NovelToon NovelToon
AZKAN THE GUARDIAN

AZKAN THE GUARDIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Kehidupan alternatif / Kontras Takdir
Popularitas:916
Nilai: 5
Nama Author: BERNADETH SIA

Tujuh ratus tahun telah berlalu, sejak Azkan ditugaskan menjaga Pulau Asa, tempat jiwa-jiwa yang menyerah pada hidup, diberi kesempatan kedua. Sesuai titah Sang Dewa, akan datang seorang 'Perempuan 'Pilihan' tiap seratus tahun untuk mendampingi dan membantunya.
'Perempuan Pilihan' ke-8 yang datang, membuat Azkan jatuh cinta untuk pertama kalinya, membuatnya mencintai begitu dalam, lalu mendorongnya masuk kembali ke masa lalu yang belum selesai. Azkan harus menyelesaikan masa lalunya. Namun itu berarti, dia harus melepaskan cinta seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah musuhnya? Orang yang menyebabkannya ada di Pulau Asa, terikat dalam tugas dan kehidupan tanpa akhir yang kini ingin sekali dia akhiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BERNADETH SIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMELUK LAINA

“Az?” Laina menggeliat, merasakan kehadiran seseorang di sisinya, di atas tempat tidurnya.

“Iya, ini aku.” Azkan berbaring di sisi Laina yang masih terpejam. Dia mengulurkan tangannya ke bawah leher Laina supaya dia bisa tidur dalam pelukannya. Laina tak menolaknya. Berada di dalam pelukan Azkan setelah pengalaman panjang dan melelahkan yang baru dia alami, adalah sebuah kemewahan yang menentramkan. 

“Tidurlah, beristirahatlah,” Azkan menarik selimut hingga menutupi tubuh Laina. Setelah menata posisi bantal di kepalanya, dia pun memejamkan mata sambil memeluk Laina. 

Matahari membangunkan Azkan lebih dulu. Tidur panjangnya semalam, sudah cukup untuk memulihkan semua energi yang terkuras untuk menelusuri masa lalu orang lain. Sedangkan Laina, sama seperti dirinya ratusan tahun lalu, masih membutuhkan banyak waktu hingga energinya kembali pulih. 

Meski sudah tak lelah, namun Azkan enggan untuk beranjak. Dia menatap wajah Laina yang lelap di sisinya, bergelung dalam pelukannya dan terlihat begitu nyaman. Azkan menelusuri garis wajah Laina dengan ujung jarinya. Kedua ujung bibirnya tertarik ke ujung berlawanan, melukiskan segaris senyuman di wajahnya yang tampan. “Di saat tidur pun, kau sungguh cantik, Lai.” Azkan membisikkan pujiannya, berharap suaranya sampai ke dalam mimpi Laina. 

Tok tok tok

“Azkan?” suara Armana terdengar samar-samar di balik pintu kamar Laina.

“Tunggu.” dengan sangat perlahan, Azkan menarik tangannya yang menjadi sandaran kepala Laina, lalu bangun dari tempat tidur sambil memperhatikan Laina yang kelihatannya masih tak sanggup bangun. 

Azkan hanya membuka setengah pintu kamar Laina, membiarkan tubuh besarnya menutupi akses masuk ke kamar Laina. 

“Aku tidak melihatmu di kamar, jadi aku ke sini.” Armana memulai kalimatnya. Tatapannya seperti seorang ibu yang sedang mencurigai anak laki-lakinya ketika membawa teman perempuan ke dalam kamar.

“Aku tidak melakukan apa pun, Armana. Jangan khawatir. Aku hanya menemaninya tidur.” cengiran Azkan membuat kerutan di dahi Armana semakin terlihat jelas. 

“Kalau kau punya hati nurani, memang seharusnya seperti itu. Apalagi kau membawanya menelusuri masa lalu orang lain tanpa persiapan apa pun. Kau lupa kalau dulu kau harus tidur selama satu minggu setelah melakukan hal itu untuk pertama kalinya? Kau pikir Laina akan sanggup mengatasinya begitu saja? Kau tidak lihat betapa pucat wajahnya ketika sampai di rumah semalam? Dia bahkan tidak bisa mengganti pakaiannya dan langsung jatuh di atas tempat tidur.” Armana adalah satu-satunya orang di dalam pulau ini, yang bisa mengomeli Azkan seperti ini, dan tidak membuat Azkan marah. 

