Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Bab 26~Rahasia Kekuatan
Akhirnya Fangxuan keluar menjadi pemenang dalam kompetisi sesuai keputusan bersama. Walaupun masih ada satu pertandingan lagi antara Chan Ling dan Xi Anzhing, tapi mereka memutuskan untuk mengakhirinya.
Fangxuan dinyatakan sebagai pemenang satu-satunya dan berhak atas hadiah-hadiah yang dijanjikan tetua sekte tengkorak iblis.
"Kau bisa bergabung bersama prajurit kerajaan hari ini juga sebagai prajurit khusus. Dan Batu Keabadian serta lima puluh batu spirit ini menjadi milikmu!" Tetua Ji menyerahkan hadiah serta lencana perak kepada Fangxuan.
Namun, pemuda tersebut menolak lencana perak yang diberikan tetua Ji padanya. "Maaf Tetua, aku tidak ingin menjadi seorang prajurit khusus. Berikan saja kehormatan itu pada mereka semua yang mengikuti kompetisi ini. Aku hanya ingin menjadi seorang pengembara."
"Jadi, kau tak menginginkannya?!" Tetua bertanya memastikan.
"Dari awal aku tidak ingin mengikuti kompetisi ini," sahutnya sembari melirik tetua Fu Lao dengan tatapan tajam. "Jika bukan dia yang memaksaku, aku tidak akan repot-repot untuk hal ini."
Tetua Ji menarik kembali tangannya yang terulur menyerahkan lencana perak tersebut. "Tapi ini untuk satu orang. Jika mereka berlima mendapatkannya, maka__"
"Apa kau menolaknya?!" Nada bicara Fangxuan berubah penuh tekanan. Aura gelap kembali muncul mengintimidasi. "Dengar, Tetua, mereka yang mengikuti kompetisi mempertaruhkan nyawa demi bisa memenangkan ini. Apa menurutmu mereka tidak pantas? Atau jangan-jangan, kalian hanya membuat kami menjadi kelinci percobaan saja!"
"Lancang. Bicara yang sopan pada Tetua. Berani sekali kau__"
Tetua Ji mengangkat tangan menghentikan ucapan orang tersebut. "Baiklah, aku akan mengangkat mereka sebagai prajurit khusus kerajaan. Apa kau masih menginginkan sesuatu, Nak?!" Nada bicaranya berubah melembut.
Dari cara bicaranya, Fangxuan yakin tetua Ji sedang merencanakan sesuatu untuknya. Mungkin saja si tua itu menginginkannya untuk bergabung bersama sekte mereka, batin Fangxuan.
"Tidak, aku hanya ingin secepatnya pergi dari sini." ujar Fangxuan dingin. Kakinya berbalik melangkah, namun tetua JI menghentikannya.
"Sebelum kau pergi, alangkah baiknya jika kita berbincang sejenak. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan bersamamu, hanya empat mata."
Fangxuan menyeringai ketika membelakangi. Ia sudah bisa menebak apa yang sedang dipikirkan tua bangka yang licik tersebut. "Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan selain hal tadi." ucap Fangxuan kembali melangkahkan kakinya.
Setelah melewati hari-hari yang melelahkan, rasanya pemuda itu ingin segera merebahkan tubuh di tempat tidur. Sungguh, rintangan di ruang dimensi membuat dirinya begitu kelelahan, ditambah pertandingan yang menguras tenaga bahkan mempertaruhkan nyawa.
Fangxuan tidak ingin mengikuti kompetisi apapun lagi sebab dirinya memang tidak pernah tertarik untuk hal seperti itu. Tapi, karena kompetisi itu, sisi lain dari dirinya pun bangkit dan membuatnya menjadi kuat seketika.
Jika bukan karena itu, mungkin Fangxuan tetaplah Fangxuan yang dulu, seorang pecundang payah dan lemah tanpa kultivasi apapun. Dan beberapa saat tadi dirinya nyaris tinggal nama.
"Beruntung aku memutuskan secepatnya. Jika tidak, selamanya aku tidak akan bertemu Ibuku lagi."
**Di dalam diri Fangxuan yang gelap**.
"***APA KAU INGIN MATI? CEPAT PUTUSKAN***!" ujar makhluk yang berada di balik penjara pilar perunggu itu.
"Apa aku bisa mempercayaimu? Bahkan wujud mu saja tidak nampak di mataku!" Fangxuan berkata lantang.
**HAAAARRRGGHHH**
Tiba-tiba sebuah kepala berukuran besar dengan gigi taring, mata, hidung, serta tanduk yang besar muncul di balik jeruji perunggu tersebut. Matanya berwarna merah menyala, kepalanya berbentuk seperti ular namun bertanduk, giginya memiliki taring yang sangat tajam dan kuat.
