Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 - Mulai Berubah
Gusti terdiam karena berusaha memutuskan. Dia menimbang-nimbang agar bisa menemukan keputusan terbaik.
"Sebaiknya kita makan dulu. Kau pasti kelaparan. Kau tenang saja, aku tidak akan memaksamu tidur denganku," saran Rilly.
Gusti mengangguk. Dia segera menikmati hidangan yang tersaji. Bersamaan dengan itu, Gusti terus memikirkan tawaran Rilly. Jujur saja, dirinya ingin mencoba. Mengingat masalah ekonominya sekarang benar-benar sudah tak tertolong. Gusti juga enggan meminta bantuan Elang.
Kini Gusti dan Rilly sudah selesai makan malam. Rilly memberikan kartu namanya pada Gusti.
"Hubungi aku kalau kau setuju dengan pekerjaan yang kutawarkan," kata Rilly.
Gusti menyodorkan kembali kartu nama Rilly. Wanita itu sontak mengira kalau Gusti menolak.
"Aku tidak akan menghubungimu. Karena aku sudah membuat keputusan sekarang!" cetus Gusti.
"Aku mengerti. Kau pasti terikat dengan norma-norma yang ada di kampungmu," tanggap Rilly yang mencoba mengerti.
"Apa maksudmu? Aku mengembalikan kartu namamu karena aku memutuskan setuju menerima tawaranmu," ungkap Gusti.
Pupil mata Rilly membesar. Senyuman lebar langsung mengembang di wajahnya.
"Kalau begitu, kau menginginkan wanita yang mana untuk memulai?" tanya Rilly.
"Aktris yang menarik perhatianku tadi. Aku ingin melihat bukti dengan mata dan kepalaku sendiri," sahut Gusti.
Rilly terkekeh. "Oke. Lihatlah buktinya besok malam. Aku harap kau tidak pingsan saat melihat Karin telanjang," katanya pelan.
Gusti tersenyum kecut. Wajahnya seketika memerah.
"Kau manis sekali. Karin pasti menyukaimu," ucap Rilly sembari menyentuh pipi Gusti yang memerah. Usai bertukar nomor, dia mengantar Gusti pulang. Kini keduanya sedang di mobil.
"Bisakah pertemuannya dilakukan besok siang saja?" celetuk Gusti.
Rilly tergelak. "Kenapa? Apa kau sekarang merasa bersemangat setelah membayangkan Karin telanjang?" tukasnya.
"Tidak! Bukan begitu. Aku hanya mau menerima uangku secepat mungkin. Besok aku juga berniat ingin melewatkan kuliah. Rasanya aku masih tidak bisa menghadapi Elang dan Widy," terang Gusti. Membantah dugaan Rilly.
"Aku akan usahakan. Jadwal seorang aktris itu padat loh," tanggap Rilly. Tak lama kemudian dia dan Gusti tiba di kost-kostan.
"Terima kasih," ucap Gusti seraya keluar dari mobil.
"Tunggu!" cegat Rilly. Dia mengambil uang lima ratus ribu dari dompetnya. Lalu memberikan uang tersebut pada Gusti. "Ini untuk peganganmu," ujarnya.
Gusti mengangguk. Dia menerima uang Rilly dan mengucapkan terima kasih sekali lagi.
"Oh iya. Aku ingin kau rahasiakan tentangku dari Elang. Aku tidak mau--"
"Tentu saja. Tanpa kau suruh pun aku akan merahasiakannya," potong Rilly. Dia lantas beranjak dengan mobilnya.
Gusti segera masuk ke kost-kostan. Aman yang tadi melihat kedatangannya, langsung menyapa.
"Kau pulang sama siapa tadi?" tanya Aman penasaran. Dia muncul dari balik pintu kamarnya. Di dalam kamar itu, Aman tak sendiri. Ada Ana di sana.
"Teman." Gusti menjawab singkat sambil berlalu pergi.
Aman mengernyitkan kening. Dia menatap Gusti penuh curiga.
"Ah... Temanmu itu tampan sekali. Aku rela tidur dengannya tanpa harus dibayar," celetuk Ana yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Aman.
"Kau tidak akan bisa tidur dengannya walau menangis darah. Dia saja jijik padamu," sahut Aman yang sebenarnya cemburu. Mengingat dia bisa tidur dengan Ana karena uang. Sebab itulah uang persediaan Aman menjadi menipis.
...***...
Satu malam berlalu. Hari itu Gusti sengaja tidak bangun pagi seperti biasanya. Ia masih mengabaikan panggilan dan pesan dari kedua temannya.
Sampai ada satu pesan Elang yang menarik perhatian Gusti. Matanya langsung terbuka lebar ketika membaca pesan tersebut.
'Kalau kau terus begini, nanti sehabis pulang kuliah kami akan ke tempatmu.' Begitulah isi pesan dari Elang.
Buru-buru Gusti turun dari ranjang. Ia mandi dan mengenakan pakaian terbaik. Gusti berdandan untuk pertama kalinya. Ketampanan yang dia miliki semakin memancar kuat.
"Aku harus pergi dari kostan sebelum Elang dan Widy ke sini," gumam Gusti yang segera beranjak meninggalkan kost.
Gusti memilih menghabiskan waktu ke perpustakaan umum. Di sana dia membaca buku.
Dua jam terlewat. Gusti menerima pesan dari Rilly. Wanita itu menyebutkan kalau Karin bisa bertemu Gusti jam dua sore nanti.