NovelToon NovelToon
Deadline Your Died

Deadline Your Died

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Rebirth For Love
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: amih_amy

Ketika cinta harus terpatahkan oleh maut, hati Ryan dipenuhi oleh rasa kalut. Dia baru menyadari perasaannya dan merasa menyesal setelah kehilangan kekasihnya. Ryan pun membuat permohonan, andai semuanya bisa terulang ....

Keajaiban pun berlaku. Sebuah kecelakaan membuat lelaki itu bisa kembali ke masa lalu. Seperti dejavu, lalu Ryan berpikir jika dirinya harus melakukan sesuatu. Mungkin dia bisa mengubah takdir kematian kekasihnya itu.

Akan tetapi, hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan, lalu bagaimanakah kisah perjuangan Ryan untuk mengubah keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Bisnis Papa

...----------------...

"Mending dimatiin ajalah sekalian!" Kalimat yang terlontar dari mulut Ardan menyita perhatian Ryan dan Dania. Merasa diperhatikan, anak bocah itu pun mengalihkan pandangannya dari layar gagdet ke wajah Dania dan Ryan bergantian.

"Kenapa lihatinnya kayak gitu?" tanya Ardan polos.

"Kamu ngomong apa barusan?" hardik sang ibu.

"Apa? Orang aku lagi ngomong sama game aku."

"Hish!"

Ryan berdesis. Dikira anak kecil itu tengah mengutuk dirinya, padahal tengah merutuki game online yang sedang dia mainkan. "Kasar banget, sih! Masih kecil juga," hardik Ryan menasihati anak sepupunya tersebut. Pengaruh permainan anak gen-Z benar-benar harus diawasi oleh orang tua. Terkadang bahasa hewan pun sering terlontar ketika mereka tengah bermain dengan sekutunya. Entah itu pengaruh dari siapa, yang pasti kata-kata itu sudah terbentuk dari circle pergaulan mereka.

Anak itu pun menyengir kuda. Dia tidak sengaja, "Maaf, keceplosan," katanya.

Ryan pun memutar kedua bola matanya malas. Kelakuan anak itu memang suka membuatnya gemas. Itulah mengapa Ryan memilih pindah dari rumah Dania. Setiap hari mereka selalu bertengkar karena tingkah Ardan yang sangat mengjengkelkan. Padahal, sikap keduanya sama-sama kekanakan.

"Yah, yah, yah ...."

"Apalagi?" Ryan bertanya ketus pada Ardan yang seperti kelabakan.

"Baterainya abis. Pinjem charger, dong, Om!" celetuk Ardan dengan tatapan memohon. Membuat Ryan kesulitan untuk menolaknya.

"Ada di kamar. Tunggu sebentar!" Ryan berdiri, tetapi urung pergi karena Ardan berkata lagi.

"Biar Ardan aja yang ngambil. Kamarnya di mana?"

Kedua mata Ryan memicing tajam. Dia takut anak sepupunya itu akan berbuat macam-macam.

"Ardan cuma sekalian mau lihat kamar Om Ryan aja. Nggak boleh?" Ditatap sedemikian rupa oleh Ryan membuat Ardan tiba-tiba menjelaskan niatnya. Anak kecil itu tahu jika omnya sedang curiga.

"Biarin aja, sih, suruh ngambil sendiri! Mbak masih mau ngomong sama kamu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan." Dania ikut menimpali perdebatan dua lelaki beda usia itu. Ryan bisa apa selain membiarkan Ardan melakukan yang dia mau.

Setelah mengetahui letak kamar Ryan, Ardan pun segera pergi dengan riang.

"Jangan bikin berantakan, ya! Ambil charger langsung keluar!" teriak Ryan yang sepertinya diabaikan oleh Ardan.

Setelah berada di depan pintu kamar, anak kecil itu segera masuk ke kamar Ryan tanpa permisi. Kedua matanya menyapu seisi ruangan. Kamar itu begitu kecil, mungkin ukurannya sama dengan ukuran kamar mandinya di rumah Dania. Dia heran kenapa omnya itu bisa betah?

