Cayenne, seorang wanita mandiri yang hidup hanya demi keluarganya mendapatkan tawaran yang mengejutkan dari bosnya.
"Aku ingin kamu menemaniku tidur!"
Stefan, seorang bos dingin yang mengidap insomnia dan hanya bisa tidur nyenyak di dekat Cayenne.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Tidak menyadari perasaanya
Stefan mencoba menarik kembali kata-katanya. Dia tidak bermaksud menggunakan kekayaan dan kekuasaannya atas Cayenne. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu padanya.
Dalam kasus Cayenne, sebelum dia setuju untuk melakukan pekerjaan semacam ini dengannya, dia tahu bahwa jika sesuatu terjadi padanya, Stefan akan bebas karena dia kaya dan berkuasa.
Namun, dia tetap menaruh kepercayaannya padanya. Dia percaya bahwa Stefan akan menepati janjinya. Mendengarkan kata-katanya sekarang, kepercayaannya mulai goyah dan dia merasa sedikit takut akan masa depannya.
Stefan panik. Ia tidak suka melihat ketakutan di mata wanita itu. Ia tidak ingin wanita itu takut padanya. "Ayen, maaf."
"Tidak perlu minta maaf. Kamu benar."
"Tidak, aku salah. Aku tidak akan pernah menggunakan kekuasaan dan kekayaanku kepadamu."
Cayenne hanya menganggukkan kepalanya dan melihat ke luar jendela. Dia tidak punya hal lain yang ingin dia katakan. Dia bisa menjanjikan apa pun yang dia mau dan dia bisa mengingkarinya kapan pun dia mau. Dia hanyalah seorang karyawan yang tidak berdaya yang bergantung padanya untuk menjaga keluarganya tetap hidup.
'Sial! Sial! Aku seharusnya tidak mengatakan itu! Aku hanya membuat semuanya menjadi rumit!' Stefan mengutuk dirinya sendiri dalam hati.
Yang ingin dia lakukan hanyalah bercanda dengannya. Dia tidak pernah bermaksud membuat gadis itu merasa diremehkan.
Mobil pun terdiam membisu dan sopir taksi itu hanya fokus mengemudikan mobilnya.
"Kita sudah sampai," kata Cayenne sebelum membuka pintu mobil tanpa menunggunya keluar. "Sampai jumpa malam ini."
"Sampai jumpa." Stefan bergumam. Cayenne berbalik dan pergi tanpa menoleh ke belakang.
"Ayen!" Stefan memanggil namanya, tetapi Cayenne tidak berhenti untuk menoleh ke belakang. "Mari kita bicara malam ini!"
Cayenne terus berjalan. Dengan suara bising mobil yang lewat dan orang-orang yang berbicara, dia tidak yakin apakah Cayenne dapat mendengar kata-katanya.
"Tuan, mau ke mana kita selanjutnya?" tanya sopir taksi kepada Stefan, yang masih memperhatikan Cayenne yang pergi menjauh.
"Bawa aku ke hotel tempat dia bekerja," jawab Stefan, tatapannya tetap tertuju pada wanita itu sampai dia benar-benar menghilang dari pandangan.
Sopir taksi itu tidak mengenali identitas Stefan, karena dia jarang berselancar di media sosial. Dia hanya berpikir bahwa hubungan antara Stefan dan wanita itu agak aneh, tetapi tidak terlalu mempermasalahkannya.
Baginya, tugasnya hanyalah mengantar ke tempat tujuan, bukan bergosip.
Stefan tiba di hotel dan memeriksa jadwal kerja semua karyawan untuk minggu depan. Dia ingin memperbaiki kesalahan yang telah dia buat.
Manajer Dant memberinya daftar semua karyawan yang bekerja di siang hari. Dia berencana memberikan cuti kepada salah satu dari mereka.
"Manajer Dant, mohon hubungi semua orang yang bekerja di lantai dua sampai lima hari ini."
"Baik, Tuan." Manajer itu segera melaksanakan perintah Stefan, tanpa memahami situasinya. Dia mengumpulkan empat karyawan yang diminta dan membawa mereka ke lantai atas hotel.
Mereka dipanggil untuk bertemu Stefan di ruang pribadinya, bukan ruang karyawan, menandakan bahwa ada hal penting.
Keempat karyawan itu merasa waswas. Mereka cemas karena tidak tahu apa kesalahan yang mungkin telah mereka buat. Ada kekhawatiran mereka akan dihukum atau bahkan dipecat. Semua pikiran positif seolah hilang dari benak mereka.
Setelah mengetuk pintu dan diterima, Manajer Dant masuk bersama keempat karyawan. "Semua sudah hadir, Pak. Dua karyawan lainnya sedang cuti."
Stefan menangguk dan memandang mereka. "Saya perlu satu orang yang bisa bekerja pada shift siang hari Jumat ini."
Mereka saling bertukar pandang. Ada alasan mengapa mereka memilih jadwal sekarang. Biasanya mereka bekerja siang hari di akhir pekan dan malam hari dari Senin sampai Rabu, dengan Kamis dan Jumat sebagai hari libur mereka.
"Pak, apakah ini wajib?" tanya seorang karyawan.
