Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
Satu Minggu telah berlalu, hari ini adalah hari pernikahan Kala dan Anin. Anin terlihat cantik menggunakan kebaya yang dipilihkan calon mertuanya. Mama Sari yang memilihkannya, kebaya terbaik, terindah, tercantik, dan termahal. Mama Sari senang sekali akhirnya putra semata wayangnya akan menikah.
Di rumah Surya, Kala masih tidak menyangka, jika hari ini dia harus menikah dengan Wanita pilihan kedua orang tuanya. Dia harus menikahi wanita yang hamil bukan karena perbuatannya. Sebelum Kala pergi ke rumah Seno untuk melaksanakan pernikahannya dengan Anin, dia keluar sebentar untuk mencari udara segar di pagi hari.
"Bertemu saja tidak pernah, menyentuhnya juga tidak pernah, mau menikah yang menemui calon pengantinku Mama dan Papa terus, aku ini mau menikah dengan wanita yang seperti apa sih rupanya? Yang aku tau hanya orang tuanya, namanya, dan dia juga sedang hamil, yang menghamili juga bukan aku? Kenapa aku menurut sekali pada orang tuaku saat ini? Apa ini sudah jalanku untuk menikah dengan Anin?" gumam Kala dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju supermarket untuk membeli sesuatu.
Anin dari tadi tak henti-hentinya menatap layar ponsel miliknya. Dia berharap Vino menghubunginya. Lalu dia memberitahukan jika hari ini akan menikah dengan laki-laki yang tak ia kenal. Walaupun orang tua mereka saling mengenal, Anin dan Kala sama sekali tidak pernah bertemu, mereka menyerahkan semua urusan pernikahannya pada kedua orang tua mereka.
"Bagaimana mungkin aku menikah dengan orang yang tidak aku kenal? Nantinya aku malah akan merepotkan dia? Terus dia menjadi ayah untuk anak ini, menafkahiku? Pasti aku benar-benar menjadi bebannya, apalagi dia tidak mengenalku? Maafkan Anin, Pah Mah. Anin harus pergi, Anin tidak mau menjadi beban orang yang tidak bersalah. Ini salah Anin. Anin yang harus menanggung ini semua. Iya, aku harus pergi sekarang. Entah kemana perginya, aku tidak tahu, aku turutu saja ke mana kaki ini melangkah," gumam Anin dalam hati.
Anin mengemasi beberapa pakaian untuk dibawanya pergi, dia memasukan ke dalam tasnya. Dia mengambil beberapa uang miliknya dan membawa semua ATM miliknya. Dia melihat sekitar rumah untuk memastikan keadaan aman atau tidak untuk melanjutkan aksinya kabur dari rumah.
"Mungkin lewat sini aman?" ucapnya lirih.
Anin masih memakai gaun pernikahannya, dia mengendap-endap keluar rumahnya dan berhasil kabur dari rumahnya.
Dia setengah berlari menuju jalan raya, setelah sampai di jalan raya dan berhenti sejenak, dia mencari toko untuk membeli air mineral karena merasa sangat haus. Dia duduk di depan toko tersebut.
"Maafkan bunda, Nak. Bunda hanya tidak ingin merepotkan banyak orang. Baik-baik ya sayang?" Ucapnya lirih sambil memegang perutnya yang mulai membuncit.
Dia beranjak dari tempat duduknya,dia menyebrang jalan karena ingin mencari taxi untuk segera pergi dari kotanya. Namun, sebelum itu, dia mengambil beberapa uang di ATM-nya sebelum pergi.
Karena tak mendapat taxi, dia terpaksa berjalan hingga menemui sebuah supermarket. Dia memasuki supermarket tersebut dan dia membeli beberapa makanan dan susu. Setelah selesai dia keluar dari supermarket dan saat hendak menyebrang jalan dia tak melihat ada mobil yang sedang melaju, untung saja mobil itu tidak berkecepatan tinggi.
"Ciiiittttt..." suara rem mobil itu terdengar, Anin tersungkur di depan mobil itu, untung saja dia tidak apa-apa. Dia langsung beranjak bangun dan pemilik mobil keluar dari mobilnya.
"Mba, lihat-lihat dong kalau mau menyeberangi jalan! Apa ada yang terluka mba? Mari saya antar ke rumah sak....." Belum sempat pemilik mobil itu selesai berbicara, Anin pingsan dan dengan segera pemilik mobil itu membawa Anin masuk ke dalam mobilnya lalu membawanya ke rumah sakit.
Mobil berjalan dengan cepat menuju rumah sakit, setelah sampai, Anin di bawa ke UGD oleh beberapa perawat untuk di periksa oleh dokter. Setelah selesai memeriksanya dokter keluar menemui orang yang menolong Anin.
"Bapak suami ibu tersebut? Jaga istri bapak, jangan sampai kelelahan karena akan membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya," ucap dokter. Pria itu hanya diam saja mendengarkan dokter berbicara.
"Iya dok," jawabnya setengah bingung.
"Nanti saya berikan resep untuk istri anda, dan bisa segera pulang, jaga baik-baik istri anda pak." ucap dokter tersebut.
