Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu-malu tapi mau
"Key, menurutmu apakah Devan mengikuti kita ke rumah sakit. Tapi rasanya tidak mungkin. Atau dia menyuruh pengawalnya.. Ini bisa jadi sih ya," ucap Delia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Entah Delia bertanya pada Keyla atau pada dirinya sendiri tapi pertanyaan itu langsung dijawab sendiri hingga membuat Keyla bingung harus menanggapi seperti apa.
"Tapi kalau pun tidak, darimana Devan bisa tau?" lanjut Delia sambil menerka-nerka jawabannya. "Atau..."
"Mending kamu tanya deh sama Anna, dia pasti bisa ngasih kamu jawaban," tukas Keyla yang merasa lelah melihat sikap Delia.
Delia menjentikkan jari telunjuk dan jempolnya pertanda bahwa ide Keyla sangatlah bagus. "kamu benar, kenapa juga nggak dari tadi."
Tanpa menunggu lama Delia langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Anna.
"Ada apa Del?" tanya Anna.
"Kamu tau nggak kenapa Devan bisa tau kalau Nyonya Margaret datang ke rumah sakit."
"Emang Tuan Devan nggak bilang apa-apa?" tanya Anna balik.
"Nggak."
"Tuan Devan itu punya akses CCTV di ruangan Bapakmu, makanya dia langsung tau."
"Hah.. Kamu nggak bercanda kan?"
"Serius, kenapa juga aku bercanda."
Delia terdiam sejenak, ia masih tidak habis pikir jika Devan akan bertindak sampai sejauh ini untuk melindungi ia dan juga bapaknya.
"Del?" tanya Anna karena ia tidak lagi mendengar suara gadis itu.
"Iya.. Ya udah aku tutup ya, aku cuma mau tau itu aja. Makasih untuk informasinya."
"Oke, sama-sama."
"Gimana?" tanya Keyla yang sudah penasaran dengan jawaban Anna.
"Tebakanku salah semua. Ternyata Devan lebih perhatian dari yang aku kira," jawab Delia dengan senyum malu-malu.
Untuk sesaat Delia kembali tersipu malu dengan tindakan yang dilakukan Devan.
Sementara Keyla hanya bisa menggelengkan kepala melihat mood Delia yang dengan mudahnya berganti. Lalu ia memilih untuk beranjak pergi menuju ke kamar.
Delia pun ikut beranjak, namun ia pergi ke dapur. Dengan keahlian seadanya ia ingin mencoba membuat sesuatu untuk Devan sebagai ucapan terimakasih.
Delia mulai mencari-cari bahan makanan. Dulu Delia pernah bekerja di sebuah cafe, meski bukan sebagai chef tapi ia sedikit paham tentang pembuatan makanan terutama menu dessert.
Delia teringat ucapan bibi kalau Devan hanya menyukai buah anggur, apel dan pir. Dipikirannya langsung tercetus ide untuk membuat Apple tart, proses pembuatannya yang sederhana juga menjadi pertimbangan untuk Delia.
Delia mulai sibuk mempersiapkan bahan-bahannya. Tak terasa 45 menit sudah berlalu, itu artinya Apple Tart sudah siap dikeluarkan dari oven.
Dengan perasaan senang dan was-was, Delia mencoba mengeluarkannya sambil menyipitkan matanya. Delia takut jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Tapi...
Senyum Delia mengembang usai melihat Apple Tart yang ada di genggamannya. Perlahan Delia meletakkannya di meja lalu mencium aromanya.
"Sempurna," gumamnya memuji makanannya sendiri.
Saat Delia berniat ingin membersihkan dirinya, tiba-tiba ia mendengar suara pelayan yang seperti sedang menyapa Devan.
Delia yang gugup segera melepas celemek yang menggantung di lehernya lalu mendatangi Devan sambil membawa dessert buatannya.
"Tara..." seru Delia yang tiba-tiba saja muncul dari balik tembok, membuat Devan terkejut.
"Apa ini?" tanya Devan saat matanya menatap Apple Tart yang ada di tangan Delia.
"Aku buatin spesial buat kamu sebagai ucapan terimakasih," kata Delia dengan pipi yang sudah merona.
