Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASA-MASA TENANG SEBELUM BADAI 2
Setelah sempat saling menatap beberapa saat, Leana pun tertawa..
"Hahaha, maaf2 aku hanya sedang becanda saja, jadi apa yang kau butuhkan" ucap Leana
"Aku hanya melihat2 saja, aku hanya merasa sedikti penasaran tentang bagaimana cara kerja alat sihi dan bagaimana membuatnya" kataku
"Begitukah? Apa kau ingin membuat alat sihir?" tanya Leana
"Ah tidak, aku tidak yakin aku bisa membuatnya, aku hanya ingin tahu apa saja yang di butuhkan jika ingin membuat alat sihir" kataku
"Nampaknya kau cukup tertarik dengan itu, baiklah aku akan sedikit memberitahukan caranya" ucap Leana
Leana pun menjelaskan sedikit tentang bagaimana cara membuat alat sihir. Yang pertama tentunya bahan yang akan di gunakan untuk menjadi katalisnya, semakin bagus dan tinggi kualitas katalisnya maka sihir efek dari alat sihir yang di buat akan menjadi semakin hebat dan semakin kuat tergantung fungsi dan kegunaanya.
Yang kedua adalah Magic Stone, jika item sihir yang di buat menggunakan magic stone, berarti penggunanya harus mengalirkan mana miliknya terlebih dulu ke dalam magic stone itu sebelum menggunakannya, magic stone jug amemiliki tingkatan mulai dari rendah, menengah, tinggi dan terakhir unik. Dan Yang terakhir adalah penanaman sihir pada benda yang akan di jadikan sebagai katalis dari alat sihir itu sendiri yang kegunaannya tergantung pada jenis sihir yang di tanamkan di dalamnya.
"Kurang lebihnya seperti itu" ucap Leana
"Jadi begitu, ternyata ada banyak sekali hal yang perlu di perhatikan untuk membiat sebuah alat sihir"
"Jadi alat sihir seperti apa yang akan kau buat" tanya Leana
"Ah tidak, setelah memikirkannya lagi kurasa aku tidak bisa membuatnya, dan kurasa aku akan mengurungkan niatku saja" kataku
"Sayang sekali, padahal kau kan belum mencobanya" ucap Leana
"Mungkin suatu hari nanti aku akan mencobanya" kataku
Aku baru menyadari, selama kami berbicara sepertinya ada orang lain selain kami disini, orang itu mencoba menghilangkan hawa keberadaannya, namun sayangnya dia masih terdeteksi oleh sihir Radar milikku. Dari caranya menghilangkan keberadaannnya kurasa dia adalh seorang Assasin, aku semakin penasaran dengan hal ini, aku mencoba melihat status milik Leana..
......................
...Leana...
...Job : Assasin...
...Ras : Elf...
...Usia : 152 tahun...
...Level : 49...
...Rank : Wakil Pimpinan...
...Title:...
...VIce Capt of Shadow Squad...
......................
Cukup menarik, dia juga seorang elf dan juga Assasin yang menyamar rupanya, tapi usia dan levelnya di bawah Tiana, dan menjabat sebagai Wakil Pimpinan. Meskipun skill nya tidak ada yang menarik, justru aku rasa pengalaman bertarungnya tidak dapat diremehkan. Untuk saat ini kurasa aku hanya akan melihat apa yang akan dia lakukan.
"Ku lihat ada rak buku disana, buku tentang apa yang kau jual?" kataku
"Ada macam2 buku tentang sihir dan juga berbagai hal lainnya tentang sihir, ada juga buku tentang Alkemis" ucap Leana
Aku pun melihat2 buku sihir yang ada disana, aku cukup tertarik dengan beberapa buku yang ada disana, dan aku memutuskan membelinya.
"Baiklah ini barangmu, jika ada suatu hari ada yang kau butuhkan, silahkan datang lagi kesini" ucap Leana
"Terima kasih, baiklah aku akan mampir lagi lain kali, sampai jumpa" kataku seraya keluar dari toko itu
Sesaat setelah Ryo pergi meninggalkan toko itu, raut wajah Leana langsung berubah 180 derajat, kini tatapannya serius dan dingin. Lalu tiba2 muncul seorang elf lain dari balik bayangan, elf itu mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan masker.
