Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Shani baru saja sampai dipanti dengan mobil mewahnya.
Kebetulan sore hari Bu Mila menyiram bunga di halaman.
"Nak Shani," kata Bu Mila.
"Sore Bu," sahut Shani.
"Sore juga Nak Shani, mau ketemu Sifa yah."
"Iya Bu."
"Ya sudah, Ibu panggilin Sifanya dulu yahh."
Shani mengangguk, kemudian membuka bagasi dan mengeluarkan banyak barang.
Bu Mila menghampiri Sifa dalam kamar.
"Sifa, itu ada Shani didepan nyarii."
"Masa Bu?"
"Iya, usah ke depan gih."
"Iya Bu."
Sifa pun ke depan.
"Shani, lo bawa apaan sih?" tanya Sifa.
"Buat panti," sahut Shani singkat.
"Hah," kaget Sifa.
Semua anak panti keluar dan melihat banyak barang di teras.
"Wahhh ... ada sepatu," kata Burhan yang langsung mengambil sepatu itu.
"Eh Han, jangan main ambil tau!" tegur Sifa.
"Sudah gak papa ko fa, itu memang untuk mereka semua."
"Wahh seriusan kak?" tanya Burhan lagi pada Shani.
Shani mengangguk.
"Tuhh ... Kak Shani aja beliin buat kita," ledek Burhan.
"Ishhh ..." kesal Sifa.
"Udah Fa, ayo bawa masuk."
Mereka semua membawa masuk barang yang di teras tadi dan kembali membukanya didalam.
Bu Mila kaget.
"Ya ampun, itu barang semuanya siapa yang beli?" tanya Bu Mila.
Semua anak panti menunjuk ke Shani kecuali Sifa.
"Kak Shani Buuuu ..."
"Oh ya ampun Nak Shani lagi, terima kasih ya Nak Shani udah bantu panti banyak banget."
"Santai aja Bu," sahut Shani.
'Shani ini sebenarnya siapa yah?' batin Sifa.
Barang-barang yang Shani beli adalah perlengkapan alat sekolah mereka, mulai dari tas, sepatu, buku, seragam, bahkan bahan sekolah lainnya yang begitu banyak.
Tidak lupa juga Shani membelikan untuk Sifa tas khusus remaja yang cantik.
"Nih, buat lo."
"Tas buat gue."
"Iya."
"Tapi tas ini mahal Shan."
"Gak papa, buat lo biar gak dibully lagi."
Sifa tertunduk.
"Kenapa?"
"Gue malu."
"Kenapa harus malu."
"Gue ... ditraktir terus sama lo," sahut Sifa.
Shani diam sejenak.
"Lo temen gue, jadi jangan merasa malu lagi! gue yang mau ngasih, bukan lo yang paksa itu yang penting."
Sifa tersenyum mendengar ucapan Shani.
"Makasih yah," kata Sifa lalu memeluk Shani.
Shani hanya diam saat dipeluk.
***
Ken baru saja selesai ngantor dia ingin cepat-cepat pulang sore ini karena pekerjaan sudah selesai, biasanya kerjaannya itu sampai malam tapi untuk hari ini sampai sore aja.
"Laras, tunggu aku dirumah ya sayang," gumam Ken dengan semangatnya masuk mobil.
Tapi saat di jalan, lagi dan lagi dapat gangguan dari The Meteor yang terkenal dengan topengnya itu.
"Topeng itu ..." kata Ken yang mengenali topeng itu.
Salah satu anggota Meteor menembak ban mobil Ken lalu yang satunya memecah kaca mobil dengan tongkat besaball.
Dor ...
Prang ...
"Ck sial, akhh ..." Dengan terpaksa Ken banting stir untungnya tidak menabrak pembatas jalan.
Anggota Meteor langsung menghancurkan mobil Ken yang sudah berhenti, mereka memukul dan menendang dengan anarkis di balik topeng.
Ada pengendara lain yang lewat tapi tidak berani menolong karena pelakunya adalah yang paling ditakuti pihak keamanan negara.
"Akhh ... brengsek! siapa mereka?" kata Ken yang berada dalam mobil sambil berlindung takut kena pecahan kaca.
Sungguh membabi buta sekali anggota Meteor menghancurkan mobil milik Ken.
Setelah mobil Ken hancur, anggota Meteor langsung pergi begitu saja sambil mengkode kematian.
Ken yang melihat hanya bisa berlindung dibawah walaupun terpojok dan tak bisa melawan bukan berarti Ken takut.
"Akan ku balas para mafia laknat itu, lihat saja nanti!" gumam Ken.
***
Seorang pria sedang bersama Laras bercinta dalam kamar dengan khidmatnya.
"Gimana permainan aku tadi, sayang?" tanya pria itu.