"Kecil banget kamarnya," celetuk Ardan dengan kening mengernyit. Anak kecil itu merasa pengap jika berlama-lama tinggal di ruangan tersebut. Ia pun buru-buru mencari charger dan menemukannya di atas meja di dekat tempat tidur Ryan.

Akan tetapi, ketika Ardan hendak mengambil charger tersebut, atensinya teralihkan pada seonggok jam pasir yang berada di atas meja yang sama. Kedua matanya berbinar diiringi dengan bibir yang tersenyum lebar. Tangannya pun beralih mengambil jam pasir tersebut, lalu meniliknya dengan sorot penasaran.

"Wah, benda antik, nih!" seru Ardan.

*****

Sedangkan di ruang tamu, Dania tengah berbicara serius dengan Ryan. Mereka sedang memperbincangkan tentang rencana papa Ryan yang akan membangun bisnis barunya di kota tempat tinggalnya yang sekarang.

Ryan pun mengingat-ingat, lalu berkata dalam hatinya, "Ya, aku ingat tahun ini papa memang berencana membangun usaha food dan beverage dengan konsep daging olahan. Waktu itu aku menolak menjalankan bisnis itu karena lebih tergiur dengan main film, tapi sekarang ...."

"Gimana? Kamu mau nggak jalanin bisnis baru papa kamu ini?" Pertanyaan Dania membuat pikiran Ryan kembali terjaga.

"Kenapa papa nggak ngomong sama aku langsung?"

"Itu karena nomor kamu udah nggak bisa dihubungi lagi, Ryan. Mbak juga susah ngehubungin kamu. Makanya mbak ke sini langsung," tutur Dania yang kesal karena sepertinya Ryan ganti nomor ponsel.

Ryan menyengir sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Oh, iya. Baru seminggu yang lalu ganti nomor," ucapnya.

Dania berdecak, lalu menyodorkan ponselnya pada Ryan. "Simpan nomor kamu di sini!" titahnya.

Ryan pun menurut, lalu menyimpan nomor ponselnya yang baru di ponsel Dania.

"Aku pikirin dulu, deh, tawaran papa. Nanti aku ngobrol sama papa langsung masalah bisnis ini," ucap Ryan sembari mengembalikan ponsel Dania.

"Bener, ya? Mbak nggak mau diteror terus sama papa kamu."

"Iya."

Ryan menengok ke arah kamarnya. Sedikit curiga kenapa anak kecil itu belum keluar juga dari sana. "Tuh, bocah ngapain, sih, di dalam? Jangan-jangan ngacak-ngacak kamar aku."

Ryan beranjak berdiri hendak mengecek Ardan, tetapi anak lelaki itu keburu keluar dari kamar Ryan.

"Mam, pulang, yuk!" ajak Ardan pada Dania.

"Udah mau pulang? Nggak jadi nge-charge dulu?" tanya Dania.

"Nggak, ah. Rumahnya Om Ryan pengap. Aku nggak betah."

"Heh!" Ryan tidak terima rumah kontrakannya dihina. Ia hendak menangkap Ardan, tetapi anak itu langsung lari mencari perlindungan.

"Ayo, Mam, pulang!" rengek Ardan lagi.

Dania pun menghela napasnya. Anak lelakinya itu memang terlampau manja dan tidak bisa diterka kemauannya..

"Ya udah, mbak mau pulang dulu. Kamu juga mau pergi, kan?" pamit Dania.

Ryan pun mengangguk setuju. "Iya, hati-hati nyetirnya!" ujarnya, lalu Ryan mengantarkan Dania sampai teras depan rumah.

"Kamu jangan lupa hubungin papa kamu!" Sekali lagi Dania mengingatkan Ryan.

"Iya, Mbak."

Dania pun pulang bersama anaknya, kemudian Ryan juga pergi tak lama setelah mobil Dania menghilang dari halaman rumah.

****

Matahari sudah agak condong ke arah Barat ketika Ryan masih berada di lokasi syuting. Hari ini dia mempunyai beberapa shoot penting. Ryan terlihat serius ketika memerankan adegannya kali ini. Jika dahulu dia selalu membuat kesalahan, kini dia terlihat sedikit profesional.

