NovelToon NovelToon
TERRA, THE BEST MOTHER

TERRA, THE BEST MOTHER

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Single Mom / Anak Yatim Piatu / Teen Angst
Popularitas:56.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

seorang gadis yang tiba-tiba harus menjadi seorang ibu.
Terra Arimbi Hudoyo. Gadis usia 18 tahun ini harus berjuang menafkahi tiga adiknya. Darren Hudoyo 8 tahun, Lidiya Hudoyo 3 tahun dan Rion Hudoyo 8 bulan.
Ayah nya Ben Hudoyo menitipkan ketiga anak hasil hubungan gelap dengan sekretarisnya selama 9 tahun. Ben tengah menghadapi sakaratul mautnya. Sedang Frisha, sekertarisnya tewas di tempat kejadian. Sebuah kecelakaan tunggal menguak kebenaran. Ayah yang selama ini ia jadikan panutan, tak lebih dari seorang pengkhianat. Selama 9 tahun pria itu mengkhianati sebelum ibunya meninggal 4 tahun yang lalu.
Terra yakin ibunya menderita karena menutupi ulah ayahnya. Hingga sang ibu sakit dan akhirnya menyerah untuk melawan penyakit kronis yang menggerogotinya.
"Ma-maafkan Ayah, Nak!" suara parau sang ayah menyadarkan lamunannya.
"Mereka adik-adikmu. Jaga mereka segenap jiwamu," lanjutnya dengan suara merintih menahan sakit.
Menurut kabar. Ayah dan istri simpanannya itu usai berjalan-jalan dari sebuah karnaval besar yang diselenggarakan di sebuah kota. Mereka pulang dalam cuaca badai. Ban mobil slip dan pandangan kabur. Pengemudi tak bisa mengontrol laju kemudi, hingga menghantam bahu jalan dan tebing. Hanya ketiga anak itu yang selamat dan terlihat sedikit shock. Ketiga anak itu tengah tertidur ketika kejadian berlangsung. Maka pastinya tidak mengetahui kejadian sebenarnya.
Terra menatap ketiga anak kecil itu. Gadis itu tidak pernah diajarkan untuk membenci, walau hatinya ingin.
Darren menatap sosok perempuan di depannya. Matanya yang bulat jernih, hidung mancung, belahan di dagunya yang lebar. Melukiskan ketampanannya. Wajah Ben, sang ayah tercetak jelas di sana.
"Mama ...?" panggilannya parau.
Segelenyar rasa aneh mendesir di hati Terra. Ia mendekati pria kecil yang menatapnya nanar. Entah apa yang mendorongnya untuk memeluk pria kecil yang tubuhnya gemetar.
"Sayang ... sekarang, aku Mama mu," ujarnya menenangkan pria kecil itu.
Bagaimana kisahnya?
Sanggupkah Terra mengasuh adiknya? Sedangkan ia kini hidup sebatang kara. Semua harta peninggalan sang ayah disita habis oleh paman dan bibinya. Terra diusir dari rumahnya sendiri. Bersama ketiga adik yang kini menjadi anaknya. Secara tak langsung kehidupannya berubah 180°.

season 2 kehidupan terra setelah menikah dan anak-anak mulai besar. Ia berkumpul dengan keluarga yang berjumlah banyak.

season 3 kisah cinta Darren, Lidya dan Rion akan dituangkan. di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Usai pertemuan dengan pihak Osaka, Jepang. Terra langsung menuju kampus. Hari ini ia mendapat mata kuliah di sore hari.

Hari ini mood Terra sangat bahagia. Karena tadi ia dan tim berhasil meyakinkan pihak Osaka untuk melakukan kerja sama.

Sebuah rumah sakit besar akan dibangun di sebuah kota kecil. Terra berencana akan ke kota itu bersama Rommy suatu hari.

Usai mata kuliah. Gadis itu langsung pulang ke rumah. Tidak ada waktu baginya untuk bersenang-senang. Padahal banyak teman yang mengajaknya. Yang paling banyak sih teman pria.

Namun, gadis itu mengingat tanggung jawabnya yang lain. Sampai rumah ia disambut oleh tawa riang Lidya.

Semua penat yang ada di tubuh Terra hilang seketika mendengar tawa ceria itu.

