Istri Hasil Rampasan

" Kamu! Mau apa kamu datang kesini?"

todong Anita kala ia baru saja melihat wajah yang sudah membuat hidup putrinya hampir berantakan.

" Ma,tolong ma izinkan aku bertemu dengan Pramesti ma.Aku mau minta maaf aku tau aku salah ma ,tapi asal mama tau aku masih sangat mencintai Pramesti mah."

Ucap Bagas ,bahkan Bagas sampai mendunduk dan berlutut dikaki Anita.

" Pergi kamu dari sini permintaan maaf kamu sudah tidak ada gunanya lagi.Jika kamu memang mencintai dia lalu dimana kamu saat orangtua kamu melarang kamu meneruskan pernikahan itu,kamu pergi kan?Itu yang kamu sebut cinta Bagas?"

Suara Anita sudah semakin meninggi.

Ingatannya kembali pada hari dimana putrinya ditinggalkan dipelaminan tanpa rasa iba.

" Itu bukan keinginanku ma ,aku tidak berdaya saat itu.Ma tolong izinkan aku bertemu Pramesti.Aku ingin mengulangi semuanya dari awal.

Pramesti,keluar sayang maafkan aku Pramesti ayo keluar mas datang sayang!"

Teriak Bagas begitu kencang sampai membuat para tetangga berdatangan karna keributan yang Bagas buat.

" Diam kamu Bagas diam! Kamu mau mempermalukan keluargaku lagi dengan keributan ini.Mau kamu teriak sampai kiamat Pramesti tidak akan pernah mendengar karna dia sudah tidak ada lagi dirumah ini?"

" Pramesti kemana ma,tolong kasih tau Bagas ma.Pramesti keluar negri atau pindah kemana ma,Bagas mau nyusul ma Bagas mau minta maaf ma tolong!"

Bagas terus mengiba namun Anita tetap tak bergeming.Rasa sakit hatinya sudah membuat pintu hatinya tertutup rapat untuk sekedar memaafkan laki-laki yang pernah singgah dihati putrinya.

...****************...

" Ayu tolong kamu awasi Mesty dan laporkan pada saya apapun yang terjadi karna hanya ruangan itu yang kamera cctv-nya rusak.Saya akan pergi ke apartemen sampai nanti perawatan yang dilakukan Pramesti selesai.Dan satu lagi,jika dia bertanya bilang saja saya sedang keluar kota untuk satu bulan." Titah Arya sebelum dia pergi dari istana megah miliknya.

Bukannya menjawab ayu justru menelisik wajah Arya dan menatapnya dengan sejuta pertanyaan yang sudah berputar-putar dikepalanya.

Mendapat tatapan demikian dari ayu Arya seakan faham dengan arti tatapan itu.

" Tidak usah bertanya apapun atau mencurigaiku dalam bentuk apapun.Lakukan saja tugasmu,dua Minggu lagi kamu akan tau hasilnya!"

ucap Arya dengan senyum tipis dibibirnya.

" Okee,baiklah.Perintah siap dilaksanakan."ucap ayu sambil berlalu dari hadapan tuannya.

Sementara diruangan khusus yang kini sudah seprti salon kecantikan itu kini Mesty tengah duduk dan ngobrol banyak hal dengan Sasi.

Sesekali Sasi merasa lucu dengan celetukan celetukan Pramesti yang mengeluhkan sikap Arya.

" Mesty kamu itu satu-satunya wanita yang paling beruntung dari ribuan wanita yang ada didunia ini yang berhasil mendapatkan hati seorang Arya."

Ucap Sasi tanpa sadar disela-sela obrolan mereka.

Mesty sampai mengerutkan keningnya mendengar penuturan Sasi yang menurutnya berbaring terbaling 360 derjat dengan kenyataan yang Pramesti alami.

" Apanya yang harus disyukuri,dari segimananya aku harus merasa seberuntung itu?"

Kekeh mesty,tanpa sadar Sasi menitikan airmata saat mengatakan hal itu.

" Loh,mba Sasi ko nangis apa aku ada salah ngomong yaa?"

Mesty mendekat dan mengusap pundak Sasi,Sasi menatap mesti begitu dalam.Entah apa arti tatapan dari Sasi namun Mesty hanya merasa jika tak ada yang salah dari kata-katanya.