Devan mendekat. Delia pikir Devan akan mencicipi makanannya namun ternyata pria itu justru mencolek pipinya sambil memperlihatkan sisa tepung yang menempel disana.
"Aaa... Aku belum sempat bersih-bersih," jawab Delia gugup, 'bisa-bisanya mukaku belepotan dengan tepung,' rutuknya dalam hati.
Devan justru melenggang pergi tanpa mencicipi kue itu sedikit pun.
Delia pun kecewa, ia sudah berbalik menatap punggung Devan, ingin rasanya Delia melempar tart itu ke punggungnya. "Aku udah susah-susah buat ini kenapa kamu pergi gitu aja," ucap Delia usai memberanikan diri untuk berbicara.
Devan menoleh, "taruh saja disitu, aku sudah kenyang."
Delia beranjak dari tempatnya sambil menghentak-hentakkan langkah, Delia ingin Devan tau bahwa ia sedang marah. Namun tetap saja pria itu tidak menoleh sedikit pun.
Delia meletakkan tart itu dengan keras sambil mencoba mengatur napasnya yang memburu. 'Dasar nggak peka, nggak bisa menghargai orang lain. Aku udah susah-susah bikin ini, butuh effort yang luar biasa. Bisa-bisanya dia pergi tanpa mau mencicipi sedikitpun.' Delia memaki Devan dalam hati.
Saat Delia sibuk dengan pikirannya sendiri, Bibi yang biasanya menyiapkan makanan tiba-tiba muncul.
"Ada apa Non?" tanyanya saat melihat Delia melamun dengan tatapan dingin.
"Bi ini ada apple tart, bibi bisa makan atau kalau nggak suka bibi buang juga nggakpapa."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Delia langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari bibi.
Delia sudah tidak perduli dengan tart sialan itu. Lebih baik ia kembali ke kamar, menonton serial drama china kesukaannya.
Begitu Delia sudah menutup pintu kamar, Devan keluar sambil mengendap-endap. Ia seperti sedang berusaha menghindari Delia. Sebenarnya sejak tadi Devan mengamati Delia, ia terlalu gengsi untuk mencoba makanan itu dihadapan Delia langsung. Namun sekarang setelah Delia pergi, Devan sangat menginginkan apple tart itu.
Devan menuruni tangga dengan cepat, takut jika tart itu sudah dibuang atau dimakan oleh bibi.
Sesampainya di bawah, Devan melihat bibi itu sudah memegang garpu kecil dengan potongan tart di atasnya.
Begitu melihat Devan, buru-buru bibi menyeka mulutnya lalu meletakkan garpu itu.
Belum sempat Bibi berbicaranya, Devan sudah lebih dulu mengambil tart itu dan membawanya ke meja makan.
"Maaf Tuan bibi sudah lancang, tadi Non Delia meminta saya makan itu atau kalau nggak suka-"
"Suruh buang?" Devan memotong ucapan bibi lalu melanjutkannya.
"Maaf Tuan," ucap bibi ketakutan.
"Jangan bilang ke Delia kalau saya yang memakan kue ini."
Bibi mengangguk dengan patuh. Lalu Devan menggerakkan tangannya, meminta bibi untuk segera pergi dari tempatnya sekarang.
Kini di ruangan itu hanya ada Devan, ia mengamati tart itu dengan seksama. Meski bentuknya sudah tidak sempurna lagi tapi tart itu terlihat lucu, apa karena Delia yang membuatnya, entahlah.
Devan mulai memotong kecil lalu menyuapkannya ke mulut. Devan mengunyahnya dengan penuh penghayatan.
"Lumayan, rupanya dia bisa memasak juga," gumam Devan sambil senyum-senyum sendiri.
Tak terasa suap demi suapan sudah masuk ke mulut Devan hingga tanpa sadar kue itu sudah habis tak tersisa. Devan sendiri pun heran, ia tidak terlalu menyukai makanan manis, namun kali ini berbeda bahkan ia menghabiskan kue itu dalam sekali makan.
BERSAMBUNG...
Haii haii salam jumpa, mana ni like, komen dan subscribe-nya. Othor tunggu loh..
Terimakasih banyak untuk kalian yang tetep setia sama othor disini. 🩷🩷🩷
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