"Bagaimana bisa aku menolong orang yang sedang hamil dan orang yang akan aku nikahi juga sedang hamil? Kenapa jadi kebetulan seperti ini sih?" Ucap pria itu dalam hati.
Iya, yang menolong Anin adalah Kala, orang yang akan menikahinya. Kala masuk ke dalam UGD menemui wanita yang di tolongnya.
"Mba sudah siuman? bagaimana masih pusing, atau apa yang masih dirasa tidak enak?" tanya Kala.
"Aku sudah tidak apa-apa. Aku harus segera pergi, terima kasih sudah menolong saya," ucap Anin dengan gugup.
"Aku antar mba pulang, di mana rumah mba?" tanya Kala. Namun, Anin hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Kala yang bertanya padanya di mana rumahnya.
"Mba kok diam?" tanya Kala lagi.
"A--aku, aku sebenarnya kabur dari rumah, bisa minta tolong carikan kontrakan untuk tempat tinggal sementara? Cuma kamu yang aku kenal sekarang, aku tak tau harus pergi ke mana. Bawa aku keluar dari kota ini, dan bantu aku mencari kontrakan." Pinta Anin memohon.
"Tapi mba sedang hamil. Kenapa mba kabur?"
"Nanti aku jelaskan dalam perjalanan."
"Baik, tunggu sebentar aku akan menebus obat mba dulu." Kala keluar dari UGD, dia menebus obat Anin dan membayar biaya perawatan Anin tadi.
Mereka keluar dari rumah sakit, Kala menuruti apa yang Anin inginkan, pergi dari kotanya dan mencari rumah kontrakan untuknya.
"Kenapa mba kabur dari rumah?" tanya Kala. Anin masih terdiam tak menjawabnya.
"Mba, kenapa kabur dari rumah?" tanya Kala lagi.
"Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak bersalah, aku tidak mau merepotkan orang yang tidak bersalah. Bagaimana mungkin aku menikah dengan Pria yang tidak menghamiliku? Mas sendiri pasti tidak mau kan kalau di suruh orang tua mas menikahi wanita yang tidak di hamilinya?" jawab Anin.
"Apa jangan-jangan dia Anin?" Ucap Kala dalam hati.
"Kenapa mba tidak mau?" tanya Kala.
"Aku tidak mau menambah beban pada orang itu. Keluarganya sangat baik sekali, aku tidak tau siapa laki-laki itu. Yang aku tau hanya namanya saja. Bahkan, mau menikah pun tak pernah bertemu dengannya. Lihat baju ini, calon mertuaku yang membelikannya, gaun ini bagus sekali, aku suka. Ini sangat mewah, tapi aku tidak mau menjadi beban laki-laki itu. Menurutku dia berhak dapat wanita yang lebih baik dariku," jelas Anin. Kala mencerna kata-kata Anin, dia terhenyak dengan kata-kata Anin.
"Benar dia Anin, mengapa dia malah kabur, saat aku ingin menikahinya. Kasihan juga dia. Apa yang harus aku lakukan?" ucap Kala dalam hati.
"Jadi seperti itu ceritanya. Kamu sudah makan?" tanya Kala. Anin menggelengkan kepalanya.
"Kamu mau makan apa?" tanya Kala lagi.
"Aku ingin makan masakan Padang." pinta Anin.
"Baiklah, setelah kamu makan, baru kita cari kontrakan. Tapi, ganti dulu bajumu, kamu membawa ganti kan? Nanti di kira aku membawa kabur pengantin orang." Ucap Kala.
"Iya, aku akan ganti bajuku." Ucap Anin.
"Itu di depan ada SPBU, sekalian aku isi bahan bakar, kamu ke toilet ganti pakaianmu."
"Iya," jawabnya.
Setelah sampai di SPBU, Anin dengan segera pergi ke toilet dan mengganti bajunya. Kala sedang mengantri untuk mengisi bahan bakar. Anin sudah selesai berganti baju, dia memakai dress lengan pendek selutut warna maroon. Anin menguncir rambutnya ekor kuda, dia terlihat begitu fresh tanpa make up di wajahnya. Dia berjalan ke arah mobil Kala. Kala memperhatikannya dari jauh, dia lupa jika hari ini dia akan menikah, dan pasti orang tua mereka dan orang tua Anin mencarinya. Dia sengaja menonaktifkan ponselnya agar tidak di hubungi keluarganya, saat dalam perjalanan. Dia berniat setelah mencarikan kontrakan untuk Anin baru akan menghubunginya.
Anin masuk kedalam mobil Kala dan duduk di jok depan samping kemudi.
"Sudah?" tanya Kala.
"Iya sudah. Kamu sudah isi bahan bakar?" tanya Anin.
"Sudah, ayo kita cari makan." ajak Kala
Mereka menuju ke rumah makan Padang, karena Anin ingin sekali makan masakan Padang. Sesampainya di sana, mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Anin memesan rendang sama dengan apa yang di pesan Kala. Mereka menikmati makanannya masing-masing. Setelah hampir selesai makan, Kala bertanya pada Anin.
"Kita belum kenalan. Nama mba Siapa?" tanya Kala.
"Anin, kalau mas?" tanya Anin.
"Benar, dia benar Anin." Gumam Kala dalam hati.
"Anin, aku ... a--aku Kala." Jawab Kala.