Larisa gadis yang sederhana,diam-diam mencintai sahabatnya sendiri,Larisa bersahabat dengan 2 lelaki sejak mereka duduk di bangku SMP.Keluarga mereka sudah saling mengenal baik satu sama lain,kedua sahabat larisa berasal dari keluarga yang cukup kaya dan juga terpandang.Sementara Larisa hanya anak dari seorang karyawan yang bekerja di perusahaan salah satu sahabatnya.
Sampai akhirnya ada satu peristiwa yang membuat Larisa menjadi pengantin dari sahabat yang ia cintai,diam-diam.
Larisa pikir,ia akan bahagia,karena menikah dengan orang yang ia cintai,tapi ternyata tidak..
penasaran dengan kisah Larisa???
Baca selengkapnya di novel ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Pulangnya aku jemput lagi".
Davin dan juga Larisa sudah sampai di depan halaman rumah sakit.
Larisa hanya menjawab iya dan kemudian segera keluar dari mobil Davin.Davin memandangi Larisa sampai Larisa tidak terlihat lagi,baru ia meninggalkan rumah sakit.
Larisa masuk ke dalam ruangannya,duduk di kursi kerjanya memegang dadanya yang sejak tadi berdebar-debar,menghembuskan nafasnya perlahan,rasanya lega sekali,sejak tadi ia seperti merasakan sesak dan kesulitan bernafas dengan lega di samping Davin.
Sementara Davin,kini sedang tersenyum sendiri,sambil menyetir mobil,bayangan kejadian tadi bersama Larisa,belum juga hilang dari dalam kepalanya.
Beberapa menit kemudian,Davin sudah tiba dikantornya.Semua karyawan Davin merasa heran melihat bosnya tersebut,menjadi ramah,dan memberikan senyuman ke arah mereka semua.
Davin tampak seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.
Ia mengambil ponselnya di saku jas,dan menelpon Larisa,hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
"Siang nanti,aku jemput yaa...kita makan siang sama-sama."Davin berbicara di telpon dengan Larisa.
Setelah itu,Davin mematikan sambungan telponnya,karena sudah mendapatkan jawaban dari Larisa.
Ia kembali fokus memeriksa dan juga menandatangi berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya.
Sesekali senyuman terukir di wajah tampan nya,teringat lagi kejadian tadi saat bersama Larisa.
Sama hal nya dengan Larisa,senyumnya terus terukir di wajah cantiknya,mengingat betapa memalukannya kejadian tadi,dihadapan Davin.
Bagaimana jika Davin berfikir,Larisa menggoda dirinya,padahal kenyataan nya tidak.
...****************...
Tidak terasa,beberapa jam sudah berlalu...
Davin dan juga Larisa sedang dalam perjalanan menuju ke pusat perbelanjaan atau Mall,Larisa ingin membeli buku bacaan untuk dibaca ketika dalam perjalanan ke paris nanti.
Karena pasti perjalanannya butuh waktu yang lama dan akan terasa membosankan.
Larisa yang sadar,Davin beberapa kali mencuri pandang kearahnya,berpura-pura tidak tau,dan acuh.Padahal saat ini jantungnya berdetak cepat.
Jauh di dalam lubuk hati Larisa,ia berharap,Davin mulai bisa membuka hati untuknya.
"Kamu mau makan siang dulu,apa ke toko buku dulu?"Tanya Davin.Keduanya sudah berada di dalam Mall.
"Menurut kamu gimana Vin?...aku terserah kamu aja".
"Kita makan aja dulu kali yaa,ini udah siang,nanti kita terlambat untuk makan siang."Jawab Davin.
Keduanya berjalan menuju salah satu restauran yang terkenal di dalam mall tersebut.
Davin dan Larisa masuk ke dalam restauran mereka mencari meja yang nyaman untuk keduanya.
Larisa memilih duduk di bagian pojok dari restauran tersebut,karena Larisa tidak suka,banyak orang yang akan berlalu-lalang melewati meja nya,Davin pun sama.
"Mas..."panggil Davin ke salah satu waiters yang ada di restauran tersebut,sambil mengangkat tangannya ke udara.
Waiters datang membawakan 2 buku menu untuk keduanya.
"Kamu pesen apa Sa...?"Tanya Davin.
"Aku pesen ini aja,minumnya ini."Larisa menunjuk gambar menu yang ia pesan dan memperlihatkannya kepada Davin.
"Saya juga sama in aja sama pesanan istri saya yaa mas".
Larisa langsung tersenyum,karena mendengar Davin menyebut nya istri,sepertinya Davin tidak sadar akan ucapannya yang tadi.
Larisa menjadi salting karena ucapan Davin tadi,ia sampai bingung harus apa,belum lagi,ini kali pertama ia hanya jalan berdua dan makan berdua saja bersama Davin.
Beberapa menit kemudian makanan mereka datang,keduanya menikmati makan siang tanpa ada obrolan,tapi sesekali keduanya saling bertemu pandang dan tersenyum satu sama lain.
...****************...