"Ada yang aneh dengannya" ucap Leana
"Baik, kalau boleh tau, apa yang membuat anda tertarik padanya?" ucap elf itu
"Dari caranya bergerak itu bukan cara bergerak dan berjalan orang biasa, gerakannya terlalu halus dan kontrolnya juga sangat bagus. Jelas dia seorang petarung atau pengguna pedang, tapi untuk apa dia membeli buku tentang sihir pemula hingga tingkat tinggi, aku rasa ada yang aneh tentangnya, segera selidiki dan cari tahu siapa dia sebenarnya" ucap Leana
"Baik" setelah mengatakan itu dia pun menghilang
Sedangkan, Leana masih terus menatap Ryo yang sedang melangkah pergi menjauh meninggalkan tokonya.
...****************...
Keesokan harinya ketika sarapan, Airen nampak begitu lelah..
"Airen, ada apa denganmu" kataku
"Aku kemarin berlatih bersama Tiana dan Miki seharian" ucap Airen
"Itu benar" ucap Tiana
"Apa kalian berlatih di ruang pelatihan Guild" tanyaku
"Tidak, kami berlatih di hutan Utara" ucap Miki
"Begitu, oh iya Tiana, aku belum sempat mengambil armor pesanan milikmu, nanti aku akan mengambilnya setelah kembali dari guild" kataku
"Oh itu, aku sudah mengambilnya kemarin sebelum pergi latihan" ucap Tiana
"Kau sudah mengambilnya? Tapi uangnya masih ada padaku" kataku
"Tidak bisa begitu, aku sudah memiliki uangku sendiri, jadi aku tidak ingin terus2an merepotkan mu dan yang lainnya" ucap Tiana
"Itu tidak merepotkanku, lagi pula kita ini satu party, terlebih dengan adanya dirimu, kini party kita menjadi semakin lengkap" ucapku
"Terima kasih untuk keperdulian mu," ucap Tiana
"Baiklah jika ada yang kau perlukan katakan saja padaku atau teman2 yang lain" kataku
"Itu benar Tiana, jangan ragu mengatakanya pada kami" ucap Miki
"Ryo, apa hari ini kau bisa mengajariku sihirmu?" tanya Airen
"Ah itu.. Maaf, aku harus ke Guild hari ini, sepertinya Grandmaster ingin bertemu denganku" kataku
"Oh begitu, baiklah kalau begitu" ucap Airen dengan wajah agak sedih
"Aku berjanji akan mengajarinya padamu saat aku kembali dari guild, oke?" kataku
Setelah selesai sarapan bersama, aku pun berpamitan untuk segera menuju Guild. Ketika aku berjalan menuju guild aku merasa seperti sedang diikuti, ternyata ada 3 orang dengan posisi yang berbeda2. Sepertinya mereka adalah bawahan dari Shadow Squad itu, selama mereka tidak mengganggu privasiku maka ku biarkan saja meskipun aku terus memantau pergerakan mereka dengan Radar ku.
Setibanya di guild, nampak keramaian yang tidak seperti biasanya aku melihat wajah yang familiar disana, itu adalah Bert, seorang petualang dengan job Warrior Tank yang sebelumnya di hajar oleh Tiana di kedai.
Aku pun menghampirinya, dia sempat melihat kearahku, namun sikapnya lebih tenang dan kalem berbeda dengan sebelumnnya.
"Ada kerumunan apa ini" Kataku
"Kabarnya Grandmaster sedang ada di sini, jadi banyak petualang yang kesini untuk melihatnya" ucap Bert
"Untuk apa?" kataku
"Kau tidak tahu? Grandmaster sudah dianggap seperti Dewi oleh para petualang, bahkan diantara mereka banyak yang mencoba melamarnya" ucap Bert
"(Aku tidak tahu kalau dia sepopuler itu, tapi wajar sih) lalu apa kau salah satu dari mereka Bert?" kataku
"Aku tidak senaif itu, aku lebih sadar diri dan mengerti posisi dan kekuatanku tidak cocok bersanding bersama orang sehebat Grandmaster" ucap Bert
"Hoo rupanya kau cukup bijak juga," kataku
"Yah sejujurnya itu karena temanmu, setelah aku bangun dari pingsanku hari itu, aku menyadari kalau aku tidak bisa menilai seseorang hanya dengan melihat sisi luarnya saja" ucap Bert
"Yah syukurlah kalau itu bisa membuatmu sadar Bert" kataku
Tak lama kemudian, Mina datang menghampiriku dan berkata kalau Kepala Cabang dan Grandmaster sudah menungguku di ruang kerja kepala cabang. Aku pun langsung menuju kesana dan masuk, disana mereka berdua sudah menungguku.
