Ingat, kamu jangan pernah macam-macam denganku. Aku... adalah wanitanya Andrian, bos mu. Sekali lagi kamu membuatku kesal. Aku sangat menjamin namamu sudah tidak akan lagi terdaftar di perusahaan ini."
Dengan sangat bangga Bianka terus mengancam Salsa. Dia yang merasa senang kini sudah pergi begitu saja.
" Sabar Salsa... sabaaarrrrr.. jangan emosi, kamu gak boleh emosi, ingat...." Salsa menarik napas dan membuangnya secara perlahan. Bibirnya menipis dan tangannya mengepal.
•
" Iya ma, mama tidak perlu khawatir. Aku bahagia kok."
Lagi-lagi Lasya teleponan dengan mama-nya. Mama-nya itu bahkan setiap hari menelponnya.
" Mama senang dengarnya. Oh ya kamu sedang apa sekarang?" Tanya mama Danita.
" Aku.." Lasya mengedarkan pandangannya. " Aku sedang bersantai ma. Aku sedang duduk di halaman. Di sini ternyata banyak sekali bunga-bunga ma. Aku tidak menyangka kalau mas Andrian suka bunga juga." Jawab Lasya yang memang sedang melihat jajaran bunga yang terawat. Bahkan beberapa bunga itu juga terlihat bermekaran.
" Waahh.. sepertinya mama pengen deh liat ke sana. Tapi yah mau bagaimana lagi. Kita kan sudah sepakat, tidak akan datang kesana untuk beberapa bulan."
Lasya langsung menipiskan bibirnya. Dia seketika teringat akan kesepakatan konyol itu. Tapi mau bagaimana lagi, itu adalah permintaan Andria, dan Lasya harus menurut.