"Iiiihhhh,Davin kemana sih!,tumben banget pagi tadi gak ngabarin aku,sampe sekarang juga gak ada kabar."Bella melempar asal ponselnya ke atas kasur.
Kesal karena,sampai sekarang Davin belum mengabari dirinya,rasanya ia gengsi jika harus menelpon duluan.
Tapi keadaannya sekarang berbeda,Bella sudah memiliki saingan...ya walau pun Davin berkata hanya cinta dan juga sayang terhadap dirinya.
Tapi soal cinta tidak ada yang tau,apalagi keduanya sudah berada dalam ikatan yang sah,mereka bahkan tidur sekamar,tidak ada yang tau,apa yang terjadi saat mereka di dalam kamar,hanya mereka berdua yang tau.
Bella langsung mengambil kasar lagi ponsel yang ia lempar sebelumnya,menahan rasa gengsi nya,dan menghubungi Davin lebih dulu.
Kali ini ia harus benar-benar bisa meyakinkan Davin,jika dirinya juga mencintai Davin.
"Aaarrgghhhh,kemana sih dia?!,aku udah nahan gengsi nelpon duluan,dan sekarang Davin gak angkat telpon aku."Bella semakin marah,ia kembali melempar kasar ponselnya ke atas kasur.
Setelah itu dirinya berjalan keluar kamar,menuju dapurnya,membuka kulkas,dan menuangkan sedikit minuman berwarna keunguan ke dalam gelas kaca yang ia pegang.
"Jangan sampai kamu nyaman sama Larisa,dan akhirnya kamu jatuh hati sama dia Vin."Lirih Bella,ia berbicara dengan dirinya sendiri.
"Kenapa sih,gak dari dulu aja aku tau,atau aku cari tau,siapa sebenarnya keluarga Davin,kenapa tau nya saat Davin sudah menikah dengan Larisa".
"Kamu bodoh banget sih Bell."Ucap Bella pada dirinya sendiri.
...****************...
Davin dan juga Larisa kini sedang berada di dalam toko buku,Larisa membeli beberapa novel dan juga komik.
Meskipun Larisa sudah dewasa dan seorang dokter,tapi ia sangat suka membaca komik.
Davin heran melihat Larisa,karena mengambil buku bacaan komik.
Sementara dirinya,mengambil 1 buku tentang bisnis.Davin hanya suka membaca buku atau pun majalah yang isi nya membahas seputar bisnis.
Mungkin itu karena dirinya seorang CEO,sangat butuh akan ilmu pengetahuan tentang bisnis.
"Masih ada lagi yang kamu mau beli?"Tanya Davin,keduanya sudah berjalan keluar dari toko buku.
"Gak ada,ini aja udah cukup."Jawab Larisa.
"Yaudah...kalo gitu aku anter kamu kerumah sakit lagi".
"Ehhh gak usah Vin...aku lupa,anter aku pulang kerumah bunda aku aja,boleh gak?"Tanya Larisa.
"Emang gak papa,kamu gak balik ke rumah sakit lagi?".
"Gak papa,aku udah beresin kerjaan aku buat hari ini,dan aku udah mulai ambil cuti".
"Aku mau tidur dirumah bunda aku,sebelum kita ke paris,boleh?"Larisa bertanya lagi.
"Boleh...jadi aku anter kamu kesana yaa".
"Apa aku perlu nginep juga di rumah bunda kamu?"Tanya Davin.
"Nanti bunda aku,protes,nge biarin kamu pulang ke rumah orang tua kamu,terus aku gak ikut."Ucap Davin.
"Terserah kamu aja sih,tapi kamar aku gak seluas kamar kamu,aku cuma khawatir kamu gak akan nyaman".
"Tempat tidur aku juga,gak seluas tempat tidur dirumah kamu."Ucap Larisa.
"Kalo gak di coba,mana aku tau...".
"Tapi kita balik kerumah dulu,aku harus ambil baju ganti dulu."Ucap Davin.
"Haaaa...seriusan mau nginep dirumah aku?"Larisa tidak percaya dengan ucapan Davin.
"Iya...emangnya kamu pikir,aku bercanda doang,gitu?".
"Aku juga gak balik ke kantor lagi".Ucap Davin.
"Kita cari sesuatu dulu,buat bunda dan juga ayah kamu,gak enak,masa aku dateng kerumah mertua gak bawa apapun."Ucap Davin.
Setelah itu keduanya bersama-sama mencari buah tangan untuk dibawa ke rumah orang tua Larisa.
Sepanjang mereka mencari buah tangan,Larisa dan juga Davin bercakap-cakap,sesekali keduanya tertawa bersama.
Davin tidak sadar,bahwa kini jarak yang ia buat untuk Larisa,makin terkikis.
Ia bahkan tidak ingat untuk mengabari Bella,biasanya tiap pagi ia selalu mengabari Bella.
Hari ini Davin merasa nyaman dan juga tenang,jalan berdua bersama Larisa...
siap-siap sakit hati kau Vin...
menghadiri pernikahan mantan istri dengan sahabat sendiri....😅
tapi Larisa yang baik malah tersakiti terus...