"Kau sudah datang, silahkan duduk" ucap Henderson
Aku pun duduk di kursi yang bersebrangan dengan Grandmaster, namun wajahnya terlihat cemberut sambil menatapku. Aku bingung apa yang membuatnya begitu, lalu teringat tentang ucapannya kemarin malam.
"(Setiap kita bertemu kau harus selalu berada di sampingku oke)" yah itu lah yang diucapkannya kemarin, tapi disini sedang ada Kepala Cabang, aku tidak mungkin dengan lancang duduk di sebelahnya, bagaimana ini. Lalu seketika Leonore bangun dari tempat duduknya lalu berjalan kearahku dan duduk disampingku, tentu saja itu membuat Henderson nampak bingung. Namun dia tidak berkata apa2 selain hanya menatap kearah kami berdua.
"Baiklah kalau begitu biar ku katakan, Ryo kemarin aku mendapat surat dari Ibukota" ucap Henderson
"Surat? Bukankah Grandmaster master sedang berada disini, siapa yang mengirim surat itu?" kataku
"Surat itu dikirimkan langsung dari Istana Kerajaan Windgate" ucap Leonore
"(eh? Istana Kerajaan?) Tunggu, apa maksud kalian itu adalah surat dari Sang Raja?" tanyaku
"Benar, Raja nampaknya ingin bertemu denganmu," ucap Henderson
"Kemampuan dan Reputasimu sudah sampai ke telinga Sang Raja, kemungkinan Duke Anderson lah yang melaporkannya pada Raja" ucap Leonore
"(Ah tentu saja) Lalu apa yang harus kulakukan ketika aku bertemu Sang Raja nanti?" kataku
"Raja bukanlah orang yang kaku, dia sangat ramah dan juga tidak memandang rendah orang biasa, jadi bersikaplah seperti biasanya saja nanti" ucap Leonore
"Meski begitu kau harus tetap mejaga sikap mu ketika bertemu Raja" ucap Henderson
"Aku mengerti, jadi singkatnya, kapan aku harus menemui Raja?" kataku
"Kau harus menemui Raja secepatnya" ucap Leonore
"Baiklah aku akan membicarakannya pada anggota party ku" ucapku
"Tentu, dan aku juga merekomendasikan mu untuk sebuah misi pengawalan" ucap Henderson
"Pengawalan?" tanyaku
"Ya misi pengawalan, party mu hanya harus menjaga rombongan karavan pedagang yang menuju ke Ibukota" ucap Henderson
"Bukankah perjalanan menuju Ibukota itu tergolong aman?" kataku
"Jika dari para bandit iya, tapi kalau monster tentu saja masih ada, belum lagi setelah melewati desa Yoro yang ada di selatan kota ini jalan itu akan melewati dua hutan"ucap Henderson
"Ya itu benar, tepatnya kau akan berjalan diantara 2 tepi hutan, yaitu hutan Biseki di utara dan tepi hutan Ikaruga di selatan jalan" ucap Leonore
"Begitu ya, kalau begitu kapan pedagang itu akan berangkat?" kataku
"Mereka akan berangkat siang ini, jadi bersiaplah" ucap Henderson
"Baik kalau begitu aku akan mempersiapkan anggota Silvermoon terlebih dulu" kataku
Setelah mendengar itu aku pun meninggalkan ruangan itu dan menuju ke konter staff menemui Mina, di konter staff mina sudah menungguku.
