Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB DUA SEMBILAN
Tyas tak diizinkan masuk, Tyas hanya berjalan bolak balik di depan pintu. Sedang sang suami, baru saja masuk ke dalam ruangan tertutup itu bersama ayah mertua.
...°^\=~•∆•∆•~\=^°...
^^^Di dalam.^^^
"Jadi Rayyan jadi gembel nih?" Rayyan masih bernegosiasi dengan ayahnya. Aisha sudah pulang, tapi King mana tega membiarkan Ray sendirian dalam keadaan seperti ini.
Kartu kredit, ATM, semuanya sudah diminta Aisha karena bocah tengil itu mengaku bisa menafkahi Tyas sendiri. Entah apa yang ada di pikiran Aisha, King sendiri tak bisa paham.
Keduanya lelaki yang sama- sama takut pada wanita yang sama. Meski demikian, King masih memiliki hati, ia tetap harus urus urusan Rayyan sebelum kembali ke Jakarta.
"Ini uangnya, Tuan." Amplop coklat itu diberikan kepada King yang lantas menerimanya dengan baik. Pria itu kembali keluar, membiarkan King dan Rayyan bicara.
King tak benar- benar tega melihat seluruh kartu kredit anak nakal itu dikembalikan ke tangan istrinya. Maka, dia suruh bawahannya mengambil uang cash khusus untuk Rayyan.
"Datang ke kantor, itu gaji kamu!" Rayyan menyengir saat menangkap amplop coklat tersebut. "Kuliah kamu jangan sampai berhenti, bawa motor baru kamu buat kuliah."
Rayyan lebih melebarkan bibirnya yang tersenyum. Sedari awal Rayyan yakin jika Papap King kesayangannya takkan bisa mengelak dari kodrat seorang ayah.
Apa lagi, Rayyan ini anak paling tampan dibandingkan dengan tiga saudaranya. Jelas, dua Abangnya sudah lebih tua.
"Buktikan sama Mimi kamu, kamu bisa hidup lebih baik dengan istri kamu." Wejangan yang membuat Rayyan mendadak memberikan hormat dengan dua tangannya sekaligus.
"Siap!" Dan ketika Rayyan ingin mencium punggung tangan King, lelaki itu menepis tak mau menerimanya. Justru, King membuka gesper miliknya, dan menarik hingga terjuntai ke lantai.
Rayyan sempat melotot, sedikitnya dia paham jika ayahnya sudah mencabut sabuk dari pinggang, itu tandanya dia akan mendapat hukuman cambuk.
Sungguh, Rayyan tak menyangka hanya karena menikah diam- diam, dia akan mendapat hukuman seperti ketika dia tawuran di Jakarta. "Pap..."
"Sekarang buka bajunya!" titah King. "Jangan kira karena Papa bersikap baik sama kamu, terus kamu lolos dari hukuman. Dari pada dihakimi malaikat, mending Papa sendiri kan? Mumpung masih di dunia," ujarnya enteng.
Rayyan mundur, cengengesan. "Papap nggak usah capek- capek hukum Rayyan! Rayyan lebih memilih dihukum di neraka ajah Pap, nggak apa- apa, lumayan kan, Rayyan bisa minta foto bareng sama malaikat Malik."
"Buka bajunya!" King berteriak, itu hal yang sudah beberapa kali King lakukan saat anak nakalnya ini membuat kesalahan fatal. Dan lihat, bukan merasa bersalah, Rayyan justru menganggap ini lawakan.
Mungkin Rayyan pikir menyebabkan Aisha menangis itu tidak fatal. Tiga kali cambukan kecil cukup untuk memberikan efek jera.
"Buka bajunya, Rayyan!"
"Nggak mau!" Rayyan menolaknya. Dia terus berlari ke sana kemari, melompati sofa, bahkan nakas hanya untuk menepisnya.
"Tiga kali pecutan saja, setelah itu kamu boleh kemasi barang kamu dari sini. Mulai hidup sendiri. Mandiri, tunjukkan sama Papa, terutama Mimi kamu, tunjukkan kalo kamu anak bungsu King Miller!"
