Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[ Judul Di Bawah ]
Merasakan tatapan penuh kebencian di mata Bell, Klein langsung menjadi waspada. Benar saja, gadis itu langsung bergegas ke arahnya seolah melupakan keberadaan Rachel.
Swoosh!
Melihat gadis yang melesat ke arahnya dan mencoba menebasnya, Klein mengetuk tanah dengan tongkatnya lalu mengayunkan tongkatnya dengan lembut.
Sesaat kemudian, angin kencang berembus meniup mundur tubuh Klein. Seolah ada pelicin di bawah kakinya, sosoknya meluncur mundur. Dalam sekejap mata, jarak kembali tercipta di antara mereka berdua.
Rachel yang melihat pemandangan itu sedikit terdiam. Dari penampilan leluasa Klein, tampaknya pemuda itu sudah mempelajari gerakan ini dengan sangat baik. Dengan kata lain-
Alih-alih mempelajari sihir dahsyat dan kuat seperti kebanyakan orang, sepertinya pemuda itu malah fokus pada berbagai sihir aneh. Dia bahkan mempelajari berbagai trik aneh untuk menghindar dan melarikan diri.
Ya, begitulah pemikiran orang-orang setelah melihat perbuatan Klein.
Melihat Klein meluncur ke sana-sini seperti bermain ice skating dikejar oleh Bell, entah kenapa Rachel merasa mereka malah mirip anak-anak yang bermain kejar-kejaran. Sama sekali tidak seperti pertarungan sebenarnya, apalagi pertempuran hidup dan mati.
“Berhenti berlari, Pengecut!” teriak Bell marah.
“Berhenti lalu dipukuli dalam jarak dekat? Jangan bercanda, Gadis Gila! Aku ini seorang Mage. Bukankah wajar jika bertarung dari jarak jauh?!” balas Klein.
Setelah membalas, dia bahkan mengayunkan tongkat lebih kuat. Angin yang berembus lebih kuat langsung membuat gerakannya lebih cepat, menjauh dari Bell dalam sekejap mata.
Mendengar teriakan Klein, entah kenapa Rachel merasa kalau pemuda itu benar-benar mempermalukan para Mage.
‘Tidak apa-apa jika bertarung dari jarak jauh, tapi apa maksudmu dengan berlarian sambil terus mengejek lawan? Apakah kamu bahkan tidak malu melakukan hal semacam itu?’
Ketika Rachel tampak ragu, tiba-tiba ada tas kecil yang dilemparkan ke arahnya. Ketika menangkap lalu memeriksa isinya, gadis itu melihat beberapa ramuan.
“Mundur saja setelah tubuhmu membaik.”
Suara Klein terdengar dari kejauhan, sebelum sosoknya menghilang ke dalam hutan. Bell yang matanya tampak lebih merah karena marah juga mengejarnya dengan putus asa.
Melihat pemandangan itu, Rachel hanya bisa tersenyum masam, bingung harus berkata apa.
Sementara itu, Klein yang dikejar oleh Bell tidak bisa tidak mengeluh ketika melihat kondisi gadis itu.
“Efek dari berserk? Meski cukup bagus karena bisa bisa membuatnya memukuli Arthur dan Rachel sampai hitam dan biru, tetapi efek sampingnya benar-benar buruk. Bukankah itu membuat orang menjadi bodoh?” gumamnya pelan.
Setelah melarikan diri cukup lama, ekspresi Klein berubah ketika melihat medan terjal penuh bebatuan. Tidak hanya itu, tampaknya ada rawa berlumpur tidak terlalu jauh dari tempatnya berada.
“Sungguh tidak beruntung,” gumamnya pelan.
Klein akhirnya berhenti karena keterampilan untuk mengurangi permukaan sepatu menjadi lebih licin seperti dilapisi minyak tidak terlalu berguna di tempat seperti ini.
Pemuda itu akhirnya melompat ke atas batu besar lalu mengamati sekitar. Tak lama kemudian, Bell dengan pakaian compang-camping serta ekspresi gila di wajahnya akhirnya menyusulnya.
“Hahaha! Akhirnya kamu tidak memiliki tempat untuk melarikan diri, Pengecut! Asalkan kamu mati di sini, Kerajaan Black Sun pasti akan menjadi lebih baik!” ucap Bell penuh dengan tekad.
Klein tidak menjawab, tapi hanya mengamati sekitar lalu menggelengkan kepala. Awalnya dia memang ingin melarikan diri karena enggan bertarung mati-matian, lagipula itu sangat merepotkan.
Akan tetapi, Klein benar-benar gagal melakukannya. Dia merasa tidak beruntung, atau bisa dibilang agak bodoh karena tidak dapat menentukan medan. Pengetahuan tentang pengamatan medan jelas perlu ditingkatkan.
“Kita tidak perlu bertarung. Lagipula, kamu bahkan tidak menyadari kalau tubuh mu sudah sangat kelelahan. Kamu mungkin tidak bisa menggunakan tebasan energi pedang.”
“Selain itu, biar aku katakan, aku tidak berencana memperebutkan gelar raja. Adik ku yang akan melakukannya, jadi Kerajaan Black Sun pasti baik-baik saja.”
Mendengar perkataan Klein, Bell langsung bertingkah seperti kucing yang ekornya diinjak. Dia melotot ke arah pemuda itu lalu meraung marah.
