Bismillahirrohmanirohim.
Blur
Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.
Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.
"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Bismillahirrohmanirrohim.
Cuaca di hari ini terlihat sangat mendukung matahari bersinar dengan derajat yang membuat hangat muka bumi. Hans bersama Aditya dan Ulya sudah sampai di kebun binatang sesuai keinginan Aditya, tanpa menunggu lama lagi mereka segera masuk ke dalam kebun binatang.
Aditya terlihat sangat antusias sekali kala bertemu dengan beberapa jerapah, Ulya tidak membiarkan moment itu terlewat dia mengambil potret beberapa gambar Aditya dan Hans juga.
"Mereka terlihat sangat bahagia sekali, mungkin jika Aditya bersama mamanya anak itu akan lebih bahagia." Sekali lagi Ulya mengambil gambar Aditya.
Ada potret saat Aditya tertawa, ada juga cemberut masih banyak lagi gaya dan ekspresi wajah yang Aditya tujukan.
"Mbak Lia sini." Mendapat ajakan dari Aditya, Ulya segera mendekati anak laki-laki itu.
Ulya dan Aditya mulai bermain bersama seekor anak jerapah, entah inisiatif dari mana Hans mengeluarkan ponselnya lalu memotret kebersamaan Ulya dan Aditya seperti yang Ulya lakukan tadi, dia tak jarang mengambil foto Aditya sendiri juga foto Ulya sendiri tidak tahu kenapa Hans melakukan hal itu.
"Masya Allah, Aditya tidak capek ya?"
"Capek mbak Lia, kita ictirahat dulu yuk, yuk, yuk. Mbak, capek banget-banget Aditya ini." Dia berkata dengan ekspresi sangat imut.
Sampai-sampai Ulya tidak bisa menahan tawanya melihat wajah Aditya yang terlihat sangat serius sekali.
"Ya sudah, ayo kita istirahat dulu." Ajak Ulya, pasalnya Ulya juga sudah merasa lelah.
"Kalian capek?" Aditya dan Ulya mengangguk bersama mendengar pertanyaan Hans.
"Kita duduk di bangku itu dulu." Mereka berdua setuju atas usulan Hans.
"Udah capek mau langsung pulang atau masih mau lanjut?"
"Tentu caja lanjut daddy, Aditya ingin cekali ke pacar malam jadi pulangnya cetelah dari pacar malam." Aditya menjawab pertanyaan daddnya sangat cepat.
"Pasar malam, Aditya tau tentang pasar malam dari siapa?" Hans bertanya pada Aditya tapi malah menatap Ulya meminta penjelasan.
Tanpa Ulya sadari karena dia memang tidak tahu kenapa Aditya bisa tau tentang pasar malam, Ulya mengakat kedua bahunya acuh untuk memberikan jawaban isyarat pada Hans.
"Aditya denger dari teman-teman di perumahan daddy, kemarin waktu jalan-jalan core di rumah cama grandma cama mbak Lia, anak-anak lain pada bahac pacar malam. Kata mereka pacar malam itu ceru cekali pokoknya." Kedua bola mata Aditya berbinar saat menceritakan tentang pasar malam.
Anak itu seakan sudah bisa menggambarkan keindahan pasar malam walaupun dia belum pernah kesana sekalipun, baru akan mengunjungi pasar malam.
Rasanya Hans ingin menolak kemauan Aditya yang satu ini, tapi dia tak sampai hati melakukannya apalagi saat melihat bagaimana bahagianya Aditya menceritakan tentang pasar malam.
"Apapun untuk Aditya."
"Tanks you daddy. Daddy dan mbak Lia harus terus menemani Aditya hari ini."
'Dan harus untuk selama-lamanya sampai Allah yang memisahkan.' Lanjut Aditya dalam benaknya, mungkin dia punya misi atau rencana sendiri yang tidak diketahui orang lain.
Di tempat yang Hans datangi sebelumnya bersama Aditya dan Ulya. Benar mall.
Yulia masih merasa gondok karena ditinggal begitu saja oleh Hans yang tidak peduli akan dirinya.
"Hans kenapa sampai sekarang kamu belum melirikku? Aku mencintaimu, Hans bahkan sudah lama sejak dulu! Sejak kita bertemu." Dongkol sekali rasanya hati Yulia.
Yulia adalah salah satu teman kuliah Hans dulu, mereka bisa kenal karena dulu Hans pernah sekali menolong Yulia, gadis itu ternyata salah mengartikan kata tolong yang Hans lakukan. Sejak Hans menolong dirinya, dia kira Hans yang sering dipanggil Radit saat kuliah dulu menyukai dirinya.
