"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Urusan Mu
Tepat sekali, sebuah mobil keluar dari pekarangan mansion. Sebuah mobil yang Elmer kenali. Saat ingin menghentikan mobil itu, ia mengerem mobilnya dengan dadakan. Ia tak sanggup jika harus bersitatap dengan Gege.
Buk
Elmer memukul stir mobilnya dengan kasar, apa yang harus ia lakukan, ia sangat takut. "Tunggu, ini bukan saatnya aku takut. Aku harus menemui Gege saat memiliki bukti. Gege pasti tidak akan mau mengakuinya."
Elmer memundurkan mobilnya, lalu melajukan ke arah sekolah Krystal. Satu-satunya jalan, ia harus test DNA.
Sedangkan Rara, ia masih membuntuti Elmer. Namun ia heran, kenapa Elmer malah berhenti di jalan dan jalan itu menuju ke rumah Tuan Hardiand?
"Apa yang ingin Elmer lakukan?" tanya Rara.
Dia hendak melajukan mobilnya kembali, namun terdengar sebuah suara nada dering dari ponselnya. Ia menggeram, saat melihat siapa yang menghubungi.
"Apa lagi Briana? Kau tau aku sekarang pusing, ada seseorang yang mirip dengan Gege. Bukan mirip, hanya sifatnya saja. Wajahnya tidak mirip."
Bip
"Aku harus membuntuti Elmer," Rara kembali melajukan mobilnya, saat Elmer berhenti. Ia akan berhenti jarak jauh. Kedua matanya melihat seorang wanita turun dan seorang anak perempuan. Terlihat wanita itu mengantar anaknya ke sekolah.
"Ternyata benar, Elmer membuntuti wanita itu."
Saat mobil itu melaju kembali, mobil yang di tumpangi Elmer pun melaju. Ia pun kembali melajukannya mobil.
Sedangkan Elmer, dia menghentikan mobilnya saat mobil yang di tumpangi Gege berhenti di salah satu kafe. Dia ikut turun dan masuk ke dalam kafe itu, namun ia melihat Gege sedang berbicara dengan salah satu pelayan dan menghilang di balik pintu.
"Tuan ingin memesan apa?" tanya seorang pelayan menghampiri Elmer yang duduk di dekat jendela menghadap ke jalan.
"Cappucino"
Kedua matanya selalu melihat ke arah pintu. Jari telunjuk tangan kanannya tak berhenti mengetuk meja di depannya untuk menghilangkan kegugupannya.
"Tunggu sebentar Tuan."
Seorang pelayan Kafe pun membawakan pesanan Elmer. Dia menaruhnya di atas meja dan tersenyum. "Silahkan di nikmati Tuan."
Elmer mengangguk, dia menyapu setiap sudut ruangan kafe yang saat ini ia singgahi. Beberapa lukisan bunga di dinding yang menghiasi kafe itu, beberapa pot bunga yang berjejer rapi di dekat jendela. Kafe ini hanya berlantai satu, namun cukup luas.
"Apa Gege pemilik Kafe ini?" Kedua netranya kembali tertuju pada pintu tadi. Dia menunggu keluarnya Gege. Tidak tahan menunggu ia ingin bertanya, namun saat suaranya ingin memanggil salah satu pelayan. Dia melihat Gege keluar dan langsung menghampirinya.
Deg
Hati Gege bergetar, kedua tangannya keluar keringat. Dinginnya Ac saat ini seakan tak mempan. Tubuhnya terasa panas, demi menghindari pria di depannya ia hendak melangkah menyamping melewati Elmer. Namun tangan Elmer menghentikannya.
"Boleh kita berbicara?"
Gege tak ingin di ketahui atau di curigai, ia pun dengan terpaksa mengangguk. "Boleh," ucapnya datar.
"Itu meja yang aku tempati tadi." Elmer menggiring Gege duduk di mejanya tadi. Kemudian duduk di depan Gege.
Elmer memandangi wanita di depannya, ia melihat sosok Gege di depannya.
