Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagi Kebahagian
Setelah mandi Ben mengambilkan kado untuk Nabil yang ia sediakan khusus. Di beli saat ia mampir ke Singapura.
"Sayang. Ini untuk mu. Bukalah.." Ben menyerahkan paperbag yang ukurannya kecil. Nabil membukanya.
Ada sepasang liontin dan kawan-kawannya. Nabil bengong melihatnya. " Ini pasti mahal ya Bang." Nabil menolaknya.
Ben mengambilnya kembali, Nabil melongo. Di bukanya dan dipasangkan pada tunangannya tersebut. .
Nabil terharu diperlakukan manja begitu oleh Ben."Makasih. Cantik sekali."Bahagia Nabil.
Ben mengangguk tersenyum. " Tapi lebih cantik kamu yang." Jawab Ben romantis.
"Gombal.." Nabil tersenyum malu.
Ben terkekeh. " Gombal pada yang lain baru nggak boleh. Masa sama calon istri aja di larang." Goda Ben lagi.
Sorenya Ben pun mengantarkan Nabil pulang. Ia ingin berbicara pada Ayah Hendra nya. Mengenai rencananya 3 bulan ke depan.
Ben pun membelikan orang rumah mertuanya martabak manis yang kebetulan lewat di samping Meraka saat lampu merah.
Bagi mereka. Asalkan bersih nggak masalah belanja di mana.
Sampai di rumah. Nabil langsung masuk kamar ingin mandi. Gerah karena sudah seharian di luar.
"Kok bawa lagi sih nak Ben. Oh ya makasih jamnya. Bagus.. Ayah suka." Ujar Pak Hendra pada mantunya.
"Sama-sama Yah. Tata pun mengucapkan terimakasih. mereka berdua dapat jam tangan Merk Guci asli yang harganya sekitar 10 jutaan.
"Tadi ayah lihat di google. Harga Jam Tangan Pria Gucci Sync Full Black XXL Rp 9.650.000. Nak Ben jangan terlalu royal pada kami. Kami merasa nggak enak." Pak Hendra sungkan.
"Eh.. Ayah jangan gitu dong. Ben sayang sama Nabil. Tentu Ben juga harus sayang kalian juga." Ujarnya tersenyum.
"Iya nak. tapi ini kan terlalu berlebihan. Gimana cara kami membalasnya." Sekarang Mei yang juga dapat gelang cantik.
"He..he.. Bunda tahu aja. mudah kok Bund. Bisa kan kami menikah setelah Ben kembali lagi melaut 3 bulan depan." Tanya Ben yang tidak ada sangkut pautnya.
Hendra tertawa. Ia merasa di sogok oleh menantunya." Jadi ini sogokan nih." Tanya Pak Hendra.
Ben salah tingkah dan mengusap kepalanya bagian belakang. " He.he. Bukan begitu Yah. Ini murni hadiah dari Ben. Masalah nikah itu beda lagi. Ben takut khilaf kalau terlalu lama bertunangan." Jawabnya jujur.
Pak Hendra pun mengangguk, Nabil yang baru keluar dari kamar. Berdiri terpaku menunggu jawaban dari ayahnya. Karena tak seorang pun menyadari kehadirannya.
"Ben. Biaya pesta itu mahal..kalau 3 Bulan. Dari mana kami dapatkan uang untuk Acara nya. Nak Ben kan sendiri tahu kehidupan kami." Desah Mei berat.
Ben memegang tangan Mei lembut." Kalau masalah dana. Jangan Bunda pikirkan. Ben akan kirimkan lagi lewat Nabil, di ATM itu sudah ada 500. Jika masih kurang nanti Ben tambah ya. Bagi Ben sekarang..Bunda dan Ayah setuju dan merestui pernikahan kami, Ben sudah bahagia."
Nabil terkejut." Maksud Abang 500 juta.?" Tanya Nabil yang fokus dengan uang yang ada di ATM. Kalau tahu ia tidak mungkin menerimanya.
Ben mengangguk. Nabil ingin mengambilnya lagi. Tapi Ayahnya memintanya duduk.
"Duduklah nak. Ada yang harus kita bahas." Perintah Pak Hendra serius..
Nabil duduk di sebelah Ben. Karena hanya kursi itu yang kosong." Tadi Nak Ben minta di percepat 3 bulan lagi. apakah kakak bersedia." Pak Hendra menatap anaknya yang terlihat pasrah.
