Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Duka dan Amanah
Alegria bersenandung pelan dengan langkah kaki yang begitu riang menyusuri lorong yang menjadi pembatas antara fakultas hukum dan psikologi. Ia hendak menuju parkiran dimana Aldric sedang menunggunya.
"Ade!"
Alegria menoleh, senyumnya merekah saat melihat sosok yang memanggilnya. "Ehh, Alina." sapanya dengan sangat ramah.
Perempuan yang bernama Alina itu sedikit meringis, lalu tersenyum setelahnya. Ia mendekati Alegria dan memberikan sebuah undangan. "Buat Lo, jangan lupa datang yah."
"Eh, iya. Ciyee yang sudah mau 21." goda Alegria.
"Heheh. Ditunggu kedatangannya. Di Cakrawala tapi."
"Kok jauh?" heran Alegria.
"Beberapa teman kampus penasaran dengan kota kecil yang indah itu. Jadi yah, sekalian saja."
Alegria lalu mengangguk mengerti. "Aku usahakan." ucapnya.
"Oke deh."
Jika Alina yang kalian pikirkan adalah Alina temannya Alegria, atau Alina yang jalan berdua dengan Argan, selamat! Dugaan anda benar adanya.
Alegria masihlah orang yang sama. Senyumnya masih hangat dan selalu merekah. "Maaf membuat papi menunggu. Hehe."
Aldric terkekeh kecil melihat ekspresi menggemaskan anaknya. "Gimana?"
"Tanggal 17 nanti udah bisa seminar hasil, papi." jawab Alegria dengan penuh semangat.
"Asiiik. Pantesan senang gini. Selamat sayang." Aldric tentu saja ikut merasa bahagia dengan pencapaian Alegria saat ini. "Kalau gitu, kita jemput mami di butik dan makan-makan." katanya lagi.
"Let's go!" seru Alegria.
✨✨✨
Namun kebahagiaan yang dirasakan Alegria tidak berlangsung lama, karena dini hari keesokan nya, ia mendapatkan kabar duka jika Ersya meninggal. Lelaki itu mengalami anfal dalam tidurnya. Di sisi lain, Emilia juga mengalami kontraksi, padahal janinnya belum cukup usia untuk dilahirkan.
Hal itu membuat Alegria sudah berada di atas pesawat padahal sekarang masihlah jam 7 pagi. Baginya, Ersya dan Emilia sudah seperti adik sendiri, sama seperti Rafa dan Faiz. Apalagi sejak Anta dan Liona tiada, kedekatan mereka semakin erat. Ale dan Aruna sudah seperti mama kandung Kevin, Ersya dan Emilia.
Tiba di bandara, ternyata sudah ada Alden yang menunggu kedatangan adiknya. "Sabar, dek." ucapnya sambil menepuk pelan pundak adiknya. Tanpa menunggu lama, ia menginjak pedal gas sehingga mobil perlahan berjalan menuju kediaman Ersya.
"Ibu dimana?" tanya Alegria saat mobil sudah berhenti.
"Ibu di rumah sakit bersama kak Kevin. Beliau sedang menemani Emilia. Masuklah, ada mama Aruna di dalam."
Alegria lalu meninggalkan kakaknya dan melangkah memasuki rumah duka. Ia disambut dengan tangis kesedihan Aruna yang begitu menyayat hatinya. Tubuhnya seolah kehilangan tenaga saat melihat wajah pucat pasi dengan senyum menawan pada jasad Ersya. Adiknya benar-benar telah pergi untuk selama-lamanya.
"Anak ayah kuat, yah." ucap Airlangga kepada anaknya. Ia juga tentu merasa kehilangan.
Alegria hanya bisa mengangguk.
Drrrttt drrrtttt drrrtttt!
"Tunggu sebentar, ayah angkat telpon dulu. Mbak, titip Yaya dulu." pamit Airlangga.
Alegria lalu di dekap oleh Aruna. "Aa adik meninggal ma."
"Iya, sayang. Kita sama-sama menguatkan yah." Aruna menepuk pundak Alegria.
