Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Foto Keluarga
Orang-orang suruhan Damian pergi menghadap pria itu. Mereka langsung melaporkan kejadian yang barusan mereka alami.
"Kalian gagal?" tanya Damian menyesap cerutunya. Wajahnya masih sangat lebam karena ulah Star.
"Ma_maaf, Tuan. Kami tidak menyangka, orang yang menolong nona Star bukan warga sipil biasa."
"Lalu apa gunanya aku membayar kalian jika kalian tidak bisa membawa gadis si*alan itu kemari!"
Damian sangat marah. Dia ingin secepatnya menguasai harta adik perempuannya. Ya semua yang Berta dan Damian lakukan semata-mata karena harta peninggalan Arabella. Di mana hanya Star yang bisa mengaksesnya.
Andai saja Larry dulu tidak buru-buru menikahi kekasihnya yang pernah dia tinggalkan demi untuk menikahi Arabella. Pasti sekarang mereka bisa menikmati harta peninggalan Arabella.
"Bahkan Lionel saja tidak tahu menahu."
*
*
*
Zafa membawa Star pulang ke rumah keluarganya. Di sana lebih aman untuk menyembunyikan Star sementara waktu ini.
Star tertidur. Zafa baru saja memarkirkan mobilnya. Dia menoleh menatap Star.
Cukup lama Zafa melakukan itu tanpa alasan. Entah mengapa rasanya dia tak pernah bosan memandangi wajah cantik Star.
Star terbangun dan membuka mata. Dia mengedarkan tatapannya karena merasa berada di tempat asing.
"I_ini di mana?"
"Kau ada di rumah keluargaku. Sementara sebaiknya kau sembunyi di sini sampai kau menemukan solusi untuk masalahmu."
"Bagaimana jika tidak ada solusi?"
"Aku akan mengusirmu!" ujar Zafa tegas.
"Sebelum itu terjadi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku dulu, Prof."
"Coba saja kalau kamu bisa."
Star tersenyum, dia merasa tertantang dengan ucapan Zafa tadi. Mereka berdua keluar dari mobil. Zafa memakaikan coatnya ke bahu Star yang sebelah.
"Aku akan mengantarmu ke kamar. Besok aku harus mengajar."
"Ku mohon berhati-hatilah. Orang-orang itu sudah mengenalimu. Aku khawatir mereka akan menyerangmu."
"Kau tidak usah khawatir. Aku bisa mengatasi mereka."
Star mengangguk. Dia dan Zafa berjalan masuk ke rumah setelah sebelumnya seorang pelayan membukakan pintu untuk mereka.
"Ini kamarmu. Ini kamar bekas adikku. Sebagaian bajunya masih ada di sini. Mungkin akan muat untukmu."
"Hmm, terima kasih banyak. Aku akan menghitung hutangku padamu." Star mengecup pipi Zafa sebelum dia menutup pintu kamarnya. Zafa masih mematung meski pintu kamar Star telah tertutup rapat.
"Dasar gadis tengil menyebalkan." Meski berkata begitu. Namun, tanpa sadar Zafa tersenyum tipis. Dia bergegas masuk ke dalam kamarnya. Ia harus berangkat mengajar besok pagi.
Star berbaring. Senyumnya mengembang. Dia menyentuh bibirnya dengan lembut.
"Aku pasti bisa mendapatkanmu. I love you dosen tampanku."
Star akhirnya memilih untuk tidur. Demamnya sudah turun. Dia harus bangun pagi besok. Dia ingin sarapan bersama dosen tampannya.
Namun, semua keinginan Star hanya menjadi angan. Dia bangun kesiangan. Ketika Star bangun, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Star kesal dengan dirinya sendiri.
"Huft, aku ingin mandi, tapi bagaimana?" Star akhirnya hanya membasuh wajahnya dan menggosok gigi, lalu setelah itu dia keluar dari kamar.
Star berjalan sembari mengedarkan pandangannya. Rumah itu terlihat berbeda saat pagi hari. Star bisa melihat betapa indahnya rumah itu. Meski rumah itu terasa sepi, tapi Star masih bisa merasakan kehangatan di rumah itu. Dia berjalan ke ruang keluarga. Dia melihat sebuah foto terpampang begitu besar.
Ada raut kesedihan di wajah Star melihat foto keluarga Zafa. Dia iri melihat foto itu. Foto yang tidak pernah dia miliki bersama keluarganya sejak dulu.
...****************...
Hayooo... ngaku gaess 😂😂