"Kamu memang gagah sayang, bahkan Ken aja kalah hehe ..." tawa Laras membandingkan keperkasaan pria ini dengan Ken.
"Benarkah?"
"Iya sayang, kamu gak percaya yahh ... buktinya aja punyamu masih menancap kokoh didalam sana," kata Laras menggoda pria tadi.
Pria itu hanya tersenyum sambil berusaha memberi nikmat untuk Laras.
"Ah sudah sayang, keluarkan saja didalam." Laras meminta pejuhnya pria tadi untuk keluarkan didalam saja.
"Emang gak papa sayang, nanti kalau kamu hamil gimana?"
"Gampang itu, udah cepetan!"
"Iya sayang, kita keluarin sama-sama dulu yahh."
Setelah mempercepat tempo, baik pria itu dan Laras seperti ingin pipis dan mereka keluar bersama.
"Ah nikmatnya ..." kata pria itu lagi menjatuhkan tubuhnya di samping Laras.
Dari luar ada yang mengetuk pintu, Laras mendengar refleks mendorong pria itu yang menindihnya tadi.
"Aww ... sayang, ko aku didorong sih!"
"Shut, diam! kamu gak denger tadi ada yang ngetuk pintu, cepat sembunyi sana."
"Iya," Dengan muka berat dan ditekuk pria itu kembali bersembunyi siapa tahu Ken datang.
Kemudian Laras merapikan penampilannya lalu keluar.
Laras sedikit mengangkat alisnya.
"Mana orangnya?" kata Laras celingak-celinguk.
Tapi hanya ada kotak dengan tulisan untuk Laras, karena tidak ambil pusing Laras mengambil kotak hitam itu dan membawanya ke kamar.
Laras langsung memanggil Pria itu.
"Bukan siapa-siapa, ayo keluar."
Pria itu pun keluar.
"Siapa yang datang?" tanya pria itu.
"Gak tahu, tapi ... cuma ini yang berada didepan yang ngasih udah gak ada."
Pria itu pun memegang kotak itu.
"Apa isinya."
"Ya mana ku tahu, kan belum dibuka."
"Ya sudah buka," kata pria itu lalu duduk di sofa sambil merapikan penampilannya.
Laras pun membuka kotak itu tapi saat membuka Laras langsung ketakutan dan melemparkan kotak itu.
Laras berteriak.
"Aaakhhhhh ..."
Pria itu kaget.
"Kenapa sayang?"
Laras menunjuk isi kotak itu yang sudah berserakan di lantai.
"Itu sayang ..."
Pria itu melihat foto mesra mereka tanpa busana tapi sudah terpotong-potong.
Pria itu bernama Jhon, selingkuhan Laras.
***
Citra menemukan fakta baru, jika selama ini Kazio sering menyelewangkan dana ke rekening pribadi Laras.
"Brengsek kamu, Kazio!" geram Laras.
Sekretaris Citra datang dan memberi kabar kalau Kazio menghilang.
"Ada apa?" tanya Citra tanpa menoleh sedikit pun dan masih berkutat dengan laptopnya.
"Ada info penting."
"Apa itu?"
" TuanKazio menghilang."
Citra langsung menghentikan kegiatannya.
"Bagaimana bisa? apa ada musuh lain," kata Citra lagi.
"Sepertinya begitu, Nyonya."
"Darma, saya bisa minta tolong lagi."
"Boleh Nyonya, apa?"
"Saya menemukan beberapa fakta baru, salah satunya kemana Kazio membawa Shani! kebetulan mobil yang dulu ditumpangi Shani memiliki cctv tapi ... aku tidak bisa menemukan rekaman cctv dalam mobil itu, sepertinya ada yang meretas rekamannya. Apa kamu bisa menemukan kembali rekaman itu, siapa tahu ada petunjuk tentang anak saya."
"Bisa Nyonya, tapi apa anda tahu dimana mobilnya."
"Kebetulan sekali mobil itu ada dalam gudang, tapi ..."
"Tapi apa Nyonya?"
"Mobilnya masih dirumah yang lama."
Darma tersenyum.
"Itu masalah gampang ko," sahut Darma.
"Benarkah," kata Citra.
"Iya Nyonya."
"Tolong yah," pinta Citra penuh harap.
Darma senang bisa membantu Nyonya Citra, orang yang paling dia cintai didunia ini meskipun tak bisa memilikinya.
"Lalu tentang Tuan Kazio tadi," kata Darma.
"Biarkan saja, mati pun juga tidak masalah! yang penting sekarang pencarian anak saya dan juga tetap awasi Ken, karena secepatnya aku akan mengambil sahamku diperusahaan itu!"
Darma mengangguk.
"Baik Nyonya, saya permisi dulu."
Citra mengangguk.
"Sayang ... tunggu Mama, Nak." Citra berharap anaknya masih bisa ditemukan dan masih hidup.
***
💓DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE💓
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..