Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Semakin membencinya
"Muka lo kenapa kusut kayak gini El, ada masalah apa sih, cerita dong!" Ujar Feby. Mereka kini tengah berada di rumahnya, lebih tepatnya di dalam kamarnya.
"Hah.." El hanya menghembuskan napasnya dengan berat, namun masih enggan menuturkan beban pikirannya kepada sahabat-sahabatnya.
"Bukannya lo bilang, kalau hari ini mau kencan sama pak Dokter, terus kenapa belum berangkat?" Tanya Cindy dengan penasaran
"Pasti kencannya batal lagi," seloroh Arga. Kedua temannya pun sontak menatap El, seolah-olah bertanya apakah hal itu benar.
Dan di pun hanya mengangguk perlahan.
Arga langsung terkekeh, "udah gue duga. Kayaknya dia udah nggak cinta sama lo deh," Feby dan Cindy langsung memelototinya dengan tatapan membunuh. Yang membuatnya langsung menciut dan mengunci mulutnya rapat-rapat
"Memangnya kenapa di batalin?" Tanya Cindy
El hanya menggeleng, "udah lah, nggak usah bahas itu lagi," ujar El pelan
Ketiga sahabatnya sangat mengerti perasaan Elora, mereka pun tidak ingin mengoreknya lebih jauh. Dan lebih memilih untuk menemaninya dan menghiburnya.
***
Siang itu, El tengah sibuk di depan layar monitornya. Hingga seorang pria yang sudah berusia lanjut tiba-tiba lewat di depannya, dan akan masuk ke ruangan bosnya.
Dia langsung berdiri, dan menyapanya, "ada yang bisa di bantu kek?" Tanyanya dengan sopan.
Kakek itu tidak langsung menjawabnya, dia masih mengamati El dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mendapat tatapan seperti itu, El jadi merasa risih, apalagi dia datang dengan seorang perempuan yang sangat muda.
"Nggak mungkin ini sugar baby nya kan," pikir El. Namun dengan cepat ia mengusir prasangka buruk itu
"Saya mau bertemu dengan Alden, apa dia ada?"
"Iya pak Alden ada di ruangan, apa anda sudah buat janji?"
Kakek itu langsung tersenyum ramah, "wah, saya belum buat janji. Jadi, apa saya nggak bisa masuk?"
"Maaf nggak bisa kek," ujar El dengan tersenyum ramah
"Kau.." perempuan itu ingin berbicara, namun ditahan oleh si kakek. Dia hanya bisa diam dan menatap El dengan kesal
"Pak Harja..!" Seru Dani yang tiba-tiba muncul, lalu di menjabat tangan si kakek sambil sedikit membungkuk
"Apa dia pegawai baru?" Tanya si kakek pada Dani
"Iya Pak, dia sekretarisnya Pak Al yang baru."
Kakek itu hanya manggut-manggut, "Siapa namamu?"
"Saya Elora kek,"
Dani sangat shock mendengarnya, ia langsung menyenggol Elora dan berbisik, "kenapa kamu manggil Pak Harja seperti itu, dia ini kakeknya Pak Bos, sekaligus pemilik perusahaan,"
"Eh, maaf saya tidak tahu kalau anda pemilik perusahaan ini," ucap El dengan polosnya
Kakek langsung tertawa pelan, "tidak apa-apa, saya justru senang dipanggil kakek."
"Pak Harja pasti mau bertemu dengan Pak Alden, mari silahkan pak," ujar Dani sembari membukakan pintu.
"Kau sepertinya sudah melupakanku, bahkan aku datang pun kau tidak peduli." Ujar kakek begitu masuk ke ruangan Alden
Alden masih belum beranjak dari kursinya, dia sudah tahu apa yang diinginkan kakeknya. Itu karena kakeknya datang dengan seorang perempuan, dia pasti ingin menjodohkannya lagi. Ini sudah yang ketiga kalinya, semenjak dia menginjakkan kakinya di sini.
"Kenapa kau diam saja?" Tanya kakek
"Aku sedang banyak pekerjaan kek, jadi nanti malam saja kita ngobrolnya, aku akan pulang ke rumah."
"Kau sangat tidak menghargai ku," ucap kakek dengan kecewa. Lalu dia menyuruh perempuan itu untuk keluar. Kini hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan. Kakek melambaikan tangannya, menyuruh Alden mendatanginya.
