Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Pardi
Hari demi hari terus berganti mengikuti putaran waktu. Tiga bulan telah berlalu begitu saja. Kematian Riza meninggalkan banyak rasa sesal di hati Arman dan Camila. Terlebih setelah semuanya terbongkar. Dalang di balik semua kekacauan yang terjadi adalah Meli. Ternyata guru bimbingan konseling itu beberapa kali memanfaatkan muridnya untuk meruntuhkan Arman. Riza dan Siska. Kedua gadis labil itu diperalat Meli untuk membalaskan dendam atas perasaan yang tak pernah terbalas. Ya, praduga Camila tidaklah keliru. Ternyata ibu bhayangkari itu tertarik kepada Arman. Namun, perasaan itu tak pernah terbalas.
Rasa tidak nyaman yang begitu besar membuat Arman memutuskan untuk mengajukan pemindahan tugas mengajar di sekolah lain. Mungkin karena doa-doa orang yang ada di sekitarnya, pengajuan itu dikabulkan. Kini, Arman mengajar di sekolah negeri yang lain. Lingkungannya lebih baik dan semuanya berjalan lancar.
Kehidupan Camila dan Arman jauh lebih baik dari sebelumnya. Terhindar dari campur tangan orang tua dan ipar. Terlepas dari masalah di sekolah dan memiliki bisnis baru yang dikelola Camila. Mereka hidup bahagia tanpa ada yang mengganggu. Seperti minggu pagi ini, mereka menikmati waktu di halaman belakang sambil mendengarkan musik. Duduk bersanding sambil membahas rencana masa depan.
"Kira-kira siapa yang datang sepagi ini, Mas?" tanya Camila setelah mendengar suara ketukan pintu beberapa kali dari pintu ruang tamu.
"Coba lihat dulu. Mungkin pak RT," jawab Arman.
Camila bergegas membukakan pintu. Dia terkejut ketika melihat tamu yang datang. "Loh Bapak," gumam Camila sebelum menjabat tangan ayah mertuanya. "Monggo masuk, Pak," ajak Camila.
Pardi duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu kedatangan Arman. Sementara Camila pergi ke dapur menyiapkan minuman untuk sang mertua. Camila mencuri dengar pembicaraan yang terdengar dari ruang tamu. Rupanya Pardi sedang membahas sesuatu yang penting bersama Arman.
"Saya ada tabungan, Pak, tapi tidak banyak."
Camila tiba-tiba saja menyahut obrolan tersebut sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman ke ruang tamu. Wanita asal Surabaya itu segera duduk di samping Arman untuk membahas kelanjutan pembicaraan mengenai tanah yang ingin dibeli Pardi.
"Tunggu sebentar. Aku belum paham kenapa Bapak tiba-tiba menyuruhku beli tanah atau rumah. Sebenarnya ada apa?" tanya Arman Seraya menatap Pardi. "Lalu, kamu punya tabungan berapa? Bukannya uang tabungan sudah dipakai untuk beli perabot?" Arman mengalihkan pandangan ke samping.
"Aku punya tabungan empat puluh juta, Mas. Aku dapat arisan dua puluh juta. Terus sisanya tabungan dari hasil jualan," jelas Camila seraya menatap suaminya.
"Nah, itu cukup, Man. Bapak ada uang seratus lima puluh juta. Ada rumah dijual di desa Kedawung. Bapak sudah lihat rumahnya. Tanahnya juga luas. Kalau uang dari bapak digabung dengan tabungan istrimu sudah cukup, Man. Kalau tidak dibeli sayang, Man. Mumpung ada murah karena pemiliknya mau pindah ke Kalimantan. Tapi ingat, rahasiakan hal ini dari siapapun. Bahkan ibumu. Katakan kalau kamu beli rumah itu hasil hutang bank atau dikasih mertuamu."
Arman dan Camila saling pandang setelah mendengar penjelasan Pardi. Sepasang suami istri itu belum mengerti mengapa Pardi melakukan hal ini. "Pak, kenapa harus dirahasiakan?" tanya Arman.
"Kamu nanti pasti tahu alasan Bapak melakukan hal ini, Man. Sudah ya, berarti bapak jadi beli rumah itu. Ingat, jangan sampai ada yang tahu kalau Bapak yang membelikan rumah itu untukmu. Jaga rahasia ini sampai kapanpun." Pardi mempertegas penjelasannya.
"Bapak uang dari mana sebanyak itu? Apa ibuk tidak tahu tentang uangnya? Atau Bapak hutang ke orang lain?" cecar Arman.
"Tidak. Itu uang Bapak sendiri. Bapak ini udah tua, mana berani hutang sebanyak itu. Sudah, jangan sesekali membahas ini dengan siapapun. Cukup kita bertiga yang tahu masalah ini. Keluarga kita harus tahu jika kamu sendiri yang membeli rumah itu." Pardi menatap anak dan menantunya bergantian.
Meski tak mengerti alasan Pardi melakukan ini, mereka berdua tetap mengikuti keputusan Pardi. Pada akhirnya mereka bertiga membahas masalah rumah tersebut dan memutuskan untuk melihat rumah itu secara langsung sebelum transaksi. Lokasi rumah itu hanya berjarak tiga desa saja dari kediaman Pardi.
"Wah rumahnya masih bagus, Mas. Sepertinya bangunannya belum lama loh itu," ucap Camila setelah sampai ditempat tujuan. Dia menatap kagum rumah dua lantai dengan desain modern itu. Pekarangan rumah tersebut dikelilingi pagar tembok.
"Iya. Aku juga suka model rumahnya. Kita lihat ke dalam," ajak Arman sambil berjalan di depan Camila.
Mereka bertiga menyusuri bangunan dua lantai itu untuk memeriksa kondisinya. Mereka pun memeriksa sisa tanah yang ada di belakang dan di sisi kanan rumah. Arman pun langsung menyetujui keinginan Pardi untuk membeli rumah ini.
"Kalau begitu, kita langsung bicara dengan pemiliknya sekarang juga, Man. Sebelum keduluan orang lain," ucap Pardi.
...🌹TBC🌹...
...Ada yang bisa nebak gak kenapa Pardi tiba-tiba minta beli rumah?...
Pasti bu Aminah sama saudari2nya ghibahin Arman Camila karena ngontrak
Atau si Sinta ikut pak Pardi selamanya,,kan habis ketipu
Meli harusnya ngikut Riza pindah alam,,jahat banget
Buat semua pasutri memang g boleh menampung wanita/pria yg usia sudah baligh takutnya ada kejadian gila kyk gini..
Banyak modus lagi,,mending Riza di antar keluar dari rumah Arman
Sekarang Camila bisa lega karena bebas dari orang toxic
G ada hukumnya anak bungsu harus tinggal sama ortu kecuali ortu.nya sudah benar2 renta..