"Tidak. Saya hanya butuh satu orang untuk mendampingi Celine di hari Jumat."
Mendengar nama Celine, kebanyakan dari mereka merasa enggan. Mereka tahu reputasi Celine sebagai rekan yang ketat. Bekerja bersamanya adalah hal yang ingin dihindari.
"Jika kami menolak, apakah ini akan berpengaruh buruk pada kami? Kami punya janji lain hari Jumat," kata seorang karyawan mencoba menawar.
"Tenang saja, ini tidak akan merugikan kalian. Saya hanya butuh seorang yang bersedia."
Mereka tetap bimbang walau Stefan sudah menenangkan mereka. Tak ada yang berani maju, hingga akhirnya Jessie, salah satu karyawan, berkata, "Saya mau bekerja hari Jumat, Pak. Apakah ini berarti kerja tambahan atau tukar jadwal?"
Setelah membiarkan tiga karyawan lainnya pergi, Stefan meminta Jessie dan Manajer Dant tetap tinggal.
"Saya ingin Anda bertukar jadwal dengan Cayenne hari Jumat. Dia perlu pergi."
"Cayenne Ardolf?" tanya Jessie untuk memastikan.
"Benar. Dia ingin ikut kegiatan sekolah adik-adiknya dan butuh cuti Jumat."
Manajer Dant keningnya berkerut mendengar alasan di balik tindakan Stefan, mengingat sebelumnya Cayenne sudah menyampaikan permintaan yang sama tapi kesulitan mendapatkan pengganti.
Usahanya membuktikan firasatnya bahwa ada hubungan rahasia antara Stefan dan Cayenne.
"Saya setuju membantu." katanya Jessie. "Dan saya tidak akan menanyakan lebih lanjut tentang hubungan Anda dengan Cayenne."
"Terima kasih." Stefan tersenyum dan menyerahkan cek padanya. "Saya harap Anda bisa merahasiakannya, terutama dari Cayenne." pikirnya, nanti dia sendiri yang akan berbicara dengan Cayenne. "Ini sebagai tanda terima kasih saya."
"Terima kasih, Pak. Ini sangat berarti bagi keluarga saya," jawab Jessie.
"Kamu sangat membantu." lanjut Stefan sebelum beralih ke manajer. "Saya yakin Anda juga bisa menjaga rahasia ini agar Cayenne tidak mendapatkan masalah di pekerjaannya."
"Kami janji, Pak."
"Kalian bisa pergi. Pastikan Cayenne tahu dia bisa cuti Jumat."
"Baik, Pak."
Mereka pergi tanpa pertanyaan lebih lanjut. Meski ingin bertanya ingin namun takut dipecat jika salah langkah. Pekerjaan mereka di hotel sangat berharga dengan gaji dan bonus yang besar.
Stefan merasa lega bisa menolong Cayenne. Namun, dia tetap terusik oleh kejadian pagi itu. Kehilangan Cayenne bikin hatinya tertekan. Stefan sendiri tak paham perasaan takut itu.
"Mengapa aku takut kehilangan dia? Seharusnya dia tidak sepenting Alexander," pikirnya. Meski begitu, ada sesuatu yang tak bisa dia definisikan.
Hari itu dia tak ada pekerjaan tertunda. Dulu dia akan mengisi waktu luang dengan bersenang-senang dan berfoya-foya. Uang yang banyak sering disalurkan ke yayasan karena tidak memiliki keluarga untuk dinafkahi.
Tapi kini, pikirannya hanya terfokus pada Cayenne. Seakan senyum Cayenne mencakup seluruh isi kepalanya. Sayang, Stefan tidak menyadari bahwa itu adalah cinta.
Sementara itu, Cayenne merasa kesal. Sudah sejak pagi dia merajuk, bahkan ketika mengupas apel, emosi menguasainya. Apel kupasannya berlekuk-lekuk dan hampir tak tersisa daging buahnya.
Ibunya dan adik adiknya memperhatikan tingkahnya. Ini kali pertama mereka melihatnya marah. Sebelumnya, Cayenne dikenal selalu sabar dan lembut. Emosi negatifnya hanya berupa kesedihan, itu pun karena kondisi ibunya.
"Kamu terlihat lebih manusiawi sekarang," ujar Kyle.
"Apa maksudmu? Aku ini manusia, bukan monster atau alien," balas Cayenne ketus.
Keluarganya tertawa mendengar jawabannya. Mereka senang melihat dia menunjukkan sisi baru ini. Sejak dulu, Cayenne selalu tampil tegar dan perhatian tanpa menunjukkan sisi manusiawinya yang lain.
Hanya kesedihan yang muncul, itu pun karena perhatian terhadap kondisi ibunya.
"Beberapa hari ini kamu berubah, dan aku senang," ujar Luiz.
"Aku juga senang. Kau selalu tersenyum dan kuat untuk kami. Seolah tidak pernah kesal, marah, atau frustrasi," tambah Kyle. "Tapi sekarang, aku yakin kakakku ini adalah manusia sejati."
Luiz dan ibu mereka mengangguk setuju. Ibu Cayenne menggenggam tangannya dan tersenyum.
"Yen, apakah kamu menyukai seseorang?