Seseorang tidak akan bisa lari selamanya pasti dia akan berhenti karena kelelahan
Elise yang bersembunyi sekian lama akhirnya tertangkap lagi
"Aku menemukan mu" _Ethan.
Mau tahu kisah serunya?
AYO MULAI BACA!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jane Alicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Nana & Jeon
"Apa kami harus menangkapnya?" Nana bertanya dengan semangat
"Tidak jangan langsung menangkapnya, tapi ambil beberapa foto dan vidio mereka lalu pergi dari sana, hanya itu saja" Elise berbicara dengan jelas
"Baik Kak" Nana dan Jeon segera pergi kearah yang di kirimkan Elise, Elise mendengar semua pembicaraan mereka berdua karena mereka masih memasang ear phone mereka saat berbicara
---------------------
Jeon dan Nana datang keperusahaan sebelum Elise bekerja disana, banyak pembicaraan mengenai mereka berdua karena sulit untuk bergaul dan karena itu mereka sering bekerja di tempat-tempat yang tidak terduga
Nana dan Jeon adalah anak yatim piatu yang tinggal di pinggiran, mereka di keluarkan dari panti asuhan karena usia mereka yang sudah dewasa. Beberapa kali mereka bertemu dengan preman jalanan dan mereka selalu berhasil kabur dengan susah payah
Di malam yang sepi Nana dan Jeon masuk ke dalam warnet dan menggunakan satu komputer, pemilik warnet itu selalu mengawasi mereka karena penampilan mereka yang terlihat berantakan
Tuan Afi menemukan Jeon dan Nana saat dia sedang pergi ke warnet-warnet kecil di pinggir kota, pertemuan mereka bisa di sebut sebagai keberuntungan
Saat Tuan Afi datang dia menemukan Nana dan Jeon sedang di pukuli oleh pemiliki warnet, awalnya dia merasa terkejut tapi setelah melihat salah satu komputer yang mengeluarkan asap dan melihat penampilan mereka berdua dia akhirnya mengerti
"Ada apa ini Tuan kenapa anda memukul anak-anak?" Tuan Afi meminta orangnya untuk mengehentikan mereka
"Tuan sebaiknya jangan ikut campur, mereka ini adalah gelandangan yang merusak komputer kami"
"Kami tidak mnerusaknya, hanya kualitas komputermu saja yang jelek!" Nana menentang perkataan pemilik warnet itu
"Nana hentikan.." Jeon menarik Nanan agar diam dan menyembunyikan Nana di belakangnya
"Tidak Jeon kita tidak salah, kita hanya memakainya sebentar tapi komputernya langsung mengeluarkan asap, komputernya yang tidak berkualitas" Nana mencoba melawan kembali
"Dasar kurang ajar berani-beraninya kau! Aoa yang kau tahu tentang komputer hah?! Kau itu hanya anak jalanan yang tidak diinginkan!" Pemilik Warnet itu ingin memukul mereka lagi tapi langsung di tahan oleh orangnya Tuan Afi
Jeon melindungi Nana dengan tubuhnya, hal itu membuat Afi merasa melihat dirinya sendiri saat belum memiliki apa-apa
"Lihat Tuan, mereka ini memang tidak pantas untuk di ampuni!" Pemilik Warnet itu menunjuk mereka dengan kasar, bahkan kakinya menendang bahu Jeon yang terlihat kurus
"Nak memangnya apa yang kalian lakukan pada komputernya? Apa kalian bisa menunjukkannya pada ku?" Afi berjongkok untuk menghadap mereka berdua
Jeon dan Nana saling memandang, mereka merasa ragu untuk beebicara pada Afi karena di lihat dari pakaiannyapun Afi bukanlah orang biasa
"Tidak perlu takut, aku tidak akan memukul kalian. Lihat ini kartu namaku, jadi tidak perlu takut" Afi memberikan kartu namanya pada Jeon
Mereka berdua berfikir sejenak, lalu Jeon berdiri untuk menunjukkan apa yang mereka lakukan pada salah satu komputer lain disana
"Tuan apa yang kau lakukan? dia akan merusak semua komputer disini" Pemilik Warnet itu merasa tidak terima dengan perkataan Afi
"Saya yang akan menggantinya jadi jangan khawatir, sebentar lagi mereka akan sampai disini" Afi berbicara acuh dan klebih tertarik pada Jeon yang sibuk dengan komputer di depannya
Belum beberapa menit komputer yang di gunakan Jeon sudah kembali mengeluarkan asap, dan mati karena tidak mampu menampung pekerjaan Jeon
"Lihatkan komputernya yang memang tidak memiliki kualitas sama sekali" Nana kembali berbicara dengan kesal
"Dasar anak pinggiran!" Pemilik warnet itu kembali memukul Nana
"Nana kau tidak apa-apa?" Jeon menghampiri Nana yang tersungkur ke lantai
"Tidak apa-apa" Nana bangkit berdiri dengan pipi yang terlihat memar