Sementara Airlangga yang baru saja menerima telpon, tanpa sadar menjatuhkan ponselnya.
"Ayah!" Alden dan Adnan dengan cepat memapah Airlangga ke sofa di living room.
"Minum dulu, yah." Alden membantu ayahnya minum air.
"Emilia dinyatakan meninggal setelah mengalami pendarahan hebat. Tepat pukul 8 pagi ini." beritahu Airlangga.
Baik Alden maupun Adnan, keduanya sama-sama terpaku mendengar ucapan Airlangga barusan.
"Bayinya selamat, tapi butuh perawatan intensive. Kata Kevin, badannya sangat kecil."
Hingga se-jam kemudian, para pelayat dibuat tercengang dengan kedatangan ambulans yang membawa mayat Emilia. Aruna bahkan pingsan saat mengetahui fakta menyakitkan ini. Kondisi Alegria dan ibunya juga tidak berbeda jauh.
"Anak-anak kita, mas." meskipun bukan anak kandungnya, Aruna tentu saja merasa kehilangan.
Arslan menenangkan istrinya dengan pelukan. Ersya ditinggalkan oleh kedua orang tuanya saat umurnya masih 10 tahun, masih duduk di bangku sekolah dasar. Anak itu lalu dibesarkan Araya dan Sky hingga SMP dan setelahnya Aruna dan Ale lah yang membersamai nya. Mereka para orang tua, tidak membeda-bedakan anak-anak, sehingga tercipta ikatan yang kuat diantara mereka padahal tidak terikat darah.
Butuh waktu 3 hari bagi mereka semua untuk mencerna keadaan. Tidak banyak obrolan yang terjadi setelah pulang dari pemakaman 3 hari yang lalu. Namun tidak untuk hari ini, apalagi saat kedatangan 3 orang lelaki dengan pakaian yang begitu rapi. Mereka adalah notaris dan juga pengacara Ersya dan Emilia. Meskipun usia keduanya masih cukup muda, namun keduanya sama-sama cerdas, apalagi Ersya. Menjadi putra dari seorang prajurit dan seorang dokter dengan background old money, sudah pasti ada banyak hal yang telah dipersiapkan.
"Pak Kevin." sapa salah seorang diantara ketiganya. "Maaf karena kita bertemu dalam keadaan duka seperti ini. Dan maaf pula karena kami datang secepat ini."
"Dimengerti, pak." kata Kevin.
"Bisa tolong dihadirkan perempuan yang bernama Alegria Danantya FH, bapak Airlangga AD dan Bu Arunika FH?"
"Tunggu sebentar, pak." pamit Kevin. Ia lalu memanggil 2 orang lainnya untuk bergabung.
Setelah semuanya hadir, sang notaris terlihat membuka sebuah map dan mengeluarkan beberapa lembar kertas di dalamnya. "Mohon perhatiannya bapak dan ibu sekalian. Ini adalah surat yang dititipkan oleh almarhum beberapa waktu lalu. Izinkan saya membacanya."
"Kepada mama Aruna, ayah Airlangga, kak Kevin dan juga kak Yaya, juga kepada seluruh keluarga. Bersama dengan surat ini, Ersya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya. Terima kasih telah menyayangi Ersya, membimbing dan merangkul Ersya disisa perjalanan saat ayah dan bunda telah tiada. Permohonan maaf yang sebesar-besarnya tentu tak lupa Ersya sematkan. Maaf, karena anak / saudara nakal kalian ini belum bisa memberikan yang terbaik dan membalas semua kebaikan yang telah mama Aruna, papa Arslan, ayah Airlangga dan ibu Ale lakukan...."
Brrrukkk!
Aruna kembali pingsan hanya karena mendengar surat anaknya dibacakan. Ersya tentu sangat berbeda dengan Adnan, Kevin maupun Alden yang lebih suka berolahraga ataupun belajar. Ersya ini sosok anak yang pecicilan, jahil luar biasa sampai Aruna maupun Airlangga dipanggil ke sekolah karena ulah Ersya.
