Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISTRI APA BABU?
"Makan dulu yuk, aku lapar," ajak Embun saat melihat restoran ayam goreng yang berada tepat didepan supermarket.
"Aku gak lapar," sahut Nathan.
Embun menghela nafas lalu mengikuti Nathan menuju mobil. Sesampainya dimobil, dia hanya diam sambil memperhatikan Nathan yang memasukkan belanjaan ke bagasi, sama sekali tak ada niatan untuk membantu. Itung itung balas dendam karena tadi Nathan tak membantunya sama sekali saat belanja.
Nathan hanya melirik, tapi tak mengeluarkan sepatah katapun, entah apa yang ada dikepalanya.
Setelah dari supermarket, mereka langsung pulang. Jika tadi Embun yang balas dendam, sekarang giliran Nathan. Dia sama sekali tak peduli dengan belanjaan seabrek yang ada didalam bagasi. Terpaksa Embun membawanya sedikit demi sedikit menuju dapur sekaligus menatanya kedalam kabinet dan kulkas.
Embun yang lelah sekaligus lapar, menjatuhkan bobot tubuhnya diatas sofa. Perutnya minta diisi, tapi badanya terlalu lelah mau memasak.
"Bangun."
Embun tersentak kaget saat sebelah kakinya ditendang pelan. Ternyata dia ketiduran disofa dalam posisi duduk.
"Aku lapar, cepetan masak," titah Nathan.
"Bukannya tadi bilang gak lapar," sahut Embun sambil menguap.
"Tadi? Lihat itu," Nathan menunjuk kearah jam dinding.
Mata Embun seketika melotot. Ternyata sudah sore. Itu artinya, cukup lama dia ketiduran disofa.
"Buruan, gak pakai lama," Nathan pergi setelah mengatakan itu.
Sementara Embun, dia meregangkan otot-ototnya lalu beranjak menuju dapur. Membuka kulkas dan memikirkan ide mau masak apa yang sekiranya cepat. Sejujurnya dia juga sangat lapar sekarang.
"Buruan, gak pakai lama," Nathan kembali berteriak.
Bawel banget sih. Heran sama Pak Nathan, diam ngeselin, saat ngomongpun, ngeselin juga. Sebenarnya dia itu makhluk apaan sih?
"Gak usah ngedumel dalam hati, aku bisa dengar."
Embun terperangah mendengar teriakan Nathan. Sungguh hebat suaminya itu, selalu bisa tahu apa yang dia pikirkan.
Setelah hampir 20 menit berkutat didapur, Embun berteriak memanggil Nathan. Mengatakan pada pria itu jika makanannya sudah siap.
Nathan yang baru tiba dimeja makan langsung mengerutkan kening melihat masakan Embun. "Apaan ini?"
Embun mengehala nafas berat. Katanya bos, pinter, sekolah sampai S3, tapi gak tahu makanan apa yang ada diatas meja. "Minta yang cepetkan? Udah ayo makan." Embun duduk lalu mulai mengaduk aduk makanannya.
"Mie instan?" Nathan rasanya belum bisa percaya jika Embun menyajikan mie instan untuknya. Perasaan banyak sekali bahan makanan yang tadi mereka beli. Dan nominal yang dia bayar dikasir juga tidak sedikit. Tapi kenapa mie instan yang ada diatas meja. "Aku habis jutaan buat belanja di supermarket, tapi yang kamu masak mie instan?"
Embun menghela nafas berat lalu menatap Nathan. "Katanya mau yang cepet."
"Aku gak mau makan ini." Nathan mendorong mangkuk berisi mie instan kuah menjauh dari hadapannya. "Buruan masakin yang lainnya." Dia duduk dikursi makan sambil bersedekap.
"Tunggu aku selesai makan baru aku masakin," sahut Embun. Dia lanjut memakan mie miliknya, tak peduli pada Nathan yang tampak kesal.
Melihat Embun yang sangat menikmati mie instan, ditambah perut yang lapar dan aroma yang menggoda, pertahanan Nathan jebol juga. Mengabaikan rasa gengsi, dia menarik kembali mangkuk berisi mie kehadapannya.
Embun yang diam diam memperhatika menahan senyum melihat kelakuan absurd Nathan. Tadi nolak, eh...sekarang diembat juga.
"Gak usah ketawa, aku terpaksa." Nathan mulai memakan mie miliknya.
Ternyata rasanya lezat juga. Pantesan mie instan sering dinobatkan sebagai makanan kesukaan sejuta umat. Selain rasanya yang enak, masaknya tak butuh keahlian, dan hargarnya murah.
Hari ini, untuk pertama kalinya, Nathan memakan mie instan kuah. Dia memang sangat peduli dengan kesehatan, sama sekali tak pernah tergiur untuk memakan mie instan sebelumnya. Selain itu, mamanya tak pernah membuatkan dia mie instan. Hanya sekali saja dia pernah makan mie instan cup saat diluar negeri, tapi menurutnya, rasanya tak seenak ini.
"Terpaksa konon, tapi semangkok udah mau habis," Embun tak kuasa menahan tawa.
"Berisik," desis Nathan. "Setelah ini bersihkan rumah. Aku lihat tadi, sudah mulai ada debu."
"Apa kita cari art aja ya," usul Embun.
"Buat apa art, kan ada kamu. Biar kamu ada gunanya."
Embun reflek mengangkat tangannya. Ingin sekali dia menggetok kepala Nathan. Masa iya dia dibilang gak ada guannya.
"Ngapain kamu ngangkat tangan?" Nathan mengerutkan dahi.
"Kepalaku gatel," Embun mendengus pelan lalu garuk-garuk kepala. "Rumah ini besar, selain itu aku kerja. Kayaknya aku gak ada waktu deh."
"Kalau tak bisa kerja sambil melakukan pekerjaan rumah, mending berhenti saja. Aku tak mau kerja dijadikan alasan. Mulai besok, aku mau rumah selalu bersih. Jangan sampai ada toilet yang kotor. Kaca juga, jangan lupa dibersihkan. Oh iya, baju kotorku udah cukup banyak dikeranjang, buruan cuci lalu setrika."
Embun menghela nafas berat. Baru membayangkan saja, dia sudah lelah. Rumah ini terlalu besar. Bahkan mungkin, 2 jam belum kelar untuk bersih-bersih. Belum lagi masih harus cuci baju, cuci piring dan mungkin lama-lama, Nathan akan menyuruhnya mencuci mobil.
Selesai makan dan cuci piring, Embun naik kelantai 2 menuju kamar Nathan. Mengambil keranjang berisi pakaian kotor lalu membawanya kebawah untuk dicuci.
"Sebenarnya aku ini istri apa babu sih?" gerutu Embun sambil memasukkan satu persatu baju milik Nathan kedalam mesin cuci. "Kalau saja tidak ingat dikasih mahar 500 juta, udah kabur aku sejak kemarin."
Embun melotot saat memegang celanaa dalam milik Nathan. "Apa ini aku juga yang harus nyuci? Iyuhhh" Embun memegang menggunakan 2 jari sambil memperhatikannya.
"Gak usah sampai segitunya ngeliatin."
Celanaa dalam yang dipegang Embun seketika jatuh saat mendengar suara Nathan. Entah kapan datangnya, tau tau pria itu sudah berdiri tak jauh darinya.
"Buruan dicuci, gak usah ngebayangin isinya."
Embun seketika bergidik. Jijik banget ngebayangin isinya. Selama ini, belum pernah dia melihat secara langsung milik laki-laki.