Melihat penampakan tersebut, seketika Fangxuan mundur dan terjatuh dengan posisi duduk. Ia menatap tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
"K-Kau ... Seekor naga?!"
"***YA, INILAH WUJUDKU. APA KAU TAKUT***?!"
Fangxuan terdiam sejenak dengan mulut menganga. "Tidak, ini pasti hanya ilusi. Kau tidak nyata dan ini sebuah mimpi." tampik Fangxuan.
"***TERSERAH KAU ANGGAP APA. TAPI, CEPAT PUTUSKAN SESUATU SEBELUM RAGAMU HANCUR BERKEPING, KARENA AKU TIDAK INGIN IKUT KE NERAKA BERSAMAMU***." sarkasnya.
"Brengsek, mati saja kau!" Fangxuan menjadi emosi. "Lalu, apa yang harus aku lakukan?!"
"***SERAHKAN TUBUHMU PADAKU UNTUK AKU KUASAI***."
"Tidak, aku tidak akan melakukannya. Aku masih ingin hidup dan membalaskan dendam ku pada mereka. Jadi, kau jangan meminta hal yang tidak akan pernah ku kabulkan!" tolaknya tegas.
Tanpa diduga, makhluk itu tertawa keras. "***HAHAHA. KAU MEMANG TEGUH PENDIRIAN, FANGXUAN. BAIKLAH, AKU TIDAK AKAN MENGUASAI TUBUHMU SELAMANYA. INI UNTUK SEMENTARA SAJA SAMPAI PRIA ITU MATI. BAGAIMANA, KAU SETUJU***?!" tawarnya kemudian.
Pemuda itu sejenak memikirkan tawaran naga tersebut sebelum menyetujuinya. "Baiklah, lalu bagaimana caranya?"
"***ULURKAN TANGANMU DAN SENTUH KEPALAKU TEPAT DI DAHI SAMBIL MEMEJAMKAN MATA. SETELAH ITU, SEBUT NAMAKU, RAJA NAGA LONGWEI, BANGKITLAH***!" ujarnya.
Walaupun sempat ragu, tapi Fangxuan melakukan apa yang diminta makhluk tersebut. Ia mengikuti sesuai perkataan naga tersebut dan seketika tubuhnya menjadi panas serta dadanya terasa dihimpit batu besar.
Perlahan rohnya seperti tertarik keluar dan digantikan oleh naga Longwei.
•
•
•
Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju penginapan paman Hong. Namun, ketika sampai di sana, semua orang menatapnya takut sampai mundur untuk menghindari. Walaupun masih ada yang duduk santai sambil memperhatikan tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Paman, aku ingin istirahat. Tolong antarkan makanan ke kamarku!" ujarnya sopan.
Paman Hong terkejut ketika melihat pemuda bertopeng itu mendatanginya. "K-K-Kau, bagaimana mungkin itu ...!"
Fangxuan mengerutkan kening bingung melihat sikap paman Hong padanya. "Paman, kenapa kau gugup? Aku hanya ingin istirahat dan makan. Oh iya, aku belum membayar sewa kamar dan makanannya. Ini, ambilah!" Tiga buah batu spirit ia berikan pada paman Hong sebagai pembayaran.
Mata paman Hong berbinar ketika melihat tiga buah batu spirit di tangannya. "Ini ... Apa kau berniat tinggal lama di tempatku?!"
"Tidak, besok aku sudah pergi." sahut Fangxuan.
"Tapi ini sangat banyak. Harga sewa kamar ditambah makanan hanya sembilan ribu koin perak."
"Kalau begitu, anggap saja uang lebih karena memberikan pelayanan terbaik." jawab Fangxuan enteng.
"Benarkah?" Fangxuan mengangguk pasti. "Ah, terima kasih, Nak. Kau bermurah hati sekali,"
Setelah membayar uang sewa pada pemilik, Fangxuan pun naik ke lantai atas tempat kamarnya berada. Namun, belum sempat ia masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terjadi keributan di lantai bawah.
Beberapa pria sangar dengan tubuh besar mengobrak-abrik penginapan paman Hong. Meja dan kursi hancur karena dibanting olehnya. Orang-orang yang sedang duduk di sana menjadi sasaran kemarahan para pria tersebut.
"Siapa di antara kalian yang bernama Fangxuan?!" tanya para pria besar tersebut.
"Kami tidak tahu!"
"Bohong!"
Seketika meja melayang di udara karena dilemparkan pria besar itu hingga jatuh ke lantai dan hancur.
**Brakk**
...**Bersambung** ......
Lanjutkan 👍👍👍