"Aku akan mengambil misi yang direkomendasikan oleh Kepala Cabang" kataku
"Baiklah, aku sudah menyiapkannya" ucap Mina
"Terima kasih" kataku
Setelah menerima surat persetujuan untuk misi aku pun langsung kembali ke Penginapan untuk bertemu dengan teman2 dan menyampaikan tentang misi yang akan kita jalankan, termasuk dengan aku yang diminta untuk menemui sang Raja. Sesampainya di penginapan, aku melihat Max sedang mengobrol dengan Miki di kedai penginapan, aku pun menghampiri mereka.
"Apa hanya kalian berdua? Mana Tiana dan Airen?" kataku
"Oh kau sudah kembali, Tiana sedang mengawasi Airen yang berlatih mengontrol mana di kamar" ucap Miki
"(Akhir2 ini Airen menjadi begitu semangat berlatih, tapi selama ada tiana yang mengawasinya kurasa dia akan baik2 saja) Begitu ya" kataku
"Lalu apa yang di katakan oleh kepala cabang dan Grandmaster?" tanya Max
"Mereka berkata kalau Sang Raja ingin bertemu denganku" kataku
"Eh? Raja? Ada apa? Entahlah, mungkin ini terkait dengan serangan monster sebelumnya" kataku
"Sepertinya ayahku juga sudah melaporkannya kepada Raja tentang dirimu" ucap Max
"Jadi ayahmu melaporkannya? Tidakkah itu akan merepotkan Ryo nantinya?" ucap Miki
"Tidak apa Miki, itu semua juga sudah dengan persetujuan dariku. Tapi mungkin memang kedepannya akan sedikit merepotkan, tapi kurasa ini memang begini seharusnya" kataku
"Apa maksudmu seharusnya? Kau memiliki hak untuk menyimpan kekuatanmu itu untuk dirimu sendiri" ucap Miki
"Apa yang kau katakan tidak salah, aku hanya merasa, semakin besar kekuatan maka semakin besar juga tanggung jawabnya" kataku
"Aku mengerti maksudmu tapi tidakkah kau merasa semua itu akan merepotkanmu?" ucap Miki
"Miki aku mengerti apa yang Ryo maksud, itu memang benar, tapi kurasa dia memiliki penjelasn tentang itu, tenanglah" ucap Max
"Benar, Grandmaster sudah berjanji akan membantu kita jika ada masalah kedepannya setelah orang2 mengetahui kemampuan ku, tap kita tidak bisa selamanya bergantung pada Grandmaster, kita juga harus memperkuat diri kita sendiri agar tidak ada orang yang dapat berbuat seenaknya pada kita" kataku
Miki pun terdiam dan hanyut dalam fikirannya sendiri, namun Max meyakinkan Miki dengan penuh kesabaran dan penjelasan yang baik. Setelah mendengarkan penjelasan dari aku dan Max, Miki pun akhirnya mengerti.
"Baiklah, kalau begitu aku juga akan berusaha sekuat tenaga demi kita semua" ucap Miki
"Terima kasih Miki" kataku
"Jadi sebaiknya kita mencari misi pengawalan yang menuju ke ibukota" ucap Max
"Itu benar, dari pada kita membayar untuk biaya angkutan kesana, lebih baik kita mencari Quest pengawalan" ucap Miki
"Tenang saja, aku sudah mendapatkannya, ini juga di rekomendasikan oleh kepala cabang" kataku
"Baguslah, kalau begitu aku akan memanggi Tiana dan Airen agar mereka bersiap juga" ucap Miki
"Baiklah, terima kasih" kataku
Miki pun naik ke kamar untuk memberitahukan tentang misi kami selanjutnya, tak berapa lama mereka bertiga turun dan menemui kami. Aku langsung menjelaskan pada mereka tentang isi pertemuan ku dengan Grandmaster dan Kepala Cabang kalau sang Raja ingin bertemu dengan ku dan memintaku datang ke ibukota, mereka juga awalnya mempertanyakan itu, namun setelah penjelasanku dan di bantu oleh Max mereka berdua akhirnya mengerti.
Kami semua pun segera bersiap, seperti biasa kami membeli persediaan makanan dan potion untuk berjaga2 pada setiap kondisi yang mungkin akan terjadi nantinya. Setelah bersiap kami berkumpul di depan guild dan menuju tempat pedagang itu bersiap di gerbang selatan kota.
Tanpa menunggu lagi kami semua segera kesana dan menemui pedagang itu.
.hadehh