Happy Reading ....
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan like ya
****
Sebagai anggota buangan klan Shen, Erlang Shen tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama Shen di depan namanya. Oleh karena itu, dia membalik posisi namanya dan menjadikan Erlang sebagai marga. Banyak hal yang tak boleh dia lakukan, termasuk berkultivasi. namun, semua larangan itu tak dihiraukan olehnya. Dengan modal nekat, ia memulai kultivasinya. Ini adalah titik awal perjalanan sang legenda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 Masih Di Alam Kuno
Sekedar informasi, alam kuno terdiri dari tiga tingkat, tingkat paling bawah adalah alam es, tingkat kedua alam api, dan tingkat ketiga yang ditempati oleh Erlang Shen.
Happy reading ....
...****************...
Swuuuussss
Erlang Shen melesat dengan sangat cepat meninggalkan padang rumput. Ia melesat memasuki hutan hujan yang sangat lebat yang ditengahnya dialiri oleh sungai besar yang berkelok-kelok. Sungai itu memiliki banyak anak sungai. Yang membuat Erlang Shen bingung adalah letak hilir sungainya.
"Nggak usah bingung, Kak. Di alam atas juga banyak sungai seperti ini. Biasanya sungai seperti ini berakhir di dimensi lain atau mengalir melalui bawah tanah," jelas Lao Hu.
"Pantas saja," gumam Erlang Shen.
Erlang Shen terus melesat. Ribuan ikan bergigi tajam sedang menunggunya di sungai. Hampir seperdua dari hutan itu di rendam air.
"Apakah kau mau mandi, Lao Hu?" tanya Erlang Shen sembari tersenyum jahil.
"Ikan-ikan itu sangat ganas. Jumlahnya lebih dari jutaan. Meski aku bisa mengalahkannya, tetap saja aku tidak mau berhadapan dengan ikan-ikan ganas itu," jawab Lao Hu.
"Ternyata harimau sepertimu takut kepada ikan," ledek Erlang Shen.
"Kakak lihat ini." Lao Hu memadatkan energi miliknya, kemudian ia melemparkan energi itu ke sungai. Saat itu juga, ikan-ikan yang ada di sungai langsung berebutan.
"Kultivator hebat pun akan kewalahan," jelas Lao Hu. Tiba-tiba saja, sebuah ide jahil muncul di otaknya. Ia langsung terbang keatas Erlang Shen.
Boooommmmm
Tiba-tiba saja, Lao Hu menendang Erlang Shen hingga terjatuh ke sungai. Erlang Shen mengumpat kesal sembari membekukan sungai, namun gagal.
"ha-ha-ha-ha-ha." Lao Hu tertawa terpingkal-pingkal.
"Harimau sialan." Erlang Shen muncul di samping Lao Hu. Ia langsung menempelkan ikan yang diambilnya dari sungai di punggung Lao Hu.
"Kak, maafkan aku! Aku hanya bercanda. Singkirkan ikan ini," ujar Lao Hu.
"Makanya jangan bercanda. Masih untung kau tidak kulempar ke sungai," ucap Erlang Shen.
"Aku janji, tidak akan jahil," ucap Lao Hu.
"Kutumu terlalu banyak, jadi biarkan ikan itu memakan kutu-kutumu," ledek Erlang Shen. Kini, giliran Erlang Shen yang tertawa melihat Lao Hu yang terbang ke sana-kemari sembari berusaha menjatuhkan kan yang ada di punggungnya.
"Ternyata dia bisa tertawa juga," gumam Lao Hu.
"Ikan sialan." Lao Hu mengalirkan elemen petir ke tubuhnya. Saat itu juga, ikan bergigi tajam itu mati dengan tubuh yang hangus.
"Waktunya makan ikan panggang," ucap Lao Hu.
Lao Hu langsung memakan habis ikan itu. Setelah itu, ia melemparkan tulang ikan itu ke sungai. Tak disangka, ikan-ikan yang ada di sungai marah. Ikan-ikan itu tiba-tiba saja berubah menjadi elang dan menyerang Lao Hu.
"Sialan, ternyata mereka kunpeng," kesal Lao Hu.
Mau tidak mau, Lao Hu melawan kunpeng yang terus menyerangnya. Erlang Shen yang sudah mengetahui jika ikan di sungai bukan ikan biasa menertawakan Lao Hu.
"Makanya, jangan asal makan," ledek Erlang Shen.
"Kak, suruh kunpeng sialan ini pergi," ucap Lao Hu.
"Baiklah." Erlang Shen melesat kearah Lao Hu. Ia langsung mengambil harimau kecil itu.
"Harimau sialan, untung kau tidak kami makan," ucap salah satu Kunpeng.
"Maafkan aku," ucap Lao Hu dengan tubuh yang gemetar.