"Tumben cuma sekali take aja, Yan," ucap salah satu kru film, temannya Ryan.

Ryan hanya tersenyum menanggapinya, ekor matanya melirik ke arah Danang. Dilihatnya lelaki itu tengah berbincang dengan seorang perempuan. Sikap messum dan genit terlihat sekali dari ekspresi dan sorot mata lelaki itu. Ryan kesal melihatnya.

"Ck, dasar sutradara brengsek!"

"Apa lo bilang? Lo lagi ngutuk Pak Danang?" Suara Ryan terdengar oleh temannya itu. Ryan pun sedikit kelabakan.

"Oh, nggak, kok. Gue lagi latihan peran," kilah Ryan.

"Oh, gitu ...." Temannya itu mengangguk paham, "lo masih ada take satu lagi. Abis itu lo free," imbuhnya dan Ryan hanya mengangguk mengerti.

Beberapa jam pun berlalu. Langit sudah hampir gelap dan acara syuting itu sudah selesai. Para kru sedang membereskan semua peralatan syuting mereka, tetapi Ryan malah ketiduran.

Ryan terperanjat karena merasakan getaran yang diiringi suara nada dering ponsel dari dalam sakunya. Ia merogoh ponsel tersebut lalu melihat nama Lilis yang menghubunginya di sana. Ryan pun segera mengangkatnya.

"Yan, Rara datang." Baru saja telepon itu menempel di telinga Ryan, suara Lilis sudah langsung terdengar.

...----------------...

...To be continued...

Dukung author dengan, subscribe, like, komentar, dan vote, ya🌹

1
marie_shitie💤💤
nah kah,hayoloh di coret g tuh
marie_shitie💤💤
hihi kirain km berani blng m ayah mu
°ammy🌾👉ig: amih_amy: mana berani dia ngaku 😂
total 1 replies
Desiana Lesta
jadi cita cita Rara di masa sebelumnya ingin jadi artis? ini bakal susah juga sih seorang RYAN agar Rara tidak bertemu dengan Danang
Desiana Lesta
Wkwkkwkwk
Desiana Lesta
🤣🤣🤣 bisa gituu ya
Desiana Lesta
nah kan. untung kamu tidak mencegat Rara. Ntar dikira orang aneh kan kesian
Desiana Lesta
Sebaiknya harus hati hati Ryan. Mending biarin ajah. Takutnya gara-gara kamu nanti ada yang keubah sesuatu cerita masa lalumu 😰😰 kamu ubah dibagian yang kurang baik ajah
Desiana Lesta
susah juga ya posisi Ryan. Tapi mending ikutin arus kehidupan dulu ga sih. biar ga disangka orang aneh terus 😰
Desiana Lesta
sepertinya disini bau bau mulai naksir nih Rara
Desiana Lesta
kalo melihat posisi Rara pasti bakal kaget sih. tiba tiba orang yang benci malah ngontrak disamping rumahnya
Desiana Lesta
jangan panik Rara tenangkan pikiranmu
wulandari Lidya
yang bener ajah lu Ryan 🤣🤣 betah karena ada Rara kan? ngaku lu
wulandari Lidya
modus pengin ketemu Rara ye 🤣
wulandari Lidya
apa ini kucing yang di makam Rara waktu itu kalo dimasa depan? 🤔
wulandari Lidya
😅😅😅😅 ikan terbang gak tuh
wulandari Lidya
oh jadi gara gara ketupat 🤣🤣 bisa bisanya kepikiran
wulandari Lidya
apa hubungannya kue lebaran dengan matematika 🤣 ada ada ajah Rara rara
wulandari Lidya
Gak terasa udah akhir ganti bab. ceritanya keren setiap bab bikin penasaran. semangat ya authorr
wulandari Lidya
kalo kamu bilang kamu dari masa depan. Nanti disangka orang gila mana lagi
wulandari Lidya
akhirnya kamu menyadarinya dengan kejadian kejadian rumit yang Dateng mas Riyan😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!