Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Kalung yang sama
Sore harinya Bara pulang dari kantor. Dia tidak sendirian melainkan bersama Karin. Bara membawakan koper yang Karin yang berisi baju ganti karena mulai malam hari ini dia akan menginap di rumahnya. Bara dan Karin berjalan menuju ruang tengah di mana Viona sedang menonton tv sambil ngemil. Mendengar suara orang bergurau dari arah ruang tamu, membuat Viona membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang.
"Mas Bara, Karin... Kalian...?" ucap Viona.
"Hai kak Viona..." sahut Karin lalu mencium pipi kiri dan kanan Viona.
"Kamu udah bawa koper...?" tanya Viona.
"Iya kak, tadi kak Bara sekalian nganterin aku ke rumah trus aku langsung bawa baju ke sini untuk nginap...." jawab Karin.
"Oh ya udah kalau gitu, ayo kakak antar kamu ke kamar tamu..." ucap Viona sambil membawakan koper milik Karin.
Viona pun mengantar Karin ke kamar tamu. Sementara Bara langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya .
"Malam ini kamu tidur di kamar ini ya..." ucap Viona.
"Iya kak..." jawab Karin.
"Kak, aku mau mandi dulu ya , gerah nih.." ucap Karin sambil membuka bajunya bagian luarnya hingga menyisakan tang top.
"Ya udah sana mandi dulu..." sahut Viona.
Namun tiba- tiba mata Viona tertuju pada leher Karin. Karin memakai kalung yang sama dengan yang Viona punya.
"Karin... Itu..." ucap Viona sambil menunjuk ke leher sang adik.
"Kenapa kak...?" tanya Karin.
"Kalungnya mirip seperti punya kakak..." ucap Viona.
Karin lalu menunduk melihat kalung yang melingkar di lehernya.
"Oh, kalung ini, ini kalung punya aku kak ,baru beli kemarin..." jawab Karin sambil memegang kalungnya.
"Kamu dapat uang dari mana bisa beli kalung sebagus itu..? Kalung itu kan harganya puluhan juta, nggak mungkin kan kamu bisa beli kalung dari gaji kamu, secara kamu kan baru kerja dua bulan jadi sekertaris mas Bara..." tanya Viona.
"Ya jelas aku nggak punya uang lah kak kalau buat beli kalung ini. Tapi kalung ini aku nggak beli sendiri kok, aku dibeliin..." sahut Karin.
"Dibeliin sama siapa..? Sama pacar kamu Robby..?" tanya Viona.
Iya, Viona tahu kalau Karin sudah punya pacar yang bernama Robby. Mereka menjalin hubungan LDR karena Robby kerja di kilang minyak lepas pantai. Mereka hanya bisa bertemu eman bulan sekali ketika Robby cuti. Itu pun hanya dua minggu saja, karena setelah itu Robby harus kembali ke tengah laut.
"Nggak kak, boro- boro Robby mampu beliin barang - barang mahal kayak gini, dia aja masih punya banyak tanggungan. Dia harus membiayai dua adiknya yang masih sekolah SMA dan kuliah...." jawab Karin.
"Trus kamu dibelikan kalung itu sama siapa...?" tanya Viona.
"Dibelikan oleh kak Bara..." jawab Karin dengan santai.
"Apa...? Kamu dibelikan kalung oleh kak Bara...?" tanya Viona kaget.
"Iya, kan kemarin kak Bara minta tolong aku buat nganterin ke mall beli kalung buat kakak, lalu Karin juga dibeliin dong, katanya sih sebagai ucapan terima kasih karena Karin udah nganterin kak Bara beli kalung buat kak Viona..." jawab Karin.
"Apa...? Jadi mas Bara memberikan kalung semahal itu hanya sebagai ucapan terima kasih karena kamu mengantarnya ke mall...?" tanya Viona.
"Iya kak, itu Karin lho yang milihin kalungnya, kata kak Bara pilihan aku bagus..." sahut Karin.
Muka Viona pun langsung berubah kesal. Bisa- bisanya Bara memberikan hadiah untuknya tapi dia juga memberikan hadiah yang sama pada sang adik. Viona sebenarnya tidak masalah kalau Bara membelikan sesuatu untuk Karin karena telah menemaninya membeli hadiah. Tapi bukan berarti dia memberikan benda yang sama dan harga yang sama juga pada Karin.
Kenapa dia tidak bisa membedakan mana hadiah untuk istri dan mana hadiah untuk adiknya. Viona benar- benar dibuat tersinggung oleh sikap sang suami.
"Kak Viona kenapa..? Kok kayak kesel gitu..? Kakak marah karena kak Bara membelikan kalung ini untuk Karin juga...?" tanya Karin.
"Ehm.. Eng...enggak kok...." jawab Viona tidak enak pada Karin kalau dia bicara terus terang kalau sebenarnya dia tidak suka Karin dibelikan kalung yang sama dengannya oleh Bara.
"Oh kirain kakak marah, lagian uang kak Bara banyak kak. Kalau cuma beliin kalung kayak gini untuk Karin sih kecil. Kalau aku jadi kakak pasti aku akan sering- sering minta dibelikan barang- barang mahal..." ucap Karin sambil tersenyum senang.
"I..iya, ya udah kakak mau ke atas dulu ya..." ucap Viona langsung keluar dari kamar tamu.