"Apakah Kakak masih bisa menolaknya.?" Tanya Nabil menatap Ayahnya.
Pak Hendra diam sejenak. Ia menghela nafas dalam. "Nak. Dari awal ayah kan sudah bilang kalau mau menerima nak Ben. berarti kakak harus siap kalau suatu saat, pernikahan itu akan diadakan." Nabil mengangguk.
Benar! saat Ayahnya bicara.Ayah mengingat kannya. Untuk berpikir dulu hingga ia di larang bertemu Ben untuk beberapa waktu. Tapi nyatanya malah ia sendiri yang melanggar,dan minta bertemu dengan Ben atas usul sahabatnya. Ia lupa ada perjanjian antara dirinya dengan Ayahnya.
"Baiklah Nak Ben. Sesuai perjanjian kita. Setelah kembalinya Nak Ben mendatang pernikahan di langsungkan. Dan kami akan siapkan semua sesuai permintaan nak Ben. Kalau begitu Nak Ben urus lah di bagian kantor. Kami tentu tidak paham." Ujar Pak Hendra menasehati
"Baiklah Ayah. Kalau begitu. Ijin pinjam fotocopy KK dan KTP adek sekalian." Ben minta pada Nabil.
Nabil akhirnya masuk kamar juga sekalian mengambil ATM yang di berikan Ben tadi.
Ben heran melihat ATM itu di atas meja.
"Loh. Ko di bawa ke sini dek. Oh ya lupa. Biar Abang tambah aja sekalian untuk biaya pesta nanti. 500 lagi Samapi kah Bund.?" Tanah Ben pada Mei di depannya.
"Apa.. Tapi tadi kan udah ada di ATM nya kok tambah lagi. Udh itu ajalah udah cukup tuh." Tolak Mei tegas.
Ben hanya tersenyum ia mengotak Atik Handphonenya. Ada notif masuk ke handphone Nabil
"Udah Abang kirim dek. cek Handphonenya. " Ujar Ben memberi kode pada Nabil.
Nabil pun mengangguk. Ia membuka pesan. "800 juta. Ini.." Ujar Nabil histeris.
Hendra merebut handphone milik anaknya. Matanya membulat. Dan menggeleng begitu juga Mei yang melihatnya.
"Maaf nak Ben. Ini sangat banyak. apa kata orang tua nak Ben." Ujar Hendra serius.
Ben tersenyum. " Ayah Bunda nggak usah khawatir. Untuk Ayah Ibu sudah ada jatahnya. Ben sudah buatkan mini market untuk pemasukan Ibu tiap bulan. Tuh yang ada di gang depan. Ibu akan mengeceknya saat pagi dan malam. sedangkan Ayah hasil wisata yang di cek sekali sebulan atau bila Ayah datang berkunjung ke tempat wisata Bunda kemarin. sedangkan Fadhil juga sudah ada juga kafe yang Ben buatkan untuk pemasukan nya sendiri. Jadi wajar kan sekarang Ben juga bagi kebahagian pada kalian. Apalagi ini untuk acara Ben juga Jangan tolak ya Bund Ayah." Terang Ben.
Hendra dan Mei memanggil. Ada rasa syukur di hati mereka. Sedangkan Nabil hanya diam membisu. baru saja mereka bertunangan. Ben sudah banyak memanjakannya.
"Sampaikan terimakasih kami pada orang tuamu. Yang telah melahirkan anak sebaik kamu dan di berikan pada kami." Ujar Hendra akhirnya pasrah.
Tadi ia sudah bingung mau cari dimana untuk biaya pesta anaknya jika Ben mendesak untuk menikah cepat seperti penjelasan istrinya saat ia pulang tadi.
"Baiklah Ayah. Bund. Ben pamit." Hendra langsung memeluknya erat. Ada rasa haru di hatinya.
Nabil mengantar Ben ke mobilnya." Makasih Bang." Ucap Nabil saat Ben mau buka pintu.
Ben mengerutkan keningnya." Untuk..!"
Nabil bingung juga." Untuk semuanya." Jawab ketus Nabil.
Ben terkekeh. "Udah jaga diri. Abang pulang dulu ya." Nabil pun mengangguk. Ia berdiri di sana sampai mobil Ben menghilang.