Greeep

Diraihnya tangan Mesty dan diusap secara lembut oleh Sasi membuat Mesty semakin bingung.

" Adakah cinta yang tersimpan disini?Apa mungkin mba Sasi pernah menyukai Arya atau sebaliknya? Astaga,apa aku hadir diantara mereka berdua?"

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam hati dan fikiran Mesty.

" Haii,ko ngelamun sih.Hayoo mikir apa?"

Goda Sasi, ekspresi wajahnya sudah berubah lebih ceria dan tampak biasa saja tak seprti beberapa waktu lalu yang tampak sedih dan berliang air mata.

" Apa mataku rabun?Bukannya tadi mba Sasi nangis. Gawat gawat aku harus priksa mata nih!"

Gumamnya dalam hati,sembari mengucek kedua matanya dengan jari telunjuknya.

Dari balik pintu ayu rupanya mendengarkan apa yang mereka bicarakan.Ayu melakukan apa yang tuannya perintahkan untuk mengawasi kedua wanita yang baru pertama kali bertemu itu.

...****************...

Malam tiba,Mesty mulai merasakan ada yang kurang dari dirinya.

Rupanya kehadiran Arya dalam hidupnya beberapa hari ini sudah membuatnya terbiasa.Meskipun tak pernah ada interaksi yang serius diantara keduanya namun sklebatan seklebatan kebersamaan mereka yang lebih tepatnya seprti dua orang asing dalam satu ruangan sudah terbiasa terjadi.

" Em,mba ayu tumben rumah sepi?"

Tanya mesti.

" Nyonya ini lucu,memangnya rumah ini biasanya rame?"

" Hem mba ayu,ditanya ko balik nanya si! Em,maksud aku apa salah satu penghuni rumah ini ada yang pergi,art pulang kampung misalnya,atau pergi keluar kota,meeting mungkin?"

Pertanyaan konyol Mesty membuat ayu menahan kekehannya.

Ayu tau betul siapa yang dimaksud Pramesti namun, nyonya Arya itu rupanya enggan menyebut nama suaminya.Mungkin Pramesti merasa malu jika terang-terangan mencari keberadaan suaminya.

" Ya kali nyah,art disni meeting sampe keluar kota.Yang ada art mah pergi belanja kepasar,buang sampah, paling jauh ngeMall beli kebutuhan rumah."

Mendengar jawaban dari ayu membuat pramesti menggaruk rambutnya yang tak gatal.

" Ya kali mba,art disini ada kerjaan sampingan jadi sekertaris atau jadi staf diperusahaan."

ucap Mesty tak kalah konyolnya.

" Tuan lagi keluar kota ada kerjaan mendadak yang sangat penting.Tuan hanya titip pesan nyonya jaga kesehatan selama tuan disana karena Tuan akan pergi sampai dua Minggu kedepan."

Ucap ayu saat Pramesti sudah sampai didepan pintu lift.

Pramesti yang hendak menekan tombol lift mundur lagi dan menatap ayu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Wajahnya mendekat kewajah ayu membuat ayu mundur satu langkah.

" Em,maaf mba ayu .Itu rambut hidung mba ayu keluar.Lupa motong ya mba?"

Celetuknya membuat ayu seketika mengambil cermin dalam kantong ajaibnya.

" Ah mana ada ,nyonya ini .Gada ko rambut hidung yang keluar." Ayu terus memperhatikan wajahnya dalam cermin membuat Mesty tertawa.

" Mba ayu gak percayaan amat si sama aku

Besok ikut aku perawatan sama mba Sasi ya,kita potong rambut hidung mba ayu yang udah mulai panjang itu."

Ucap Mesty ,nyonya Arya itu kemudian berbalik badan dan berjalan menuju pintu lift.

Tak selang lama pintu lift terbuka.

" Mba ayu,tolong sampaikan sama tuanmu itu lain kali kalau mau pergi pamit dulu sama istrinya." ucapnya tanpa menoleh.

Setelah itu Mesty masuk kedalam lift dan ayu sempat mematung sejenak untuk mencerna kata-kata yang diucapkan oleh majikannya.Detik berikutnya ayu tertawa terpingkal karna ia sadar jika Pramesti sudah mulai bisa menerima Arya sebagai suaminya.

Setelah itu ayu menekan tombol off dan mengirimkan suara yang ia rekam secara sembunyi-sembunyi tadi pada Tuannya.