Lidya berceloteh panjang lebar, menceritakan apa saja yang ia lakukan ketika Terra tidak bersamanya.

"Jadi benar, Iya nggak nakal, nggak nyusahin Bik Romlah?" tanya Terra.

"Ndak Mama. Iya ndak natal ama setali," jawab Iya dengan logat cadelnya.

"Uhh ... pinternya anak Mama," puji Terra kemudian menciumi wajah Lidya yang kini terkikik geli karena ciuman itu.

Terra melihat Darren yang hanya diam, terheran. Gadis itu merengkuh tubuh kecil itu.

"Kenapa sayang?" tanya Terra kemudian mencium pucuk kepala Darren.

"Ma, boleh nggak Darren minta pindah sekolah?" tanya pria kecil itu dengan suara lirih.

Terra mengernyit. "Ada apa, sayang. Kenapa kau ingin pindah?"

"Darren cape Ma, disuruh ngerjain tugas melulu. Mana tugasnya sulit-sulit lagi. Trus nggak boleh salah lebih dari satu," jawaban Darren membuat Terra geram.

"Siapa yang menyuruhmu membuat tugas, apa Pak Doni, wali kelasmu?" tanya Terra.

Lidya sudah diambil bik Romlah untuk memudahkan Terra berinteraksi dengan Darren.

"Bukan Ma. Darren sudah empat hari ngerjain tugas itu kalau pas jam istirahat, dan bukan di kelas, tapi diajak ke ruang BP sama Bu Ira," jawab Darren dengan nada lemah dan tidak bersemangat.

Terra mengepalkan tangannya. Ia sudah memperingati pihak sekolah untuk tidak memasukkan Darren ke kelas akselerasi.

"Bu Ira siapa, Dar?" tanya Terra.

"Bu Ira itu wakil kepala sekolah, Ma," jawab Darren. "Boleh ya Ma, Darren pindah sekolah?"

"Nanti kita bicarakan lagi ya. Besok Mama akan ke sekolah kamu untuk membicarakan ini," ujar Terra memberi pengertian pada Darren.

"Tapi Darren nggak mau ngerjain tugas lagi. Darren cape, Ma!" rengek pria kecil itu.

"Jangan khawatir, Sayang. Besok, kamu ikuti dulu kemauan Bu Ira ya," ujar Terra.

"Tapi, Ma ...."

"Percaya sama Mama ya," Darren akhirnya mengangguk setelah melihat mata Terra yang meyakinkannya.

Terra mencium lembut kening Darren. Setelah putranya pergi untuk kembali bermain dengan adiknya. Terra langsung menelpon Sofyan.

^^^"Halo assalamualaikum, Om."^^^

"Wa'alaikum salam, ada apa Ra?"

^^^^^^"Terra bisa minta tolong nggak Om?" ^^^^^^

"Bisa, ada apa?"

Terra menceritakan apa yang dialami oleh Darren dan perihal kelas akselerasi itu.

"Ok, nanti Om ikut kamu besok."

Terra memutuskan sambungan telepon setelah mengucap terima kasih dan salam.

Di otaknya telah tersusun rencana yang sangat matang, untuk menuntut sekolah putranya.

************

Esok hari.

Darren malas untuk keluar kelas untuk beristirahat. Ia begitu takut jika nanti harus mengerjakan tugas-tugas yang membuat ia berpikir dua kali lipat.

Sebenarnya Darren tidak lah begitu kesulitan mengerjakan soal-soal tersebut. Tapi, lambat laun pria kecil itu jenuh karena kehilangan waktu bermain dan makan siangnya. Hari ini lagi-lagi Pak Doni tengah tidak masuk karena sedang mengantar anak kelas lain yang tengah mengadakan komite.

"Darren kenapa nggak keluar kelas, Nak?" tiba-tiba sebuah suara yang sangat Darren hindari.

Darren hanya tersenyum. Ira mendekatinya, kemudian duduk berhadapan dengannya di halangi meja belajar.

Ira melihat kanan kiri. Setelah melihat situasi aman. Wanita dengan make up tebal itu menyodorkan beberapa kertas di meja.

"Nah, Ibu mau kerjakan ini. Kalau bisa jangan ada yang salah satu pun," titah Ira dengan suara dilembut-lembutkan.