"Tuan jika anda memukul mereka lagi, saya bisa saja melaporkan anda kepihak kepolisian sekarang juga!" Afi melihat pemilik Warnet itu dengan tidak senang
Pemilik warnet itu terdiam di tempatnya dan komputer yang di pesan Afi sudah datang, karena melihat itu komputer terbaru dia langsung saja meminta Jeon dan Nanan pergi menjauh dari tempatnya
"Terimakasih sudah membantu kami Tuan, tapi kami tidak bisa melakukan apapun untuk membalas anda" Jeon dan Nana menunduk dalam pada Afi lalu pergi dari sana
"Kalian tidak perlu membalas perbuatanku dan aku tidak membutuhkannya" Afi berbicara lebut pada mereka
"Terimakasih Tuan!" Jeon dan Nana menunduk sekali lagi pada Afi yang terlihat sibuk mengatur orangnya utnuk memasng komputer yang baru saja datang
Jeon dan Nana pergi dari warnet itu dengan cepat karena tidak ingin terkena amukan lagi, Afi yang tidak melihat mereka di tempatnya tadi langsung saja mengejar dengan cepat
"Apa itu sangat sakit?" Jeon mengusap pipi Nana dengan pelan
"Aku tidak apa-apa Jeon, justru aku yang harusnya bertanya padamu, dari awal kau yang banyak terkena pukulan bukan aku" Nana berbicara dengan airmata yang mulai menetes di pipinya
"Aku tidak apa-apa, aku adalah Pria jadi aku harus melindungi perempuan, Lihat aku sangat kuat!" Jeon melap air mata Nana dan mencoba mengiburnya
Percakapan kedua orang itu bisa di dengar Afi dengan jelas, karena tidak menemukan mereka di sekitar warnet itu, dia menyuruh anak buah nya mencari mereka dan mereka menemukannya di dekat tempat pembuangan sampah
"Apa yang kalian lakukan disini?" Afi datang mendekat kearah mereka berdua
Mendengar ada yang datang mereka langsung berdiri dengan cepat dan menunduk memberi hormat
"Maaf Tuan kami akan pergi dari sini tapi tolong biarkan kami beristirahat sebentar saja disini" Jeon dengan cepat menyembunyikan Nana di belakangnya
"Aku tidak akan mengusir kalian, Siapa nama kalian?" Tuan Afi bertanya pada kedua orang itu
"Aku Nana dan dia Jeon" Nana menjawab dengan ragu
"Apa kalian bersaudara?" Afi duduk di tempat duduk mereka tadi
"Jangan duduk di situ Tuan, itu kotor dan bau" Nana berbicara dengan panik
"Lalu kenapa kalian bisa duduk disini kalau tahu ini kotor dan bau?" Afi berbicara dengan santai pada kedua orang itu
"Kami sudah biasa duduk disitu jadi kami tidak masalah dengan itu Tuan" Nana mencoba lagi
"Tidak perlu khawatir aku juga dulu sering tidur di atas ini, jadi jangan berfikir aku akan jijik" Tuan Afi tersenyum lembut pada Nana dan Jeon yang baru berusia 18 tahun
"Kenapa anda mencari kami sampai kemari tuan?" Jeon bertanya dengan waspada namun tetap sopan pada Afi
"Aku ingin membawa kalian denganku" Afi berbicara terus terang pada kedua orang itu
Jeon dan Nana hanya menatap dengan binggung dan waspada karena Afi bukan orang pertama yang mengajak mereka pergi
"Maaf Tuan tapi kami tidak bisa pergi dengan anda" Jeon langsung menarik Nana mundur
"Aku ingin membawa kalian bukan tanpa alasan, aku sudah melihat kemampuan kalian dan aku rasa kalian bisa bekerja di perusahaan milikku" Tuan Afi bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke arah mereka
Jeon dan Nana semakin mundur kebelakang, rasa takut karena ditipu berulang kali membuat mereka tidak bisa mempercayai siapapun
"Kalau kalian masih tidak percaya, datanglah ke alamat ini besok, aku menunggu kalian disana" Afi memberi mereka kartu namanya dan alamat perusahaannya dan pergi menjauh dari mereka
Jeon dan Nana berbisik di sana, sulit bagi mereka untuk percaya tapi melihat perbuatan Afi yang sudah banyak membantu mereka membuat mereka merasa tidak enak
"Kau mau pergi Nana?" Jeon bertanya pada Nana dengan serius
"Untuk yang terakhir kalinya, ayo kita pergi Jeon" Nana memegang erat tangan Jeon dan berjalan mengerjar Afi
"Tunggu kami Tuan!" Jeon dan Nana berlari mengejar Afi dan itu membuat Afi tersenyum lebar dan membawa mereka masuk kedalam mobil miliknya
Saat itulah Tuan Afi membawa mereka keperusahaannya dan melengkapi kebutuhan mereka. Tuan Afi tidak masalah dengan mereka yang kesulitan untuk bersosial dengan baik, karena dia sudah melihat langsung kemampuan kedua anak jalanan itu
--------------------