Azkan tersenyum lembut, “Terima kasih, Armana. Kau sudah menjaga Laina ketika aku tidak ada dan kau sudah mengkhawatirkannya. Aku memang bisa mengandalkanmu.” 

“Aku tidak butuh pujianmu.” meski berkata begitu, Armana tak bisa menyembunyikan senyumannya. “Lalu sekarang, apa yang harus kita lakukan? Laina harus makan dan minum. Kalau tidak, tubuhnya akan semakin sakit.”

“Iya. Siapkan saja makanan yang lembut dan mudah ditelan. Aku akan menyuapinya. Akan kupastikan dia bangun sebentar untuk makan dan minum.”

“Apa perlu kupanggilkan dokter?”

“Untuk sekarang, tidak perlu. Kulihat kondisinya tidak buruk. Hanya energinya yang habis. Dia butuh istirahat.”

“Kau yakin?” Armana menatap Azkan sanksi.

“Sepertinya sekarang kau sudah menyayangi Laina ya?” godaan Azkan membuat Armana melengos pergi untuk menyiapkan makanan. 

Azkan tersenyum, merasakan kehangatan di dalam hatinya. “Aku juga menyayanginya, Ar. Sangat.” ucap Azkan pada punggung Armana yang perlahan menghilang.

Selama beberapa hari berikutnya, Azkan tinggal di dalam kamar Laina. Dia membangunkan Laina di waktu makan, menyuapinya yang tak sanggup membuka mata apalagi turun dari tempat tidur. Azkan juga sering membangunkan Laina untuk memberinya minum agar tubuhnya tidak dehidrasi. Semua pekerjaan Azkan, dikerjakannya dari dalam kamar Laina. Beberapa prajurit militer ditugaskan Ardoz untuk bergantian melapor pada Azkan dan membawakan berkas yang perlu persetujuan Azkan. Di hari ketiga, ketika Ardoz sendiri yang datang untuk mengantar berkas yang perlu ditandatangani Azkan agar mereka bisa membeli barang keperluan dari dunia luar, Ardoz mengungkapkan keresahannya.

“Katakan saja apa yang sekarang ada di dalam pikiranmu?” Azkan tak tahan merasakan tatapan mata Ardoz yang  terus tertuju padanya, tapi tak mengatakan apa pun. 

“Az, sampai kapan kau melarang kami memakai ponsel?”

“Apa?”

“Dunia luar, sekarang ini sudah menggunakan AI di dalam ponsel mereka. Kita bahkan menggunakan semua teknologi terbaru untuk mengoperasikan pabrik, alat transportasi, manajemen keuangan dan kependudukan kita juga menggunakan software terbaik. Lalu menurutmu, apa masuk akal kalau tak seorang pun di dalam pulau ini yang menggunakan ponsel? Kau tidak mendengar keluhan penduduk yang baru datang karena mereka tidak bisa mengakses informasi menggunakan ponsel?” 

“Bukankah selama ini kita bisa berkomunikasi dengan lancar tanpa ada ponsel? Kalau mereka mau mengakses informasi, mereka bisa menggunakan komputer pribadi atau datang ke perpustakaan.”

“Azkan, kalau kita menggunakan ponsel, prajuritku tidak perlu bolak-balik datang ke kamar Laina untuk melaporkan keadaan Pulau Asa kepadamu.”