Karena perempuan itu sudah pergi, Alden langsung menurut. Dia pun duduk di sebelah kakeknya.
"Ternyata kamu punya sekretaris baru, apa dia pacarmu?"
Alden langsung terbelalak, dan menatap kakeknya dengan heran. "Kenapa kakek bisa berpikiran seperti itu?"
"Sekretarismu itu sangat cantik, jadi kupikir mungkin saja dia pacarmu,"
Alden langsung berdecak kesal, "dia nggak secantik itu, bahkan dia agak bodoh,"
"Tapi kelihatannya dia anak yang baik,"
"Dia, pacarnya Nolan,"
Kakek nampak terkejut, dia bahkan langsung tertawa dengan keras. "Aduh.. padahal cucuku lebih tampan dibanding Nolan. Tapi kenapa kamu bisa kalah sama dia. Dia bisa memiliki pacar yang secantik itu, sedangkan kamu.." tutur kakek dengan tatapan remeh pada cucunya.
"Jangan bicara sembarangan!" Gerutu Alden
Mereka mengobrol cukup lama, hingga tanpa terasa tiba waktunya makan siang. Alden dan kakek keluar untuk makan siang bersama. Dan kebetulan, mereka berpapasan dengan El saat menunggu lift.
"El, mau makan siang?" Tanya kakek
"Iya pak," jawabnya singkat sambil tersenyum
"Panggil saja kakek nggak apa-apa, lebih enak di dengar. Kamu ikut kakek saja, temani kakek makan siang,"
El terkejut mendapat ajakan itu, dia harus mencari alasan untuk menolak. "Itu, saya sudah janjian sama Dani tadi kek,"
"Tidak masalah, nanti kamu ajak saja Dani sekalian."
Tidak ada alasan lagi bagi El untuk menolak, dengan terpaksa dia mengikuti kakek untuk makan siang bersama.
Dan di sinilah mereka sekarang, El duduk bersebelahan dengan Alden. Sementara di depannya, kakek duduk bersebelahan dengan perempuan tadi, yang bernama Reni.
Sembari menunggu makanan, Reni terus berusaha mengajak Al untuk mengobrol. Namun Alden terlihat sangat malas meladeninya, ia hanya membalas dengan jawaban singkat.
"Oh ya, kata Alden kamu pacarnya Nolan ya,?" Tanya kakek disela makannya
"Iya kek,"
"Nolan beruntung sekali memiliki pacar secantik kamu. Sedangkan cucuku ini, entah kapan dia bisa punya pacar," keluh kakek
"Yah, gimana mau dapet pacar kalau nggak suka cewek," batin El sambil melirik Alden
"Teman sebayanya bahkan ada yang sudah punya anak, kakek kan juga ingin segera menimang cucu,"
El tertawa pelan, "Pak Al ini terlalu galak kek, jadi perempuan pada takut sama dia," tutur El, yang sontak mendapat pelototan tajam dari bosnya.
"Tuh lihat aja kek," ujarnya sambil menunjuk Alden. Mereka berdua lantas tertawa bersama melihat raut wajah Al yang kesal. Sementara Reni juga kesal melihat El yang bisa segampang itu akrab dengan kakek. Karena dirinya yang seharusnya bisa dekat dengan kakek, untuk mengambil hati cucunya.
Selesai makan siang bersama, kakek pamit pulang, sementara Reni juga telah pergi lebih dulu. El dan bosnya kembali ke kantor bersama, namun seperti biasa. Mereka kembali ke setelan awal.
Semenjak kejadian di apartemen yang terakhir, Elora semakin membenci Alden. Dia merasa Al adalah benalu dalam hubungannya dengan sang pacar. Atau bahkan, mungkin bisa dibilang orang ketiga?
Tapi, dia tidak bisa langsung memutuskan, sebelum dia mendapatkan bukti yang konkrit. Dia ingin mencari bukti tentang kebenaran itu, tentang bos nya dan pacarnya. Apakah itu sesuai dugaannya atau tidak.
Karena ini juga bukan soal patah hati, akan tetapi harga diri. Bagaimana bisa, dirinya harus bersaing dengan seorang lelaki, demi lelaki.
*
*