"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyum yang tak sederhana
Setelah melahap makanan habis, Sasmita sudah merasa kenyang dan tenaganya jauh lebih baik. Jika tadi dirinya merasakan lemas kini Sasmita kembali fit, menahan lapar sejak siang itu tidak enak bro, apalagi tenaganya sudah terkuras untuk sisa jam kerja sampai malam.
"Kamu seperti orang tidak makan tiga hari."
Sasmita mengernyit bingung, namun kemudian kepalanya menggeleng, "Tadi siang terakhir makan," jawabnya dengan polos.
Riko pun memilih beranjak untuk membayar pesanan, kopi didalam cup belum habis, namun pria itu memilih pergi.
Sasmita membawakan kopi yang masih ada setengah itu, begitu juga dengan miliknya, sambil menunggu Riko di ambang pintu kantin rumah sakit.
Saat berbalik Riko tak mendapati wanita duduk dikursi tadi. Namun arah matanya tertuju pada pintu, ada sosok wanita yang menunggunya disana sambil membawa kopi miliknya.
Riko tertegun, ada rasa hangat menjalar dalam tubuhnya saat melihat pemandangan itu, entah kenapa juga dirinya merasakan seperti itu.
'Dia itu istri orang,' Gumamnya sambil membuang napas kasar.
"Kamu mau pulang atau-"
"Disini saja Tuan," Jawab Sasmita yang diangguki Riko.
Keduanya kembali menuju ruangan Mayang, dalam diam keduanya berjalan dengan Sasmita berjarak dibelakang Riko.
Riko membiarkannya, berdekatan dengan Sasmita justru membuatnya tidak tenang, jadi biarkan berjarak itu lebih baik.
Dibelakang Sasmita tentu saja menatap pugung tegap didepanya, aroma maskulin menusuk indera penciumannya dalam hembusan angin malam. Entah kenapa Sasmita begitu menyukai wangi parfum pria didepanya, padahal dulu wangi parfum suaminya adalah favoritnya.
Kepalanya menggeleng, menghalau pikirannya yang tidak-tidak.
Bruk
"Auwsss..." Sasmita menyentuh keningnya saat tiba-tiba menubruk sesuatu yang keras.
Dan saat mendongak tatapanya justru tertuju pada wajah tampan yang memiliki tatapan datar.
"Em, M-maaf tuan," Cicitnya sambil mundur satu langkah, Sasmita sadar dirinya yang melamun justru tak sengaja menabrak dada bidang Riko yang berhenti didepanya.
"Lain kali perhatikan jalan, melamun hanya akan membuat mu celaka!"
Seperti biasanya, nada ketus itu Sasmita dengar, meskipun ada makna tersirat didalamnya, sebuah perhatian.
"Iy-Ehh.."
Sasmita cukup terkejut saat tangannya ditarik, lebih tepatnya di genggam dalam telapak tangan besar nan hangat, langkah kakinya mengikuti kenapa pria itu membawanya.
Tentu saja keruangan Mamanya, tapi kok beda?
"Kemana Tuan," Ucapnya dengan bingung saat Riko membawanya ke lantai tiga, bukan lantai dua tempat Mayang di rawat.
Riko tak menjawab, melainkan tetap berjalan sambil menggenggam tangan Sasmita. Tanpa mau melepaskannya.
"Mama sudah dipindahkan, kamu boleh menemaninya, saya masih ada urusan." Katanya sambil menunjuk ruangan VVIP didepanya.
Sasmita mengintip kedalam lewat celah kaca di pintu, dan benar, disana ada Mayang yang masih terlelap.
"Pakai ini, jika butuh sesuatu. Pinnya masih sama." Riko memberikan kartu yang dulu pernah ia berikan pada Sasmita untuk berbelanja kebutuhannya.
Dan kini Riko memberikannya lagi, namun bukanya cepat megambil, Sasmita justru menatap pria didepanya yang masih mengulurkan kartu itu.
"Tapi saya bukan pelayan Tuan lagi, jadi saya tidak bisa menerimanya," Sasmita mendorong tangan Riko yang terulur.
"Saya sudah tidak butuh apa-apa, karena Tuan sudah memberi saya makan." Lanjutnya dengan senyuman manis yang justru membuat Riko tertegun.
'Sial!' batin Riko yang memang sudah lama tidak melihat senyum wanita didepanya sejak berhenti bekerja lebih tepatnya di pulangkan olehnya.
Setelah mengatakan itu Sasmita memilih untuk masuk kedalam, meninggalkan Riko yang seperti patung.
'Gila lama-lama,'
Riko hendak pergi namun pintu kembali terbuka membuat kepalanya refleks menoleh.
"Tuan, hati-hati."
Sebuah kata sederhana, namun senyum yang di berikan tak sesederhana untuk Riko.
*
*
Maafkeun yang lama libur sayang...Mak author sedang banyak kesibukan di dunia RL..🙏🙏🙏
masih belit² ceritanya
harus teliti bacanya biar mudeng
sebenarnya bisa saja langsung skip² baca berikutnya tp ga seru donk harus sabar dari per bab biar penasaran