Karin pun lalu tersenyum sambil memilin kalung yang ada di lehernya.
Sementara itu Viona sudah sampai ke lantai atas dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Di sana terlihat Bara baru keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya. Dia mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk lain.
"Mas...." ucap Viona.
"Hem..." jawab Bara sambil berdiri di depan cermin menggosok- gosokan handuk ke rambutnya.
"Apa sih maksud mas Bara membelikan Karin hadiah yang sama dengan ku...? Kemarin mas Bara memberikan hadiah spesial buat aku berupa kalung. Tapi kenapa mas Bara juga membelikan kalung yang sama buat Karin juga...?" tanya Viona memperlihatkan raut wajah tidak suka.
"Memang apa masalahnya kalau aku memberikan hadiah yang sama buat kamu dan Karin....?" tanya Bara dengan santainya.
"Aku kan istri kamu mas, sedangkan Karin itu adik aku. Harusnya kalau pun kamu memberikan hadiah buat Karin kan bisa membelikan barang yang lain yang lebih murah..." sahut Viona.
"Kamu kok gitu sih, sama adik sendiri kok perhitungan..? Harusnya kamu tuh senang aku baik sama adik kandungmu, tidak membeda- bedakan kamu sama adikmu sendiri. Bukannya kamu malah iri kayak gitu..." ucap Bara mulai kesal dengan Viona.
"Asal kamu tahu ya, aku membelikan kalung itu buat Karin bukan hanya karena dia telah menemaniku ke mall mencari hadiah buat kamu, tapi itu sebagai ucapan terima kasih aku sama dia karena dia telah bekerja dengan baik di kantor...." sambung Bara.
"Dia itu sekertaris yang cerdas dan cekatan. Aku puas dengan pekerjaan dia, makanya aku rela membelikan dia hadiah mahal...." lanjut Bara.
Viona pun hanya diam sambil menggelangkan kepalanya menatap sang suami dengan tatapan kesal.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu..? Kamu nggak terima dengan apa yang aku lakukan hah..? Dengar ya Viona, uang itu uang aku, hasil kerja keras aku, uangnya mau aku belikan apapun dan mau aku berikan pada siapapun itu terserah aku..." ucap Bara penuh penekanan.
"Pekerjaan kamu itu hanya diam di rumah kan, nggak jauh- jauh dari makan dan tidur, kamu itu hanya pengangguran . Jadi kamu nggak usah ikut campur dengan urusanku keuanganku. Bukankah selama ini aku selalu memenuhi semua kebutuhan kamu...? Kamu tinggal duduk santai aja setiap hari. Jadi kamu nggak usah banyak ngomong apa lagi ngatur- ngatur aku... Mengerti...?'' ucap Bara lalu membalikkan badan menghadap lemari kemudian mengambil baju di sana lalu memakainya.
Air mata Viona pun menetes membasahi kedua pipinya. Dia sakit hati dengan ucapan sang suami yang terkesan merendahkannya. Iya dia sadar, di rumah ini dia tidak pernah melakukan pekerjaan apapun selain membantu bi Yuni memasak. Hari- harinya dia hanya habiskan di rumah untuk bersantai, makan , tidur dan menikmati fasilitas dari sang suami.
Memangnya apa lagi yang bisa Viona kerjakan selain itu. Dia juga tidak mungkin untuk membantu pekerjaan Bara di kantor. Karena dia hanya lulusan SMA tentunya tidak paham dengan rumitnya kerjaan orang kantor.
Toh dari awal nikah Bara tidak pernah mempermasalahkan akan hal itu, tapi kenapa sekarang dia mengungkit kalau Viona hanya pengangguran yang hanya bisa menikmati fasilitas darinya tanpa bisa membantunya bekerja.
Setelah memakai pakaian Bara lalu keluar begitu saja dari kamar tanpa mengatakan apapun pada Viona yang masih berdiri sambil menangis.
Setelah puas menangis Viona pun lalu turun menyusul Bara ke lantai bawah. Viona menuruni anak tangga satu persatu. Di bawah sana di ruang tv nampak Bara dan Viona sedang duduk bersama di sofa sambil menonton acara Tv. Sesekali mereka nampak bercanda dan berebut remot tv untuk mengganti chanel tv yang ingin mereka tonton.
Karin pun merengek pada Bara karena dia selalu kalah dalam berebut remot Tv. Bara pun hanya tertawa dan gemas pada sang adik ipar dengan mengacak rambut Karin dan membuat Karin pun memanyunkan bibirnya.
Melihat keakraban sang suami bersama adiknya , Viona pun hanya bisa tersenyum sinis. Mengapa Bara bisa tertawa lepas dan bercanda bersama Karin sedangkan ketika bersamanya Bara akan menjadi manusia dingin dan cuek. Apa karena dia sendiri yang tidak bisa membuat sang suami tertawa atau memang sang suami sendiri yang merasa tidak nyaman berada di sisi Viona. Entahlah Viona pun tak tahu.
Viona pun berjalan menghampiri suami dan adiknya. Menyadari kehadiaran Viona, Bara dan Karin yang tadinya duduk berdekatan pun lalu perlahan menggeser posisi duduknya hingga saling menyisakan jarak di antara mereka.
Bersambung...