"Kenapa harus dibuktikan?" sela Rayyan.
"Papap curiga sama Mimi hah? Papap ragu Rayyan bukan anak kandung Papap? Papap nuduh Mimi ditikung Om Oland?"
"Anak ini!" King tersulut emosi, hingga mengayunkan gesper miliknya ke arah Rayyan dan mengenai pantatnya.
"Agh, Pap!" Rayyan berteriak histeris. Berlari keliling ruangan demi terus menghindari cambukan neraka khas ayahnya.
"Sakit King Miller!" Teriak reflek yang semakin menyulut amarah King. "Bilang lagi begitu!"
Bisa bisanya Rayyan menyebutkan namanya tanpa Papap. Anak ini benar benar membuat dirinya khilaf untuk melayangkan kembali cambuk nya.
Rayyan berteriak. "Anak Papap cuma empat, Mas Abil, Mas Alul, calon suami Kak Cadel, jadi kalo Rayyan ngambek nggak mau ikut ngangkat keranda Papap, bisa miring pocong Papap nanti!" peringkatnya.
"Emang dasar anak kurang ajar!" King terus melayangkan gespernya, sudah dua kali mengenai punggung, dan dia yakin setelah ini dia tak bisa tidur karena menyesalinya.
"Sakit, Tuan King Miller!"
Teriakan terakhir Rayyan, yang akhirnya mendapatkan pertolongan dari pria gagah yang baru saja tiba. "King!"
King menoleh sambil mengatur dada yang berderu saking kesalnya. Rupanya Daddy Axel sang ayah datang untuk Rayyan cucunya.
"Apa apaan kamu?!" Axel memeluk Rayyan yang juga memanfaatkan kedatangannya.
Rayyan tak pernah mendapatkan amarah saat Daddy Axel ada di sisinya. "Cucu Daddy yang ganteng ini dijadiin gembel, sekarang."
Aduan Rayyan membuat Axel terenyuh, dan lihatlah, ketika kemeja putih Rayyan disingkap, terlihat punggung yang merah.
"Rayyan dimiskinkan, padahal kesalahan Rayyan cuma nikahin cewek cantik doang."
King semakin emosi karena Rayyan mulai berdrama di depan ayahnya yang memang sangat menyayangi anak nakal itu.
"Sudah- sudah. Sembuhin dulu luka- luka kamu sana! Nanti setelah itu, ajak cucu mantu ku makan sama- sama!" titahnya.
Axel sempat melihat istri Rayyan di depan pintu ruangan ini, dan mereka sempat mengobrol. Axel rasa tak ada yang salah dengan gadis cantik itu, justru memuji karena selera Rayyan cukup tinggi.
Rayyan mengangguk, lalu keluar dengan langkah pelan sambil meringis. Dan ketika King menawarkan satu kali lagi cambukan, Rayyan menjawabnya dengan kata ancaman.
"Ingat, Tuan besar King Miller. Keranda anda miring, hahaha!"
Sontak King ingin sekali menghukumnya sekali lagi, tapi saat menyerang, Axel yang kini mencegahnya. "Sudah ... harusnya kamu sadar, dia itu kamu, King!" katanya.
...°^\=~•∆•∆•~\=^°...
"Mas..." Tyas yang sedari tadi hanya mondar- mandir cemas di depan pintu, gadis itu segera menyambut kedatangan suaminya.
"Peyuk...," pinta Rayyan. Dan ketika Tyas melakukannya, dia justru berteriak. "Atit banget, Yank!" serunya histeris.
Tyas reflek melepas, dan memeriksa punggung suaminya yang terluka. "Ya Allah, Mas. Kenapa sampai merah begini?"
Rayyan tak menjawabnya. Tak mungkin dia mengatakan jika punggungnya baru saja di cambuk oleh Tuan Takur ke dua setelah Opa Rega.
itu kata om opik
itu juga yg ak alami
skrg tertawa
bebrapayjam lagi cemberut
lalu g Lma pasti nangis