NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: cemaraseribu

Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SSS (Suka Suka Saya)

Ketika Bella mendengar suara yang sudah tidak asing lagi melalui speaker CCTV, ia langsung terkejut. "Tuan Muda!! Kok? CCTV bisa ada speakernya?" tanyanya dengan nada polos, sambil mengangkat alisnya yang penuh keheranan.

Dari ruang kerjanya, Tuan Muda hanya menatap layar monitor dengan ekspresi datar. "Kerja! Jangan kebanyakan gaya," ujarnya, suaranya dingin menembus kesunyian ruangan.

Bella, yang merasa tidak puas, melipat tangannya di dada. "Ckkk, SSS dong," balasnya dengan nada menantang.

Tuan Muda mengerutkan keningnya, tidak mengerti. "Apa SSS?"

Dengan senyum menggoda, Bella tertawa. "Suka suka saya," sahutnya, matanya berkilat karena usil.

Wajah Tuan Muda memerah, rasa kesal terpampang jelas. "Ke ruangan saya sekarang," perintahnya dengan nada yang lebih keras.

"Tapi Tuan Muda.." Bella mencoba membantah, namun Tuan Muda memotongnya.

"Sekarang!!" serunya, suaranya memecho di seluruh ruangan melalui sistem speaker, membuat Bella tidak punya pilihan selain menurut.

"Iya iya, ya ampun gitu aja marah marah, nanti cepat tua lho," ucap Bella sambil memberengut. Ia pun langsung menuju ke ruangan Tuan Muda yang berada tidak jauh dari ruanganBellal.

"Bawa laptopnya," ucap Tuan Muda dingin. Bella tidak paham dengan apa yang diperintahkan. Bawa laptop? Untuk apa?

"Laptop juga dibawa, Tuan?"

"Hmmmm," ucapnya singkat. Akhirnya Bella membawa laptopnya itu dan ke ruangan itu. Saat menuju ke ruangan Tuan Muda,Bellal justru bertemu dengan Eden, asisten Tauke Muda.

"Nona, mau kemana bawa laptop?" tanya asisten Tuan itu. Bella tersenyum tipis, "Eh Eden, ini mau ke ruangan Tauke Muda. Katanya sih tadi dipanggil."

Eden sudah paham jika ada karyawan yang kurang dalam kinerja akan satu ruangan dengan Tuan Muda dan pastinya diawasi detik demi detik sehingga tidak ada celah untuk leha leha.

"Hati hati ya Nona," ucap Eden penuh makna

"Hati hati kenapa, Den?" tanya Bella.

"Gak jadi, ya sudah saya permisi." Eden segera meninggalkan Bella dengan terburu-buru ada berkas yang perlu ia revisi. Barusan ia juga kena marah Tuan Muda.

"Ckkk aneh si Eden, hmmm."

Bella memasuki ruangan Tuan Muda dengan langkah hati-hati, membawa laptop yang berat di tangannya. Dia mengetuk pintu yang sudah terbuka sedikit.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" seru suara dari dalam. Bella mendorong pintu lebih lebar dan melangkah masuk.

"Ada apa, Tuan Muda?" tanyanya sambil menatap sosok Tuan Muda yang duduk di kursi roda, terlihat gagah dalam balutan jas hitam meskipun kaki tak berdaya.

"Duduk," perintah Tuan Muda, menunjuk ke kursi di depan meja kerjanya. Bella mengangguk, meski kebingungan terpancar jelas di wajahnya. Dia duduk, menempatkan laptop di atas meja.

Tuan Muda menatapnya tajam, "Kerjakan di ruangan saya."

Bella terperanjat, matanya melotot tak percaya. "Ha? Di ruangan Tuan Muda? Bukannya saya punya ruangan sendiri untuk..."

"Bella!!" potong Tuan Muda dengan suara meninggi. Bellq menghentikan bicaranya, mengangguk cepat.

"Baik, Tuan Muda," jawabnya, meski dalam hati dia mengomel, tidak senang dengan perubahan mendadak ini.

Tuan Muda, dengan mata yang tajam, menangkap ekspresi tidak senang di wajah Bella. "Gak usah terlalu ghibahin saya," ucapnya, suara lebih rendah namun masih berwibawa. Bella hanya bisa menghela napas, menerima situasi yang tidak biasa ini, sambil mulai membuka laptopnya dan bekerja dalam diam.

"Eh mana ada saya ghibahin Tuan Muda. Yeee gak usah geer," ucap Bella.

