Bratt Wilson, pria berdarah Inggris-Indonesia yang sudah menginjak usia 35 th. Diusianya yang sudah matang, Bratt memilih untuk tidak menikah. Karena trauma melihat kehancuran rumah tangga orangtuanya, membuat Bratt menganggap pernikahan hanya lah tempat untuk menambah masalah hidup.
Meski tidak menikah, Bratt masih bisa menyalurkan hasratnya dengan memakai jasa wanita bayaran.
Hingga akhirnya Bratt bertemu dengan Alea Andara. Rasa ingin memiliki Alea sangat lah besar meski Bratt tahu kalau Alea sudah memiliki suami.
Apakah rasa ingin memiliki itu hanyalah sekedar obsesi Bratt atau karena memang Bratt telah jatuh cinta pada Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Penggerebekan
Lima menit pun berlalu.
"Sepertinya sekarang sudah waktunya. Ayo kita naik ke atas." Ajak Bratt.
Alea yang sedari tadi memang tidak sabaran pun menganggukkan kepalanya lalu berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan Bratt menjentikkan jarinya memberi kode pada Dan untuk mulai beraksi.
Dan yang melihat itu pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Bratt dan Alea.
"Apa sudah bisa beraksi?" Tanya Dan.
Bratt menganggukkan kepalanya lalu merangkul leher Dan dan mereka pun jalan terlebih dulu menuju lantai atas dan diikuti Alea dari belakang.
Tapi langkah mereka harus terjegal oleh penjaga yang berjaga di depan lift saat mereka hendak memasuki lift. Karena hanya yang memiliki kartu member Diamond sajalah yang bisa memakai fasilitas lift itu dan juga lift itu memang langsung menuju ke lantai dimana private room mewah para member Diamond berada.
"Maaf, lift ini hanya untuk orang khusus." Ucap salah satu penjaga.
Tanpa banyak bicara, Bratt langsung mengeluarkan kartu member Diamond-nya dan menunjukkannya pada dua penjaga-nya.
"Silahkan lewat Tuan." Ucap dua penjaga itu.
Bratt, Alea dan Dan pun melanjutkan langkah kaki mereka menuju lift, lalu masuk ke dalam lift dan menutup pintu lift.
Ting. Tak sampai tiga menit, lift pun terbuka tanda kalau mereka sudah sampai di lantai dimana private room yang setara dengan kamar hotel mewah berada.
Di lantai ini tak ada penjaga, karena di lantai ini privasi member Diamond sangat dijaga, makanya pihak klub memberikan lift khusus untuk para member Diamond.
"Di room berapa mereka?" Tanya Dan.
"Di room 6." Jawab Bratt.
Hanya ada dua puluh private room, namun yang berada di lantai itu ada sepuluh dan sepuluh lagi berada di lantai atas-nya lagi. Namun untuk naik ke lantai atas-nya lagi dengan menggunakan tangga.
Mereka pun berjalan ke room enam.
Sesampainya di depan pintu room enam, Dan pun mengeluarkan satu alat pendeteksi yang entah apa namanya hanya Dan yang tahu dari dalam tas-nya.
Tanpa membongkar handle pintu yang sudah diberi pin password dan hanya cukup menempelkan alat yang Dan keluarkan itu, Dan bisa langsung membuka pintu tanpa mengeluarkan suara bip bip bip.
Ceklek. Pintu terbuka.
"Woah.." Bratt terpukau melihat kecanggihan alat yang Dan bawa.
"Apa ini alat baru mu?" Tanya Bratt, karena sewaktu membobol unit apartemen Nyonya Rebecca, Dan tidak menggunakan alat itu.
Dan menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kau tidak memakai alat itu saat kita.."
"Ini alat baru, butuh waktu lama untuk mempelajari alat ini agar tidak sampai mengeluarkan bunyi saat kita berhasil membuka pintu." Jawab Dan.
"O.." Bratt hanya membulatkan mulut-nya.
"Kenapa jadi ngobrol disini? Ayo cepat kita masuk!!" Ucap Alea tak sabaran.
Dengan perlahan dan sangat hati-hati Bratt membuka pintu lalu masuk ke dalam room dan diikuti Alea dan Dan.
"Ough.. ah.. aku sangat menyukai-nya Jonas, oh.. ayo lebih dalam Jonas!!" Suara racauan langsung menyambut mereka saat mereka sudah masuk kedalam.
Mata Alea membulat mendengar racauan seorang wanita, tubuhnya bergetar hebat, sangking bergetarnya kaki-nya sampai tidak bisa melangkah.
"Kenapa diam? Ayo! Tadi kau bilang ingin cepat-cepat memergoki suami mu." Tanya Bratt dengan suara berbisik.
"Sepertinya saya tidak sanggup Tuan." Balas Alea.
"Tarik nafas, buang." Bratt memberikan instruksi pada Alea dan Alea mengikutinya.
"Tarik lagi, buang lagi." Instruksi Bratt lagi. Dan Alea mengikuti arahan Bratt lagi.
"Ough.. Jonas. Aku sudah tidak tahan, ayo masukkan! Berikan aku kepuasan!" Suara racauan Nona Edeline lagi.
Mendengar itu makin bergetar saja tubuh Alea.
Melihat Alea yang kembali bimbang, membuat Bratt jadi geram dan tidak sabaran. Hanya tinggal selangkah, masa mereka harus mundur hanya karena Alea yang tak sanggup melihat suami-nya memuaskan wanita lain.
"Dan, nyalakan video kamera mu!" Perintah Bratt. Dan pun menganggukkan kepalanya.
"Ayo." Bratt menarik tangan Alea menuju kamar.
"Tuan..." Cegah Alea sambil menggelengkan kepalanya, seolah ingin mengatakan 'cukup sampai disini, aku tidak sanggup.'
Tapi Bratt tidak memperdulikan Alea, ia tetap menarik tangan Alea menuju kamar itu dan Dan mengikuti dari belakang dengan kamera yang sudah siap merekam aksi Jonas dan Nona Edeline.
BRAAAK.. Bratt membuka pintu dengan sekali tendangan.
Terlihatlah pemandangan yang sangat memilukan bagi hati seorang istri, dimana suami-nya sudah dalam keadaan polos sedang menyatukan tubuh-nya dengan wanita lain.
*
*
*
Bersambung...