Gege menunggu Elmer membuka suaranya, namun beberapa menit kemudian tak ada suara dari pria itu. Ia merasa risih dengan tatapannya itu. Bertahun-tahun ia tak lagi melihat wajah Elmer. Rasa sakitnya masih ada. Apinya masih berkobar. Ia memalingkan wajahnya, berusaha bersikap biasa saja. Namun kedua tangannya bergetar.
"Apa anda tidak ingin berbicara?" Gege beranjak berdiri. Hatinya tidak bisa berlama-lama di depan Elmer.
Elmer langsung memegang lengan Gege, ia tidak ingin wanita di depannya pergi.
"Aku ingin berbicara tentang tuan Hardiand."
Gege menarik lengannya dan duduk kembali. "Katakan, saya tidak memiliki waktu meladeni anda."
"Kenapa bersikap formal,,"
"Sudah saya bilang saya tidak memiliki waktu dengan anda."
Elmer tersenyum dengan bibir gemetar. Benarkah wanita di depannya adalah Gege. Ia ingin memeluknya. "Sebenarnya alasan ku menemui mu pertama aku ingin tuan Hardiand memaafkan Daddy. Aku tidak bisa melihat mertua ku sedih seperti itu."
"Menantu yang sangat baik," ucap Gege. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas, seakan mengejek. "Tidak ada hubungannya dengan ku. Mau memaafkan atau tidak."
"Tapi kejadian dulu murni kecelakaan, demi menyelamatkan Gege, putrinya. Kalau bisa ayah mertua pasti menyelamatkan putrinya tuan Hardiand."
"Sudah ya, aku tidak ingin membahasnya." Gege berdiri.
"Kau seperti Gege, wajah mu memang beda. Tapi bayangan mu sama dengannya. Aku masih hafal sikap istri ku."
Gege menoleh, ekspresi wajahnya sangat sulit terbaca.
"Dia sudah pergi, dia mengalami kecelakaan. Tetapi aku percaya kalau dia masih hidup. Aku yakin dia kini berada di suatu tempat."
Kedua netra Elmer mengunci kedua netra Gege. "Aku mencintainya, tapi semuanya sudah terlambat."
Gege langsung memutuskan tatapannya dengan Elmer. Tangannya mencengkaram tas yang ia pegang.
"Lalu, apa hubungannya dengan saya?"
"Elmer!" Seorang wanita yang tak lain Rara menyela pembicaraan mereka.
Kedua air mata Gege menggenang, inilah kakak yang ia sayangi. Ia selalu berbagi, tapi tidak untuk perasaannya. Kakaknya tega menyakitinya. Rasanya begitu sakit melihat wajahnya.
Rara menatap sinis, ia tidak suka dengan wanita di depannya. Ia beralih ke arah Elmer. "Elmer kamu ngapain di sini?"
"Kau membututi ku?" tanya Elmer balik. Dia tidak menjawab pertanyaan Rara. Bagaimana bisa Rara ada di kafe ini kalau bukan membuntutinya.
Gege yang merasa jengah dengan keberadaan dua orang ini, dia pun melenggang pergi meninggalk keduanya.
"Ge ..." Elmer hendak mengikutinya.
"Hentikan Elmer, dia itu bukan Gege." Rara menahan tangan Elmer.
Elmer menghempaskan tangan Rara. "Bukan urusan mu," ujar Elmer begitu kesal dengan sikap Rara yang ikut campur dengan segala urusannya.
"Elmer ...." Sekalipun hatinya di tusuk oleh belati dari mulut Elmer. Ia tetap mengikuti langkah pria itu.
"Ge, Gege ..." Elmer menggedor-gedor kaca mobil yang mulai berjalan itu. "Gege berhenti Ge, Ge kita perlu bicara."
"Elmer hentikan!"
"Mau kamu apa Ra?" tanya Elmer dengan nada membentak.
"Dia bukan Gege!" Rara meninggikan suaranya.
"Sekalipun dia bukan Gege kau mau apa? Terserah aku mencintai siapa pun, bukan urusan mu dan cukup, jangan mengikuti ku. Kalau tidak, aku akan membenci mu." Elmer menunjuk wajah Rara dia kemudian menjalankan mobilnya.
Hidung Rara kembang kempis, air matanya mengalir begitu saja. Dadanya terasa panas, Elmer sama sekali mengabaikan perasaannya.