REBIRTH FOR LOVE

Soraya masih memikirkan ucapan Linda, salah satu staf pelayan dirumah ini.

Pelayan rumah tangga di kediaman Samuel ini ternyata adalah agen pemerintahan yang ditugaskan bekerja di rumah Samuel.

Hal yang mengejutkan bagi Soraya karena dia tidak mengetahuinya jika ada pegawai pemerintahan yang ditugaskan untuk melayani keluarga konglomerat dengan dalih pengawasan negara atas sejumlah kekayaan yang dimiliki keluarga kaya.

Soraya juga memikirkan tentang hubungan antara Samuel dan adik perempuannya yang bernama Sarah itu, dan ternyata mereka tidak sekandung hanya satu ayah.

Tidak pernah terpikirkan dia akan menemukan rahasia tersembunyi ini jika dia tidak mengalami kelahiran kembali ke kehidupan keduanya, mungkin saja Soraya tidak akan mendapatkan rahasia yang mulai terkuak ini.

Soraya masih mematut lama di depan cermin sambil mengamati dirinya yang telah berhias menarik.

Sengaja dia berpenampilan semenarik mungkin agar Samuel meliriknya pagi ini.

"Ah, kenapa dia selalu saja sibuk ?" gumamnya tak terima dengan sikap Samuel yang terlalu acuh.

Soraya masih memperhatikan penampilannya didalam kaca cermin.

Saat ini dia sedang mengenakan gaun pendek dengan atasan terbuka berwarna kuning gading.

Soraya tampak cerah dengan balutan busana itu, kulitnya yang putih bersih semakin menonjol kuat dalam gaun tersebut.

Senyum menghias sudut bibirnya yang dipulas oleh lipstik merah muda, mengesankan wajahnya yang cantik jelita semakin ceria serta berseri-seri.

"Hmm..., aku akan menemui Samuel dan mengajaknya ikut denganku ke gym hari ini", ucapnya penuh semangat.

Soraya memutar tubuhnya sekali lagi lalu meraih tas mungilnya dari atas meja rias dekat cermin kemudian dia berlari keluar ruangan kamarnya dengan wajah penuh ceria.

Tap... Tap... Tap..., suara langkah kecilnya terdengar lembut ketika Soraya bergegas keluar kamar.

Tak sengaja terdengar suaranya bersenandung riang ketika dia berlari ke arah tangga turun.

Semakin lama suara langkah kakinya berderap keras ketika menuruni anak-anak tangga dirumah megah itu hingga beberapa pelayan rumah terpaksa mengalihkan pandangan mereka ke arah Soraya.

"Selamat pagi, nyonya Soraya...", sapa mereka kompak.

Soraya tersenyum samar lalu melambaikan tangannya kepada mereka.

"Selamat pagi...", sapanya membalas dengan wajah senang.

Soraya bergerak ke arah ruangan makan, dimana biasa dia bertemu Samuel untuk sarapan pagi.

Benar, dia melihat suaminya sedang duduk dimeja makan sambil membaca koran sedangkan secangkir minuman menemaninya pagi ini.

"Selamat pagi, Samuel...", sapanya ceria lalu menghampiri suaminya yang teralihkan perhatiannya kepada Soraya.

"Selamat pagi, sayang...", sahut Samuel sembari tersenyum lembut.

Setiap Samuel melihat Soraya maka dia akan selalu tersenyum senang meski Soraya selalu saja bersikap cuek terhadap dirinya.

Malam kemarin, Soraya lagi-lagi menolak ajakan Samuel untuk berhubungan intim dengan berbagai alasan yang lumayan menggelikan. Lantaran Soraya ingin terbiasa dengan Samuel sebelum menyerahkan mahkotanya kepada pria yang telah menjadi suaminya itu.

Kedengarannya lucu sebab Soraya dan Samuel telah menikah.

Kenapa Soraya masih saja menolak ajakan berhubungan intim dengan Samuel sedangkan mereka telah menjadi akrab sekarang.

Masih seminggu sejak kelahiran kembali mereka ke kehidupan kedua ini. Dan mereka sepakat untuk memperbaiki diri masing-masing.

Tapi untuk apa ?

Bukankah Soraya ingin pernikahannya dengan Samuel menjadi dekat dan romantis setelah kelahiran kembali ini, tidak seperti sebelumnya, pernikahan mereka hancur sehingga mengakibatkan tragedi mengerikan itu terjadi.

Soraya kembali mengingat peristiwa ledakan dahsyat yang merenggut nyawanya itu bahkan juga merenggut nyawa Samuel.

Suatu yang paling disesali oleh Soraya hingga kini adalah ketika dia menyadari laki-laki yang mencintainya itu sangat memperdulikan dirinya bahkan rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Soraya dari peristiwa naas itu terjadi.

Sehingga di saat akhir kematiannya, Soraya sangat menyesalinya.

Mengapa dia berlaku buruk pada Samuel selama pernikahan mereka dulu.

Kenapa dia mengabaikan cinta Samuel terhadap dirinya.