"Saya mau lihat performa kerja kamu, sini!" seru Tuan Muda. Bella langsung menyerahkan laptopnya itu ke Tuan Muda.

"Ini Tuan Muda yang baik hati dan tidak sombong," ucap Bella agak gregetan. Tadi suruh ngerjain sekarang diperiksa walaupun belum selesai. Dengan senyum terpaksa, dia menyodorkan laporan yang baru saja diselesaikannya. "Gimana, Tuan? Benar kan?" tanyanya penuh harap.

Tuan Muda mengambil laptop dari tangan Bella dan mengecek kurang lebih 10 menit , matanya cepat memindai layar. "Udah bener, tapi belum selesai. Kurang cepat kamu," ujarnya dengan nada datar, mencoba menyembunyikan rasa kagum atas kerja Bella.

Bella mengerucutkan bibirnya, kecewa dengan komentar singkat dan dingin Tuan Muda. "Hmm, iya iya saya kerjain lagi. Lagian ya, Tuan Mu..." dia mencoba melontarkan protes.

"Kerjakan! Jangan kebanyakan omong," potong Tuan Muda, mengakhiri percakapan dan memberikan isyarat agar Bella segera kembali bekerja.

"Iya Tuan yang baik hati, suka menolong, dan suka menabung," ucap Bella tersenyum penuh keterpaksaan.

**********

Waktu makan siang tiba, dan Bella mendorong kursi roda Tuan Muda ke kafe khusus beliau bukan tempat biasa para karyawan biasa berkumpul.

Di sana, dia mendapati beberapa rekan kerja yang terlihat berbisik-bisik, matanya sesekali mencuri pandang ke arahnya. Bella menyadari bahwa dia menjadi bahan gosip di antara karyawan lain yang mungkin iri dengan posisinya yang semakin dekat dengan Tuan Muda.

"Eh itu yang Nona Bella, kan? Ih kok bisa dapet jabatan kek gitu sih?" tanya karyawan yang memulai bahan julidnya.

"Iya juga ya, dih, males banget deh."

Bukan hanya 1-2 karyawan yang menjulidi si Bella tapi banyak lebih dari enam orang. Tapi yang paling provokator adalah si Hani.

Mata Bella memandang tajam ke arah Hani dan temannya yang masih asyik bergosip di sudut ruangan. Dia memang  baru saja mengabdi di perusahaan ini tapi soal jabatan yang tinggi itu karena skill yang Bella miliki.

"Eh apa Nona Bella pakai pelet ya? Soalnya cantiknya kek gak wajar," ucap rekan kerja Hani.

"Iya, bisa jadi. Sekarang mah pelet lagi booming banget," ucap Sharon.

Langkahnya terhenti saat ia mendekati lobby besar perusahaan. Suara-suara sumbang tentang dirinya yang katanya menggunakan pelet terhadap Tuan Muda agar mendapat promosi jabatan lebih tinggi, terdengar begitu jelas di telinganya. Hatinya terasa ditusuk-tusuk mendengar tuduhan yang tak berdasar itu. Napasnya terasa berat, dadanya sesak.

"Karyawan pada gunjingan aku? Dih! Kok bisa padahal nyenggol mereka aja enggak aku tuh," batin Bella dalam hati.

Wajahnya yang semula tenang, perlahan berubah menjadi merah padam karena marah dan sakit hati. Bella mencoba untuk tetap tenang, mengambil napas dalam-dalam sebelum melangkah pergi dari kerumunan itu. Dia tidak ingin memberi mereka kepuasan dengan melihatnya terluka.

Dalam hatinya, Bella berdoa agar kebenaran segera terungkap, bahwa ia bekerja keras untuk mendapatkan posisinya yang sekarang, bukan karena hal-hal mistis yang tidak masuk akal. Dia berharap, suatu hari nanti, mereka yang mencemooh dan merendahkan akan melihat kesalahannya.

"Mau makan apa?" tanya Tuan Muda bertanya terlebih dahulu karena ada dua cafe dengan nuansa berbeda. Tapi nampaknya Bella tidak mendengar saat Tuan Muda menawarinya.

"Bellal!"

"Bella?!"

"Eh monyet monyet makan seblak jeletot, eh astaga. Iya iya Tuan Muda, ada apa?" tanya Sakiya tersadar dari lamunannya.

Tuan Muda menghela  nafas panjang dengan kerandomannya Sakiya. "Kamu ngelamunin monyet?" tanya Tuan Muda sarkas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!