“Jangan kira kamu bisa membohongi aku dengan tipu daya mu, Pengecut! Aku akan membunuh mu di sini!” teriak Bell.
Melihat gadis yang menerjang ke arahnya, Klein menghela napas lalu menunjuk ke arahnya dengan tongkat di tangannya.
Akan tetapi, belum sempat dia melepaskan sihir, Klein melihat sosok hitam melesat secepat kilat dan muncul di sampingnya. Tanpa ragu, pemuda itu langsung mengayunkan tongkatnya.
BOOM!!
Suara ledakan ditambah dengan kepulan asap menyebar ke segala arah. Ketika asap menipis, Klein bisa melihat dengan jelas.
Belasan meter darinya, tampak seorang pria paruh baya yang cukup tampan, tetapi penampilannya agak berantakan. Bukan hanya rambut acak-acakan atau jenggot dipotong kasar, dia juga memakai pakaian dan jubah seperti pengemis.
Akan tetapi, ada yang membuat Klein lebih fokus. Pria itu mengigit batang rumput kecil di sudut mulutnya, membawa pedang panjang di tangan kanannya, dan menahan Bell yang meronta dengan tangan kirinya.
“Aku tidak menyangka kalau semua rumor itu salah, Bocah Kecil. Jadi ini penampilanmu yang sebenarnya,” ucap pria itu dengan nada agak ceroboh, tapi penuh dengan kharisma.
Pria itu juga memandang ke arah Klein. Berbeda dengan penampilan malas biasanya, ekspresi pemuda itu tampak datar dan dingin, tatapannya agak kosong serta terkesan tak acuh.
Di bagian kanan Klein, tampak perisai tembus pandang yang terbentuk dari susunan heksagonal dan melayang di udara. Lapisan tipis itu benar-benar mampu menghalangi tebasan nya. Rasanya sekuat berlian.
Selain itu, pria paruh baya itu melihat ke arah tertentu dimana sebuah pohon dirobohkan.
Ya. Sumber ledakan sebelumnya bukanlah dirinya, melainkan pemuda tak acuh itu. Bukan hanya menangkis, tetapi pemuda itu langsung menggunakan sihir peledak untuk membalasnya.
“Lepaskan aku, Guru! Aku pasti akan-“
Belum menyelesaikan ucapannya, Bell langsung dibuat pingsan oleh pria itu dengan ketukan ringan di belakang leher dengan gagang pedangnya.
“Datang untuk berkelahi, Pak Tua?” tanya Klein dengan nada datar.
Mendengar pertanyaan pemuda tersebut, pria itu menyeringai.
“Sungguh tawaran menarik, tapi aku harus membawa gadis ini pergi. Rencana ini sudah ditakdirkan gagal. Tidak baik jika terjebak di sini. Omong-omong, sebaiknya kamu hati-hati.”
“Ada ‘Bocah Pemarah’ yang bergegas ke sini.”
Setelah mengatakan itu, pria tersebut menyarungkan pedangnya lalu pergi. Klein yang hendak mengejar langsung berhenti karena sosok itu sangat cepat dan menghilang dalam sekejap mata.
Menggaruk belakang kepalanya, Klein menghela napas dengan ekspresi tertekan. Sesaat kemudian, ekspresi malas kembali terlihat di wajahnya.
“Karena situasi menjadi semakin kacau dan berantakan, lebih baik aku-“
BOOM!
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Klein melihat sosok besar menerobos hutan dengan ganas.
Setelah asap memudar dan bisa melihat penampilannya dengan jelas, pemuda itu langsung mengutuk marah.
“AKU AKAN MENGINGAT KEBENCIAN INI, PAK TUA!!”
Raungan marah Klein menggema di hutan, pria yang telah membawa Bell pergi sangat jauh hanya menyeringai ketika mendengarnya.
Saat itu juga, Klein melihat sepasang pupil vertikal raksasa menatapnya dengan penuh kebencian dan kemarahan.
Melihat pemandangan itu, sudut bibir pemuda itu berkedut.
Di depan matanya, terlihat sosok ‘Bocah Pemarah’ di mulut pria itu. Namun, makhluk itu bukanlah manusia, melainkan kadal raksasa dengan tinggi lebih dari tiga meter. Tubuhnya juga besar dan panjang.
Tubuh kadal itu berwarna coklat kusam dengan lapisan sisik tebal seperti armor. Ada sepasang tanduk besar di atas kepalanya.
Walau Klein menganggapnya sebagai kadal besar, tetapi makhluk itu memiliki nama yang cukup mendominasi.
Ground Dragon.
Dari namanya saja, makhluk itu jelas kuat. Namun, seingat pemuda itu, hanya ada Ground Dragon level 4 di Pyrenight Forest. Namun, Bocah Pemarah di depannya jelas makhluk level 5.
Ground Dragon di level 4 menengah bisa bersaing dengan makhluk level 5. Jadi, meski makhluk di depannya sepertinya baru menembus level 5-
‘Seharusnya kadal ini setara dengan makhluk level 5 puncak, kan?’
Merasakan tatapan makhluk itu, Klein sadar dirinya tidak bisa melarikan diri. Ditargetkan berkali-kali, pemuda itu jelas tidak bisa tidak meragukan dirinya sendiri.
“Kenapa hari ini aku begitu tidak beruntung? Pasti ada yang salah dengan ini!”
>> Bersambung.
Judul : Ground Dragon / Mutated Beast Level 5.