Apa isi didalam otaknya itu sehingga menolak cinta serta perhatian Samuel yang jelas-jelas suaminya.

Soraya justru cenderung memilih Kevin dan berselingkuh dari Samuel, bukankah hal itu sangat buruk bagi seorang istri. Dan ternyata Kevin telah menipunya mentah-mentah setelah Soraya tahu kalau laki-laki bernama Kevin itu adalah penjahat yang ingin meraup keuntungan dari dirinya selama mereka berhubungan dulunya.

Tiba-tiba Soraya terdiam tegang sembari berdiri tak jauh dari Samuel duduk.

Langkah kakinya langsung terhenti dan dia tidak tahu harus berbuat apa lagi saat ini.

"Soraya, kemarilah...", sapa Samuel.

Terlihat tangan Samuel terulur ke arah Soraya hendak meraih tangan istrinya itu.

"Kenapa kau diam, sayangku ?" ucap Samuel.

Soraya sedikit tersentak kaget lalu menjawab ucapan Samuel dengan gelagapan.

"Ti-tidak, aku hanya kesemutan", sahutnya lalu terburu-buru mengalihkan pandangannya ke arah lainnya.

Samuel melirik tajam ke arah kedua kaki Soraya yang terlihat jenjang itu.

Kedua kakinya yang cantik tampak jelas terbuka mulus dalam balutan gaun pendek berwarna kuning gading itu.

Samuel sedikit berdecak pelan sambil menelan ludahnya.

Bayangan kedua kaki yang putih molek milik Soraya sedang menjepit tubuhnya kuat-kuat hadir dalam benak Samuel secara tiba-tiba.

Mesum...

Pikir Samuel cepat lalu mengenyahkan pikiran nakal dalam benaknya.

Tatapan Samuel langsung tertuju pada bagian atas tubuh Soraya.

Bukan teralihkan segera pikiran nakal dari benaknya sebab penampilan dibagian atas tubuh Soraya lebih terbuka lagi.

Tuhan...

Gumam Samuel, tidak bisakah dia mengenakan pakaian yang lebih tertutup lagi.

Bagaimana aku bisa mengalihkan pikiran kotor ini dari benakku jika melihatnya berpakaian menarik seperti itu.

Samuel berdehem sebanyak lima kali, berusaha kuat untuk bersikap terhormat meski itu sangat sulit baginya jika berdekatan dengan Soraya yang penampilannya sekarang berubah sangat cantik dibanding pertama kalinya, dia bertemu dengan Soraya.

"Waktu sarapan, duduklah...", ucap Samuel basa-basi.

Ucapannya terdengar sia-sia karena mengacuhkan kehadiran Soraya yang jelas-jelas ingin menarik perhatiannya.

Soraya menghela nafas pelan kemudian menarik asal kursi makannya.

Sret... ! Soraya langsung duduk dengan pandangan mendongak, berusaha tetap tegar.

"Sarapan pagi ini adalah menu kesukaanmu, kurasa kau pasti menyukainya...", kata Samuel kembali basa-basi.

Mendadak saja sikap Samuel kembali dingin seperti dulu lagi.

Soraya melirik sekilas ke arah Samuel, tidak bersuara, hanya duduk terdiam saja.

Tampak Samuel sibuk mengambilkan sarapan buat Soraya bahkan menyeduhkan secangkir minuman untuk istrinya itu.

"Makanlah yang banyak !" ucap laki-laki tampan itu sambil memberikan sepiring makanan kepada Soraya.

Soraya masih bergeming diam saat Samuel sibuk mempersiapkan sarapan untuknya.

"Tidak baik membiarkan makanan terlalu lama diatas meja sehingga menjadi dingin", ucap Samuel.

Samuel meletakkan secangkir minuman hangat ke atas meja makan didepan Soraya.

Sesekali Samuel melirik ke arah Soraya yang hanya terdiam saja.

Namun, Samuel tidak memperdulikan sikap diam istrinya itu, pikirnya, akan semakin buruk jika Samuel menanggapi diamnya Soraya sekarang ini.

Bukankah dia telah berjanji akan memberi waktu bagi Soraya untuk terbiasa dengannya meski pernikahan mereka cukup lama berjalan sampai sekarang ini.

Soraya masih saja terdiam, terlihat jika dirinya terabaikan oleh Samuel.

Meski hatinya kesal dengan sikap Samuel, tetap saja Soraya harus menghabiskan sarapannya.

Kenapa Samuel berubah dingin lagi, pikir Soraya saat dia menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya sambil mengamati suaminya itu.

Tidak terlihat gelagat baik dari Samuel sekarang ini.

Sikapnya tetap acuh tak acuh terhadap penampilan Soraya padahal Soraya telah berdandan semenarik mungkin hari ini, hanya demi menarik perhatian Samuel terhadap dirinya.

Awal yang buruk...

Pikir Soraya yang menggerutu kesal lalu menarik nafas dalam-dalam saat melihat sikap dingin suaminya.