"Untuk menindaklanjuti wasiat yang diberikan oleh mendiang pak Ersya dan Bu Emilia atas hak asuh anaknya yang hendak diberikan kepada Bu Alegria, kami diminta untuk meminta pendapat pak Kevin dulu." ucap sang pengacara.
Kevin hanya mengangguk. Di dalam surat tadi, Ersya juga menyampaikan alasannya kenapa memilih Alegria untuk dijadikan ibu bagi anaknya. "Saya sama sekali tidak keberatan, pak. Bahkan saat keduanya masih hidup, mereka memang sudah mengatakannya secara langsung kepada Alegria. Hanya saja saat itu kami masih belum paham kemana arah pembicaraannya. Tapi sebelum itu, tolong tanyakan kepada yang bersangkutan dan juga orang tua yang bersangkutan, karena kita sama-sama mengetahui jika Alegria kini masih menempuh pendidikan, takutnya bakalan terganggu."
"Kak, ngomong apasih?" marah Alegria.
"Dek, ikut ayah ke belakang dulu." panggil Airlangga pada anaknya. "Kami pamit ke belakang dulu, pak." pamitnya.
Alegria mengikuti langkah kaki ayahnya ke sebuah ruangan. Lalu tidak lama kemudian, ibunya menyusul. "Adek beneran mau jagain dedek bayi, ayah. Serius." ucapnya.
"Tidak semudah itu, sayang. Ada banyak hal yang perlu Yaya pertimbangkan." ujar Airlangga.
"Kenapa kak?" tanya Ale yang tidak mengerti arah pembicaraan suami dan anaknya.
"Ersya dan Emilia memilih Yaya untuk menjadi penanggung jawab anak mereka." beritahu Airlangga.
Ale terkejut mendengarnya. "Kok bisa? Kevin gimana? Mbak Aruna?"
"Kevin dan mbak Aruna lewat, maunya Yaya."
"Boleh ya ayah, ibu?" mohon Alegria. Ia seolah melupakan kesedihannya karena diimingi bayi kecil.
"Nak, gak mudah lho menjadi seorang ibu. Apalagi adek juga belum menikah dan sekarang masih kuliah. Takutnya nanti adek bakalan terganggu dan bikin bayinya merasa tidak nyaman." ucap Ale.
"Ibu, kok bilang gitu sih? Apa pula hubungannya adek belum nikah dan kuliah sambil besarin anak?
Ale dan Airlangga menghela napasnya.
"Bagaimana kalau suatu saat nanti adek menjalin hubungan dengan orang lain, namun orang tersebut tidak menerima keberadaan bayi? Ibu hanya tidak ingin adek merasa menyesal dikemudian hari."
"Ya gak usah nikah, ibu. Kan sudah punya anak heheh."
Tuk!
Ale menyentil pelan kening anaknya. Ia lalu menatap suaminya, meminta pendapat.
"Ayah izinkan-"
"HOREEE!"
"Belum selesai Yaya!" tegur Airlangga.
"Lanjutannya apa, ayah?"
"Ini adalah kesepakatan diantara kita berdua, ibu yang jadi saksinya. Hari ini ayah mengizinkan adek untuk menjadi ibu asuhnya si bayi. Tapi dengan syarat, adek juga harus mengikuti keinginan ayah besok lusa." ucap Airlangga.
"Apa keinginan ayah? Hari ini juga ku lakukan ayah." Alegria kelewat excited.
Airlangga mengangkat kedua bahunya acuh. "Belum tahu. Tapi tunggu saja." katanya.
"Asyik, terima kasih ayah, ibu. Ciyeee sebentar lagi jadi opa dan Oma hihihi." Alegria berjingkrak-jingkrak senang, seolah baru saja mendapatkan hadiah segepok uang ditengah jalan.
Butuh waktu sekitar 5 jam lamanya untuk menyelesaikan beberapa hal terkait dengan amanah Ersya dan Emilia tinggalkan.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