“...” Azkan masih bergeming. Dia merasa tidak semua teknologi dunia luar harus dimiliki Pulau Asa. Apa yang ada sekarang, sudah cukup untuk menunjang kehidupan para penduduk agar tak terisolasi dari perkembangan zaman. Bahkan sebenarnya, kalau bisa dia ingin menghilangkan semua teknologi itu. Lagipula, pikir Azkan, orang-orang yang tinggal di sini, bukanlah manusia yang masih hidup dan terhubung dengan dunia luar. Untuk apa mereka mengikuti kemajuan teknologi seperti manusia yang masih hidup di dunia luar itu? Namun, seiring berjalannya waktu, ketika dunia luar berubah, manusia yang datang ke Pulau Asa juga membawa perubahan, sesuai dengan bagaimana cara hidup mereka sebelum mati. Karena itulah, kehidupan di Pulau Asa berkembang seiring dengan dunia luar. Kecuali ponsel. Azkan tidak suka melihat manusia yang sibuk memperhatikan benda kecil di tangan mereka sampai melupakan interaksi sosial yang nyata. 

“Kurasa Laina juga akan sependapat denganku. Banyak pekerjaan kita yang akan menjadi lebih mudah dilakukan kalau kita menggunakan ponsel. Ponsel AI!” wajah Ardoz berseri-seri membayangkan dia bisa menggunakan ponsel yang selalu diceritakan oleh penduduk baru. 

“Dokumennya sudah kuperiksa. Jalankan sesuai rencana.” Azkan tidak memperdulikan wajah Ardoz yang kecewa.

“Kau akan menyesal nanti, Azkan. Kujamin itu.”

“Apa kau juga ingin memakai ponsel, Lai?” Azkan bertanya pada Laina yang lelap di atas tempat tidur. Setelah mendengar kata-kata Ardoz, dia mulai memikirkan ulang mengenai penggunaan ponsel di dalam Pulau Asa. 

Di hari keempat, Laina mulai terbangun sendiri. 

“Bagaimana perasaanmu?” Azkan menghampiri Laina yang sedang berusaha bangun dari posisi tidurnya. 

“Lelah.” Azkan tertawa kecil mendengar jawaban jujur Laina. 

“Tentu saja. Menelusuri kehidupan orang lain, menghabiskan semua energi yang kau punya.”

“Tapi kenapa kau baik-baik saja?”

“Karena aku sudah terbiasa.” Azkan menata bantal di punggung Laina supaya dia bisa duduk dengan nyaman. 

“Sebentar lagi waktunya makan siang. Apa kau sudah lapar?” Laina menggeleng. Dia menepuk sisi tempat tidurnya yang kosong, “Kemarilah, Az.” 

Detik berikutnya, Azkan sudah duduk menempel di sisi Laina, bahkan menarik Laina ke dalam pelukannya. Sekali lagi, Laina bergelung dengan nyaman dalam dekapan Azkan. Dia meletakkan kepalanya dengan nyaman di dada Azkan, mendengarkan detak jantungnya yang teratur, lalu mulai bertanya, “Bagaimana keadaan Eveline?”

“Buruk. Setelah melihat kembali masa hidupnya, dia masih tidak mau melihat hidupnya dengan cara yang benar. Padahal itu adalah syarat utama yang dia butuhkan supaya bisa mendapat kesempatan untuk memilih kehidupan keduanya.”

“Dia masih di ruangan itu?” Laina memainkan jemarinya di dada bidang Azkan.

“Iya. Aku memberinya waktu seminggu untuk memikirkan ulang semuanya.” Azkan meraih tangan Laina yang memutar-mutarkan jari di dadanya. 

“Lalu?”

“Hasil akhirnya akan berbeda, tergantung apa jawaban Eveline nanti ketika aku datang lagi.”

“Hm…” Azkan menunduk, melihat Laina yang kembali terpejam. Tubuhnya masih membutuhkan waktu untuk beristirahat. 

“Tidurlah, Lai. Beristirahatlah. Kita masih punya banyak waktu untuk bercerita tentang banyak hal.” Azkan mengecup kening Laina, membuatnya berusaha bangun lagi, tapi gagal. Sambil tersenyum, Azkan meraih tubuh Laina semakin erat ke dalam pelukannya, membuat Laina bergelung dalam kehangatan tubuhnya dan lelap hingga nanti waktunya makan tiba.

1
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar jaya
anggita
Azkan..😘 Laina.
SammFlynn
Gak kecewa!
Eirlys
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
SIA: Terima kasih sudah mau membaca :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!