"Bagaimana kalau kuganti namamu menjadi harimau botak?" tanya Erlang Shen.
"Apa kata hewan-hewan lain kalau melihatku seperti ini," kesal Lao Hu.
Lao Hu menumbuhkan bulu-bulunya dengan cepat. Setelah itu, ia kembali tidur diatas kepala Erlang Shen.
"Lain kali, jangan asal makan," ucap Erlang Shen.
"Kalau kutahu mereka Kunpeng, aku juga tidak mau makan ikan itu. Kunpeng hewan yang meresahkan," ucap Lao Hu yang masih kesal.
Erlang Shen kembali melesat. Tak beberapa lama kemudian, ia menemukan gua yang letaknya dipuncak gunung. Lao Hu yang tidur kembali membuka matanya. Tatapan tajamnya mengarah ke gua yang menjadi tujuan Erlang Shen.
"Kak, di dalam ada kunpeng, tapi auranya terus melemah," ucap Lao Hu.
Erlang Shen mendarat dimulut gua. Benar saja, di dalam gua terdapat ikan besar yang tergeletak di kolam kecil yang ada di sana. Ikan besar itu adalah kunpeng.
Erlang Shen mendekati kunpeng itu. Setelah ia perhatikan, ternyata ada beberapa jarum dengan panjang 20 cm yang menancap di tubuh kunpeng itu. Jumlah jarum itu ada 8 buah dan warnanya berbeda, tergantung elemen yang ada di dalam jarum tersebut.
"To—long," ucap Kunpeng tersebut dengan suara gemetar.
"To—long cabut ja—rum yang a—da di tubuhku," ucap Kunpeng itu dengan terbata.
"Baiklah." Erlang Shen mencabut jarum yang ada di tubuh Kunpeng tersebut. Erlang Shen mencabut jarum merah terlebih dahulu, kemudian jarum kuning, lalu jarum hijau, dan secara berurut adalah jarum biru, jarum ungu, jarum cokelat, jarum perak, dan jarum jingga.
"Terima kasih, Tuan Muda." Kunpeng itu berubah menjadi manusia.
"Paman, kenapa jarum-jarum ini menancap di tubuhmu?" tanya Erlang Shen.
"Itu adalah jarum 8 elemen. Itu adalah jarum akupuntur milik dewa pengobatan. Waktu itu, aku ke tempatnya dan membebaskan salah seorang bawahanku. Namun, dewa pengobatan salah mengartikan tujuanku. Ia menyerangku menggunakan 8 jarum itu. Untungnya, dewa Kehampaan membawaku ke sini," jelas kunpeng tersebut.
"Sekarang, teteskan darah tuan ke jarum itu!" pinta Kunpeng tersebut.
Erlang Shen melakukan apa yang diucapkan oleh Kunpeng itu. Ia menggigit ujung jarinya dan meneteskan darahnya di kedepan jarum akupuntur elemen tersebut.
Jarum yang sebelumnya berbeda warna itu berubah menjadi jarum biasa. Bahkan, ukurannya mulai mengecil. Setelah itu, Erlang Shen menyimpan jarum-jarum itu di dalam cincin ruangnya.
"Sebagai ucapan terimakasihku .... " Kunpeng itu tak melanjutkan ucapannya. Ia menyelam ke kolam. Tak beberapa lama kemudian, ia muncul di permukaan. Ia memberikan kristal biru sebesar telapak tangan kepada Erlang Shen.
"Itu adalah kristal elemen air. Anggap saja sebagai tanda terimakasih dariku," jelas Kunpeng tersebut.
"Bukankah ini sangat penting untuk para Kunpeng?" tanya Erlang Shen.
"Menyelamatkan kehidupan adalah budi yang tak pernah terbayar. Kristal itu tidak sepadan dengan budi baik tuan muda," jelas Kunpeng tersebut.
"Jika suatu saat nanti, Tuan Muda butuh bantuan, pecahkan giok ini." Kunpeng tersebut memberikan giok berbentuk kepala ikan bersayap kepada Erlang Shen. Ia mengambil dan menyimpan kristal itu. Setelahnya, Kunpeng tersebut langsung hilang.
"Kunpeng lebih baik daripada dewa sombong yang menganggap rendah ras lain," ucap Lao Hu.
"Bagiku, mereka juga manusia yang memiliki darah yang berbeda dengan manusia biasa," timpal Erlang Shen.
Di dalam gua ini banyak herbal," lanjut Erlang Shen. Ia memetik herbal-herbal yang ada di gua tersebut. Herbal-herbal tersebut rata-rata berusia ratusan ribu hingga jutaan tahun. Saat dirinya sedang asyik memetik herbal, seorang pemuda tiba-tiba saja datang.
"Hei, kau! Tinggalkan tempat ini sekarang!" pinta pemuda tersebut.