Darren bergeming. "Ayoo jangan diem aja! Kerjain!"

Suara galak Ira membuat Darren takut dan mulai ingin menangis.

"Eh, jangan nangis. Nanti, Ibu hukum kamu loh, kalau tidak mau mengerjakan perintah Ibu!" ancam Ira.

"Ayo kerjakan!"

Dengan tangan gemetar, Darren mengambil alat tulis yang telah disodorkan oleh wakil kepala sekolah itu.

Tiba-tiba.

"Apa yang Ibu lakukan?" Ira dan Darren menoleh.

"P-pak D-Doni?" Ira gugup setengah mati.

Doni wali kelas Darren langsung menyambar kertas yang ada di atas meja. Netranya membeliak melihat isi kertas itu.

Tiba-tiba kertas yang ada di tangan Doni dirampas oleh seorang.

"Jadi ini yang membuat putra saya ingin pindah?"

"Mama!" panggil Darren kemudian pria itu menangis sambil berlari ke arah Terra yang sudah berdiri di sisi Doni.

Terra memeluk tubuh pria kecilnya yang gemetar ketakutan.

"Panas!" gumam Terra ketika tubuh Darren didekapnya.

"Sayang, tubuh kamu panas. Kita ke pulang ya," ajak Terra.

"Darren tidak boleh pulang sebelum mengerjakan ini semua. Kami berhak atas itu, karena Darren adalah murid kami!" tiba-tiba Ira melarang Darren pergi.

Argumen Ira langsung dibantah Sofyan yang tadi memang diajak Terra.

"Tidak ada itu istilahnya sekolah memiliki hak penuh atas murid-muridnya!" bantah Sofyan.

"Om, urus semuanya. Saya akan membawa Darren ke rumah sakit," ujar Terra lalu menggendong Darren yang sudah lemas karena menangis.

"Pergilah. Biar Om urus semuanya!" ujar Sofyan kemudian.

Terra buru-buru keluar ruang kelas. Doni mengejar Terra.

"Mba, Saya selaku guru minta maaf atas semuanya ini. Sungguh saya tidak tahu menahu!" ujar Doni dengan napas terengah-engah karena berbicara sambil berjalan cepat mengimbangi jalan Terra.

Terra hanya melirik pria yang mengejarnya. Memilih tak merespon.

'Biar Om Sofyan yang mengurus semuanya,' gumam Terra dalam hati.

Terra masuk mobil yang terparkir. Supir pribadi Sofyan telah diberi tahu untuk segera mengantar Terra.

Melihat Terra mengabaikan permintaan maafnya. Doni berhenti mengejar. Pria itu hanya menghela napas panjang. Sungguh pria itu tidak tahu jika salah satu guru malah mencoreng nama pendidikan.

bersambung.

duh mudah-mudahan Darren tidak apa-apa.

semangat ya Boy!

1
Yani Suryani
Luar biasa
Yani Suryani
Lumayan
Vajar Tri
bodyguard banyak loh bukan cuma 1 pada kemana ?main gaplek kah ? main PS kah? nonton bola kah ? atau pada molor ?
Rondhoh tul janah
Luar biasa
Novie Achadini
no. 1
Rini Handayani
Luar biasa
suci ika rachmawati
Endingnya epikkk...terima kasih crita panjang yg g ngebosenin, banyak polemik tp juga diimbangi guyonan
Luar biasa n ba bowu
Rondhoh tul janah
Luar biasa
Lina Maulina
asli lbh paham BHS lya deh ketimbang BHS ion😸
sri rahayu rahayu
Luar biasa
AYU TIME KARTIKA
terra hanya dlm novel ya....😀😀😀
Kadek Yuni
Lumayan
mom SRA
duh di sabarrin kok lm lm kesel ya iklannya gak kira kira
AYU TIME KARTIKA
terra kok sempurna bgt ya 😄
AYU TIME KARTIKA
😭
Mary Randaging
aku tynggu kesungguhan cinta mu Damian
Novie Achadini
pegawai cafe biasanta ditraining.sopan santun dan etika itu yg utama
Nurlogi Bahariani
setuju min
Sehati Tarigan
Tambah lagi pasukan perusuh..tetap bahagia semuanya.
Susilowati Susilowati
suka sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!