Sejak saat ini Yulia mulai mengejar Hans, tapi Hans tidak pernah menggubrisnya sampai mereka lulus, Yulia pasrah karena tidak bisa mendapatkan Hans. Tapi pertemuan tadi setelah bertahun-tahun membuat Yulia kembali bertekad untuk mendapatkan Hans.
Parahnya tadi dia melihat Hans bersama seorang perempuan yang dia kira adik Hans, tapi Aditya malah memanggil Hans dan perempuan tadi dengan sebutan dady, mommy. Padahal Yulia tahu siapa Aditya.
"Argh... Selama nggak di kota ini apa yang udah gue lewatin tentang keluarga Kasa." Gadis itu menjebak kasar rambutnya.
"Hai, sayang udah dari tadi?" sontak Yulia langsung mengangkat wajahnya kala mendengar suara yang dia kenali.
"Raka, ah... tidak juga aku baru sampai." Jawab Yulia sedikit gelagapan.
Yulia datang ke tempat itu memang memilik janji dengan kekasihnya tapi dia tak menyangka akan bertemu kembali dengan orang yang selama ini dia sukai.
"Wajah kamu kelihatan bete banget." Raka menelisik wajah Yulia.
"Tidak apa, aku kira tadi kamu tidak akan datang."
'Pokonya bagaimanapun kali ini Hans harus jadi milikku.' Batin Yulia setelahnya.
Mendengar perkataan Yulia, Raka merasa bersalah. "Maaf kan aku."
"Tidak apa."
Waktu berjalan cepat tak terasa malam sudah menjumpai para penduduk bumi.
Aditya sudah berada di pasar malam bersama Ulya dan Hans, anak itu bahkan sudah mencoba berbagai wahana pemainan di pasar malah, dia benar-benar terlihat sangat bahagia sekali.
Untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai muslim Hans sempat mencari mesjadi untuk mereka melaksanakan shalat terlebih dahulu. Baru mereka lanjut jalan-jalan.
"Aditya mau beli oleh-oleh buat grandma, grandfa, kak Arion juga cemua yang ada di rumah cebelum pulang."
Mereka baru saja turun dari kuda-kudaan. Wajah Aditya terlihat semakin berseri sekali hari ini sepertinya sangat menyangkan untuk Aditya.
"Ayo kita beli, Aditya mau kasih oleh-oleh apa?"
"Apa caja daddy, acal jangan pulang bawa tangan kocong."
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan mereka langsung pulang menuju manasion keluarga Kasa. Sampai di rumah Hans membagikan martabak yang dibeli tadi.
"Asik bener ya mas jalan-jalannya, dari pagi sampai malam baru pulang apalagi sama cewek cantik ya maki betahlah." Sindir Arion melihat masnya baru pulang bersama Aditya dan Ulya.
"Aditya mau ke pasar malam dulu." Jawab Hans ketus, dia jelas tahu maksud sindiran dari adik bungsunya itu.
"Mbak Ulya baik-baik aja kan?"
"Memangnya mbak Lia kenapa kak Arion?" tanya Aditya polos.
Cek! Arion berdecak heran sendiri pada ponakannya satu ini yang selalu nyambung akan obrolan orang dewasa.
"Nggak ngapa-ngapa udah sono bersih-bersih gih, bau asem kamu bocah." Diluar dugaan Aditya malam mengendus-endus tubuh Arion.
"Kak Arion juga bau acem." Mendegar perkataan cucu mereka Milda dan Leka yang ada disana sontak langsung mencium Arion dari jarak yang tidak dekat.
"Anak bungsu belum mandi." Ucap kedua orang tua Arion bersama.
"Ya Allah, nggak gitu juga Ma, Pa, malu atuh aku sama mbak Ulya. Kamu juga sih cil pake bongkar aib." Terlanjur malu Arion segera bangkit meninggalkan ruangan tengah.
"Anak bungsu mandi yang bersih yang wangi jalan langsung tidur." Teriak Milda. Hans yang baru saja akan masuk ke dalam kamar menggeleng pelan, mamanya sudah kembali seperti semula.
Ulya juga ikut meninggalkan ruang tengah bersama Aditya, dia harus membersihkan tubuh Aditya lalu mengajak anak itu tidur. Ulya selalu melakukan tugasnya dengan baik.